Sepulang dari ladang, Atin sepupu kami pun memberikan kabar yang menyayat hati kami. Kata Atin di rumah sakit tempatnya bekerja baru saja kedatangan pasien kecelakaan. Siapa sangka salah satu pasien yang dilarikan ke rumah sakit tempat Atin bekerja ada Bang Indra, dari pengakuan Atin saat ini kondisi Bang Indra cukup memprihatinkan.
"Atuk, dengar ini Atin nak bicara sama Atuk, katanya Indra kecelakaan," ucap nenek panik sambil menyerahkan HP pada Atuk.
Seolah masih tak percaya, Bang Indra yang baru saja meninggalkan rumah Atuk harus mengalami hal setragis ini. Tanpa pikir panjang setelah selesai telepon dengan Atin, Atuk pun bergegas membersihkan diri dan menyusul Bang Indra ke rumah sakit, maklum orang tua Bang Indra saat ini masih berada di Malaysia untuk bekerja, namun sejak kecil Bang Indra telah diasuh oleh Atuk dan nenek, kurang lebih kondisinya sama sepertiku.
Tak ayal saat mendengar Bang Indra mengalami kecelakaan, Atuk segera menyusul cucu kesayangannya itu ke kota.
"Di mana Indra di rawat Tin, Atuk ingin bertemu dia," ucap Atuk setibanya di RS.
"Atuk tenang dulu ya, Bang Indra ada di ruang ICU. Dokter yang memeriksa Bang Indra juga belum keluar, kita tunggu sini ya," ucap Atin menenangkan.
Satu jam berlalu, dokter yang memeriksa Bang Indra pun keluar dari ruangannya.
"Gimana keadaan cucu saya dokter, saya mau melihatnya," ucap Atuk pada dokter.
"Bapak yang ikhlas ya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan lebih sayang cucu Bapak," tutur sang dokter.
Yaa, Bang Indra telah meninggalkan kami untuk selamanya.
Seketika Atuk pun tertunduk lemas mendengar kabar cucu kesayangannya sudah tiada, padahal belum lama tadi kita masih bercanda di rumah. Tapi apa boleh baik, Tuhan jauh lebih sayang orang baik seperti Bang Indra.
Setelah bernegosiasi panjang dengan orang tua Bang Indra, semuanya pun sepakat kalau Bang Indra akan dimakamkan di makam keluarga sama seperti ayahku.
Memang benar saat ini rumah Atuk ramai orang, tapi bukan keramaian seperti ini yang aku inginkan, keramaian yang disertai dengan derai tetesan air mata melepas orang terkasih pergi untuk selama-lamanya. Kini kali keduanya aku kehilangan orang terkasihku dalam waktu yang hampir berdekatan. Belum kering luka hati ini sejak Ayah pergi, kini kembali melebamĀ setelah kepergian Bang Indra.
Angin segar seolah berhembus ke kehidupanku yang nyaris porak-poranda setelah kepergian Bang Indra, ibu yang selama ini tak memberi kabar tiba-tiba mengatakan akan pulang. Kabar itu seolah menyingkap sekilas sesak di dada yang aku alami.
"Mal, kata Ayu, ibumu lusa akan pulang," kata nenek.