Secepat Surga Menginginkannya

Gabriella Gunatyas
Chapter #19

Berdamai dengan Diri

Perasaan Ayu pun semakin tak karuan, pasalnya sampai Khair kembali ke Malaysia ia masih belum mendapatkan kejelasan, saat itu ia masih berpositif thinking bahwa waktu belum tepat untuk Khair mengungkapkan semuanya, sebab perkenalan mereka begitu singkat. Meski Khair kini berada di negeri seberang, keduanya pun masih sering berkomunikasi untuk bertukar pikiran, pendapat, bahkan bertukar cerita satu sama lain, hal itu pun terus dilakukan keduanya hingga akhir tahun.

Ayu yang sudah merasa baper dengan Khair pun memutuskan untuk mengunjungi Khair di Malaysia, rencananya bulan ini Ayu akan bertolak ke Negeri Jiran untuk sekedar melepas rindu dengan Khair, saat ini juga momen yang tepat untuk Ayu mengambil cuti tahunan, ia pun lantas mengajak Ikmal untuk bersama-sama berlibur ke Malaysia.

"Mal, mau tak kau ikut Kak Ayu liburan ke Malaysia? usahakanlah kau ambil cuti bulan ini dan urus semuanya. Tenang aja semuanya Kak Ayu yang tanggung," kata Ayu.

"Coba deh nanti Ikmal coba minta cuti tahunan, tumben banget ngajak liburannya di Malaysia, biasanya juga ke Pantai di kampung?" tanya Ikmal menggoda.

"Selagi masih muda lah mal, coba traveling ke negara tetangga, siapa tahu di sana kita menemukan kebahagiaan," timpal Ayu.

"Jodoh maksudnya?" goda Ikmal.

Singkat cerita, Ikmal dan Ayu pun telah mendapatkan cuti selama tiga hari untuk keberangkatan mereka ke Malaysia, dokumen, tiket dan semuanya pun telah disiapkan. Ayu pun semakin tak sabar untuk bertemu dengan Khair.

"Mal, ini udah Kak Ayu pesankan tiket buat kita pergi, Kak Ayu ambil penerbangan paling pagi, coba cicil packing barang-barang kamu, jangan ada yang ketinggalan," kata Ayu.

"Udah siap Ikmal, paking udah dari jauh-jauh hari," jawabnya.

Semua persiapan beres, pagi-pagi buta, Ikmal dan Ayu pun berangkat ke bandara, keduanya cukup excited untuk berlibur ke Malaysia, bahkan keduanya rela berangkat saat matahari belum muncul untuk mendapatkan penerbangan paling pagi.

"Rindu kali ya naik pesawat pagi-pagi, terakhir kita naik pesawat waktu pulang umrah," beber Ikmal.

"Iya itu pertama kalinya kita naik pesawat," kata Ayu.

Keduanya pun menikmati pemandangan pagi dari atas pesawat, setelah menempuh penerbangan lebih dari satu jam, keduanya pun tiba di Malaysia. Ayu ke Malaysia bukan tanpa persiapan, sebelumnya, ia sudah banyak tanya ke Bu Silvia tentang tempat tinggal Khair, namun saat itu Ayu belum memberi tahu Khair akan ke Malaysia. Lewat unggahan di media sosialnya Ayu pun mengunggah momen saat ia dan Ikmal tiba di Negeri Jiran itu.

"Foto dulu kali kak, biar orang pada tahu kita di Malaysia," pinta Ikmal.

"Udah kok, udah di story," jawab Ayu.

"Narsis juga ternyata," timpal Ikmal.

Karena hari ini keduanya belum memiliki agenda, Ikmal dan Ayu pun memutuskan untuk ke hotel dan menikmati suasana di sekitar hotel. Keduanya berkesempatan mencicipi nasi kandar khas Malaysia, teh tarik dan beberapa kuliner khasnya. Tapi hati Ayu dibuat tak tenang, pasalnya niat Ayu memberi kode bahwa dirinya sedang di Malaysia lewat story tadi belum juga dilihat oleh Khair.

