Berkat keuletan dan ketelatennanya mengumpulkan uang selama ini, Ikmal pun telah memiliki sejumlah tabungan, uang itu didapatkan Ikmal dari hasil ngoten yang jumlahnya cukup fantastis. Di sisi lain, Ikmal harus meninggalkan desa sebab masa baktinya di Puskesmas sudah selesai. Sosok Ikmal sebagai dokter pun cukup melekat di hati para warga, tak ayal saat ia akan meninggalkan desa banyak sekali warga yang merasa kehilangan.
"Nggak kerasa udah hampir setahun lebih aku di sini, tempat ini sudah aku anggap selayaknya rumah sih, jadi aku betah banget di sini," kata Ikmal sambil memandangi sudut-sudut kontrakannya.
Biar bagaimana pun hidup tetap terus berjalan, meski cinta dengan desa, mau tidak mau Ikmal harus kembali ke kota untuk melanjutkan hidupnya.
"Tapi aku harus pulang, ada nenek yang sudah aku tinggalkan lebih dari setahun untuk mengabdi di sini. Nenek pasti rindu denganku," sambungnya.
Keesokan harinya, untuk terakhir kali Ikmal menginjakan kaki di Puskesmas untuk berpamitan dengan para warga. Ia pun dibuat kaget dengan kerumunan warga yang sudah berkumpul di depan puskesmas, bukan hanya itu para warga juga membawakan ahsil kebun sebagai buah tangan untuk Ikmal.
"Ya Allah, terharu kali lho, banyak sekali warga yang datang," kata Ikmal.
Kedatangan Ikmal pun langsung disambut oleh Pak Lurah.
"Dokter Ikmal, sudah ditunggu warga," kata Pak Lurah.
Dengan hati yang berat, Ikmal pun menyapa warga untuk terakhir kalinya sebelum pulang.
"Selamat pagi Bapak-bapak, Ibu-ibu, terima kasih banyak atas waktunya, terima kasih banyak telah menyempatkan hadir di sini. Seperti yang sudah diketahui hari ini saya akan pamit pulang, sejujurnya berat hati saya meninggalkan desa yang sudah saya anggap seperti rumah saya sendiri."
"Tapi biar bagaimana pun yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan, untuk itu saya mohon pamit untuk pulang hari ini. Satu tahun berada di desa ini telah mengukir kenangan indah di memori saya, di sini saya begitu dicintai dan diperlakukan baik sekali oleh Bapak dan Ibu semuanya."
"Karena keterbatasan saya sebagai manusia, saya tidak bisa membalas langsung kebaikan Bapak dan Ibu selama saya tinggal di sini, tapi dalam doa saya tidak pernah luput meminta Bapak dan Ibu semuanya selalu dalam lindungan Allah SWT, senantiasa diberkahi dan dilimpahkan rezekinya."
"Pak, Bu, dari lubuk hati Ikmal yang paling dalam, Ikmal memohon maaf atas salah dan silap yang pernah Ikmal lakukan selama di sini, baik disengaja maupun tidak, Ikmal pamit ya," kata Ikmal.
Ibu Siti, tetangga kontrakan Ikmal pun menjadi salah satu warga yang cukup kehilangan, bahkan ia tak kuasa membendung tangisnya saat Ikmal berpamitan.
"Dokter Ikmal," ucap Bu Siti sambil menangis.
"Ibu Siti," balas Ikmal sambil menjabat tangan.
"Dokter kenapa pulang? nanti saya nggak punya tetangga buat ngobrol lagi," kata Bu Siti.
"Ikmal harus pulang Ibu, masa bakti Ikmal sudah habis, nanti kalau ada waktu senggang kita berjumpa lagi ya. Saya doakan Bu Siti sehat selalu, saya bakal kangen nih sama kolak pisang bikinan Bu Siti," ucap Ikmal sambil berkelakar.
Di mobil yang akan mengantar Ikmal pulang, Pak Lurah dan beberapa warga bahu membahu menata buah tangan yang akan diberikan kepada Ikmal, ia pun kaget dengan banyaknya oleh-oleh pemberian dari warga.
"Astaga Pak, ini banyak sekali, seperti saja mau jualan saja. Apa ini tidak merepotkan warga?" tanya Ikmal.
"Sama sekali tidak repot dokter, anggap ini ucapan terima kasih kami kepada dokter," kata Pak Lurah.
"Baiklah kalau tidak merepotkan, saya terima ya Pak," ucap Ikmal.
"Terima kasih ya dok, telah memberikan pelayanan terbaik untuk warga selama setahun ini," kata Pak Lurah.
"Saya pamit ya Pak," pungkas Ikmal.
Rencananya Ikmal akan langsung pulang ke rumah nenek hari ini, ia akan berdiam sejenak di kampung sebelum nantinya akan bekerja lagi di rumah sakit di kota. Sepanjang perjalanan pulang, Ikmal pun merekam momen-momen indah yang nantinya akan ia upload ke media sosial. Setelah rekaman dirasa cukup Ikmal pun mulai mengedit video itu, ia bercerita soal pengalamannya satu tahun mengabdi sebagai tenaga kesehatan di daerah pelosok. Momen haru perpisahan dengan warga pun tak lupa ia sematkan, kegiatan itu rupanya bisa mengalihkan Ikmal dari rasa bosan menempuh perjalanan kurang lebih sembilan jam. Tak terasa Ikmal pun sudah tiba di rumah nenek saat matahari akan terbenam, di teras rumah nenek sudah menantikan kepulangan cucu kesayangannya itu.
"Nek," kata Ikmal turun dari mobil.
"Ikmal, nenek sudah lama tunggu kamu di sini," jawab nenek.
"Bang ini diturunkan di mana?" tanya sang sopir yang akan menurunkan oleh-oleh Ikmal.
"Apa itu Mal, banyak sekali?" tanya nenek.
"Itu lah baiknya warga desa nek, Ikmal mau pulang saja diberi oleh-oleh sebanyak itu. Ada beras, kelapa, pisang, ubi, sudah seperti nak jualan saja Ikmal ni," bebernya.
"Bang sudah ya, saya pamit," kata sang sopir.
"Tunggu Bang, ini buat Abang, terima kasih sudah antar saya pulang dengan selamat," ucap Ikmal sambil memberikan sedikit uang.