Secepat Surga Menginginkannya

Gabriella Gunatyas
Chapter #14

Pedih Sendirian

Saat pulang kampung kemarin, nenek sempat bercerita soal adik ayah yang kini berada satu kota dengan Ikmal, Uwak Din namanya. Kata nenek Wak Din dan keluarganya tinggal tak jauh dari asrama Ikmal, berbekal cerita nenek Ikmal pun berusaha mencari tahu alamat Wak Din. Kedatangan Ikmal ke rumah Wak Din untuk bersilaturahmi. Uwak Ikmal yang ini memiliki dua anak yang sudah besar, satu perempuan dan satu laki-laki.

"Permisi, benar ini rumah Uwak Din?" tanya Ikmal.

"Benar, masuk lah," ucap istri Uwak yang sudah tahu Ikmal akan datang.

Sesampainya di rumah Uwak, Ikmal pun dijamu bibi dengan amat baik, ia disajikan minuman hangat dan beberapa kue.

"Silakan, Uwak pulang jam empat sore, dimakan ya sambil nunggu Uwak," kata bibi.

Sambil menikmati kue, Ikmal pun menyaksikan sudut-sut rumah Uwak yang sangat nyaman, terlebih rumah Uwak ini masih menggambarkan keadaan keluarga yang utuh, bukan seperti keluarga Ikmal.

"Jadi anak Uak pasti bahagia sekali ya," ucap Ikmal dalam hati.

Tak berselang lama, mobil hitam pun datang, itu Uwak yang baru saja pulang dari kantor.

"Hey Ikmal," kata Uwak saat masuk rumah.

"Sudah lama kau?" tanya Uwak lagi.

"Baru saja datang Wak," jawab Ikmal.

"Iya Uwak kemarin dari rumah nenek, nenek cerita banyak soal kamu, katanya kamu kuliah di dekat sini ya?" tanya Uwak.

"Iya Uwak," jawab Ikmal.

"Semangat ya kuliahnya, anak Uwak yang pertama, Kak Bea dia dulu kuliah Ilmu Komunikasi, tapi sekarang dia udah lulus dan kerja di salah satu production house ternama. Bea juga sering banget ke luar negeri buat shooting, kemarin saja Bea baru berangkat untuk ke Australia," ujar Uwak.

"Hebat ya Wak, Kak Bea," tandasku.

"Ngomong-ngomong kau ambil jurusan kuliah apa?" tanya Uwak lagi.

"Kedokteran Wak," jawabku.

"Hebat kau Mal, baru kau lah dokter pertama di keluarga kami," puji Uwak.

Seorang anak laki-laki yang berseragam SMA pun memecah obrolan antara Ikmal dan Uwak.

"Assalamualaikum," ucapnya.

"Waalaikumsalam, nak ini adik Andra, anak kedua Uwak, kalian belum pernah ketemu toh? kalau kau sama Kak Bea kan sudah pernah bertemu waktu kecil," jelas Uwak.

Tak berselang lama, Uwak pun mulai berbicara serius dengan Ikmal.

"Mal, kemarin waktu Uwak ke rumah nenek, nenek sempat meminta Uwak agar kamu ikut tinggal sama Uwak. Tapi Mal kondisi Uwak ya hanya seperti ini, rumah Uwak kecil," kata Uwak.

Ikmal pun tak mau gegabah, pasalnya kedatangannya ke rumah Uwak bukan untuk meminta tinggal bersama, sebab pada saat ini Ikmal masih bisa tinggal di asrama.

"Saat ini Ikmal tinggal di asrama Wak," jawab Ikmal.

"Ya, senyamannya kamu saja Mal, kalau mau sama Uwak ya begini keadaannya, tapi kalau mau di asrama ya monggo," kata Uwak.

Hari pun mulai gelap, setelah makan malam, Ikmal pun berpamitan dari rumah Uwak.

"Wak Ikmal kembali ke sarama dulu ya," kataku.

"Hati-hati Mal, kalau butuh apa-apa jangan sungkan datang ke sini ya," kata Uwak.

Hari benar-benar berjalan sangat cepat, tak terasa sudah hampir empat tahun Ikmal berkuliah sambil bekerja paruh waktu, lelah Ikmal sebentar lagi akan terbayar dengan gelar Sarjana Kedokteran yang akan disandangnya.

"Gila guys minggu depan kita udah sidang skripsi aja," kata Caca.

"Nggak kerasa empat hampir empat tahun kita kenal, udah mau pisah aja sekarang," imbuh Abil.

"Minggu-minggu kita sibuk neh," kata Ahmad.

"Iya guys, nggak kerasa ya," tambah Ikmal.

"Nah guys yang siapa nih yang sidang pertama? gue dapet hari Rabu," kata Caca.

"Sama Caa, kita Rabu juga," imbuh Abil.

