Ikmal sadar betul kondisinya berbeda secara ekonomi dari teman-teman seperjuangannya. Meski sudah mendapatkan laptop bekas Caca dan sudah bekerja paruh waktu hal itu belum juga bisa menyetarakan Ikmal dengan teman-temannya yang berasal dari keluarga yang mapan secara ekonomi.
"Mad, Ikmal ke mana?" tanya Caca saat sadar Ikmal belum ada di kampus.
"Oh dia pulang kampung, dari kemarin udah nggak bantuin Mak gue," jawab Ahmad.
"Maksudnya dia balik lagi kan Mad?" tanya Abil.
"Balik Bil, dia kemarin mendadak pulang kampung karena ada urusan katanya," jelas Ahmad.
"Nah itu dia, panjang umur baru diomongin dateng orangnya," sahut Caca lagi.
"Mal, kirain ga berangkat kamu," kata Abil.
"Aku dari kampung Bil, baru sampai terminal subuh tadi, mana angkot ke arah kampus dari terminal susah banget," jawab Ikmal.
Setelah mata kuliah selesai, semua mahasiswa mendapatkan tuga kelompok yang harus dikumpulkan lusa. Abil, Caca, Ahmad dan Ikmal pun tergabung dalam satu kelompok yang sama.
"Guys, pulang kampus kita ke Aster Cafe buat nugas yak, setuju nggak?" tanya Caca.
"Setuju," jawab Abil dan Ahmad.
"Mal?" tanya Caca lagi.
"Boleh Ca," jawab Ikmal.
Sesampainya di Cafe mereka pun segera memesan makanan yang mereka mau, saat disodori buku menu, Ikmal pun tercengang melihat harganya yang berkali-kali lipat lebih mahal.
"Ini beneran harganya segini, es teh Rp 15 ribu," kata Ikmal dalam hati.
"Saya mau pesan, nasi goreng seafood, kentang goreng, sama minumnya lemon juice," kata Abil kepada pelayan restoran.
"Saya samain aja Mba, minumnya lemon tea," sahut Ahmad.
"Kalau saya Beef Steak, minumnya leci tea," kata Caca.
"Ikmal mau pesan apa?" tanya Abil.
"Aku sudah makan Bil, masih kenyang, aku mau es teh tawar aja," kata Ikmal.
"Baik kak, ditunggu ya pesanannya," kata pelayan resto itu.
Keempatnya pun serius mengerjakan tugas kuliah sambil menyantap makanan yang mereka pesan, sementara Ikmal hanya bisa menyeruput es tehnya pelan-pelan.
"Akhirnya kelar juga guys," kata Abil.
"Yey, kalau dikerjain barengan gini keluarnya cepet," kata Caca.