"Gue hari Kamis, buset pagi amat jam 09.00 WIB," ucap Ahmad.

"Aku Selasa," jawab Ikmal.

"Berarti Ikmal ya yang duluan sidang, pokoknya kita harus saling support sampai sandang gelar S.Ked yaak," pinta Caca.

Tiba waktunya Ikmal sidang skripsi, meski ia hanya mempersiapkan jamuan sederhana untuk dosen penguji, Ikmal pun berhasil lulus dan menyandang gelar Sarjana Kedokteran. Betapa bahagianya si anak kampung yang sering diremehkan ini, hari ini Ikmal bisa membungkam mulut-mulut orang yang sempat merendahkan ia dan keluarganya dulu.

"Yeye Ikmal selamat," kata Ahmad.

"Selamat ya Mal," imbuh Caca dan Abil.

"Terima kasih ya guy, lancar-lancar juga untuk kalian sidang besok," jawab Ikmal.

"Oh ya Mal, untuk merayakan hari bersejarah kamu gimana kalau kita makan-makan di Cafe. Jangan khawatir, kita yang traktir sebagai apresiasi buat kamu yang nggak pernah menyerah selama ini," pinta Abil.

"Eh jangan dong, oke makan-makan di Cafe, tapi aku yang bayarin kalian ya, itung-itu tasyakuran kelulusan aku, lagian aku juga ada sedikit rezeki kok," kata Ikmal.

"Jangan dong Mal, mending uangnya kamu simpan aja buat tambah-tambah tabungan, siapa tahu ada kebutuhan mendesak ke depannya nanti," pinta Caca.

"Caa, tapi kapan lagi aku bisa traktir kalian, tolong lah kali ini aja aku pengen traktir sahabat-sahabat aku ini," ucap Ikmal memaksa.

"Ya udah gini guys, kita tetep makan-makan, dibayarin Ikmal juga, tapi nggak di Cafe. Gimana kalau kita makannya di pecel lele deket alun-alun, itu enak buanget guys. Apalagi viewnya langsung alun-alun, dan nggak mahal juga," cetus Ahmad.

"Boleh tuh, sekalian kasih pengalaman juga buat Caca makan di pinggir jalan," sahut Abil.

"Eh apaan Abil, gue sering ya makan di pinggir jalan," timpal Caca.

Sambil menikmati pecel lele yang mereka pesan, keempatnya pun berbincang-bincang ringan soal apa yang akan mereka lakukan setelah lulus.

"Kalian rencananya mau pada Koas di rumah sakit mana guys?" tanya Caca.

"Gue sih di deket-deket sini aja," jawab Ahmad.

"Aku juga sih,"kata Ikmal

Yah meski mereka sudah menjalani pendidikan selama tujuh semester bukan berarti mereka sudah bergelar dokter, masih banyak fase-fase yang harus mereka lewati, salah satunya Koas alias dokter muda. Program koas biasanya diselenggarakan di rumah sakit yang bekerja sama dengan kampus dan calon para dokter muda itu tidak digaji. Singkat cerita Ikmal, Caca, Abil dan Ahmad koas di rumah sakit yang sama, ini bukan akhir dari perjuangan Ikmal menjadi seorang dokter, tapi ini babak baru bagi Ikmal untuk terus berjibaku dengan keadaan untuk mewujudkan mimpinya sebagai seorang dokter.

Durasi koas Ikmal berlangsung selama satu setengah sampai dua tahun. Di fase ini terdiri dari berbagai macam stase yang harus dipelajari., ada stase bedah, anak, THT, forensik, anestesi, kandungan, penyakit dalam, psikiatri, dan lain-lain. Untuk mempermudah proses pembelajaran, Ikmal, Ahmad, Abil dan Caca disatukan dalam kelompok-kelompok kecil, untunglah masih terus bisa bersama-sama meraih mimpi mereka jadi dokter.

Saat koas, Ikmal pun sudah tidak lagi bisa tinggal di asrama, sebab lokasi asrama dan rumah sakit tempat Ikmal koas sangat jauh, nah lokasi rumah sakit Ikmal koas ini lebih dekat dari rumah Uwak. Suatu ketika Ikmal berencana mencari kost agar lebih dekat ke rumah sakit, namun sayangnya, uang Ikmal belum cukup untuk membayarkan sewa kost. Saat itu Ikmal sempat gundah, di satu sisi ia tidak ingin merepotkan keluarga Uwak, namun sayangnya himpitan ekonomi mau tak mau memaksa Ikmal harus menumpang tinggal di rumah Uwak untuk sementara waktu.

"Wak, maaf Ikmal datang ke sini untuk merepotkan Uwak," kata Ikmal.

"Tak apa lah, kau ini kan anak dari Abangku sendiri, kau bebas mau ke sini pun," jawab Uwak.

Lihat selengkapnya