"Kenapa sih kak? dari tadi ngecek-ngecek HP mulu?" tanya Ikmal.

"Nggak, mastiin aja kalau kerjaan kantor beres," jawab Ayu berkelit.

"Lah kan kita liburan, masih aja ngecekin kerjaan kantor," kata Ikmal.

"Iya, iya, udah kok kelar," kata Ayu.

Sedikit kegundahan di hati Ayu kalau Khair tak melihat storynya, bahkan ia pun sudah pasrah tatkala di Malaysia hanya untuk berlibur dengan Ikmal bukan bertemu Khair, setelah keduanya selesai makan, Ikmal dan Ayu pun kembali ke hotel, karena Ayu dan Ikmal memesan dua kamar, Ayu jadi punya kesempatan untuk menyendiri, sampai malam pun Khair belum juga melihat story yang di posting oleh Ayu, namun Ayu juga enggan memberi tahu Khair kalau saat ini ia sedang berada di Malaysia.

Ayu pun sudah sangat pasrah, ia meletakan ponselnya dan mencoba untuk tidur, tapi tak berselang lama ponselnya pun berdering. Rupanya apa yang ditunggu Ayu seharian ini pun tersampaikan, ponsel itu berisikan notifikasi dari Khair.

"Di Kuala Lumpur Yu? kenapa nggak bilang?" tulis Khair.

"Iya, aku liburan sama adik aku, tapi cuma tiga hari di sini," jelas Ayu.

"Oh, besok apa aja agenda kamu di KL?" tanya Khair.

"Belum tahu, paling mau eksplore sekitar aja," jawab Ayu.

"Umm, sore bisa kali ya kita makan bareng? di Pavilion boleh kali," kata Khair.

"Boleh," tutup Ayu.

Ayu pun cukup memaklumi kesibukan Khair saat ini, iya juga tak keberatan bertemu Khair walau hanya dalam waktu yang singkat. Ajakan dari Khair itu pun sudah cukup melegakan Ayu, kesempatan itu juga akan dimanfaatkan Ayu dengan baik.

"Mau pergi lagi kak?" tanya Ikmal.

"Iya, kakak mau ke Pavilion sebentar, ketemu sama teman kakak," kata Ayu.

"Lah punya teman aja dia di sini, hati-hati lho, nggak lucu kalau sampai harus ilang di negara orang," celoteh Ikmal.

"Kakak pergi dulu ya, kamu stay di hotel aja," pinta Ayu.

Memakai baju terbaik yang Ayu punya, make up dan memakai parfum yang cukup banyak pun dilakukan Ayu untuk bertemu dengan Khair. Ayu juga sengaja tak mengajak Ikmal karena kali ini ia benar-benar serius untuk mempertanyakan perasaan Khair kepadanya.

"Kayaknya ini deh restoran yang dimaksud Khair, tapi dia belum dateng," ucap Ayu dalam hati.

Saat melihat ponselnya, Ayu pun menyadari bahwa ia datang lebih awal dari kesepakatan dengan Khair, tak lama dari itu Khair pun datang menemui Ayu.

"Hai Yu, sudah lama ya tak jumpa," kata Khair.

"Hai, Khai," jawab Ayu.

"Adik kamu mana? sendirian aja?" tanya Khair lagi.

"Dia ada di hotel, ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal," ucap Ayu beralasan.

"Um oke, Yu maaf ya, aku ajak seseorang juga ke sini, niatnya mau aku kenalin ke kamu, cuma dia belum dateng," kata Khair.

Sambil menunggu seseorang itu, Khair dan Ayu pun melanjutkan bincang-bincang mereka, sampai pada akhirnya muncul kata-kata dari Khair yang membuat Ayu deg-degan, bahkan Ayu menduga kata-kata itu adalah yang ia tunggu dari Khair selama ini.

"Sebenarnya ada hal yang ingin aku sampaikan ke kamu Yu," kata Khair.

Meski sudah menduga-duga Khair akan mengungkapkan perasaannya, Ayu pun berusaha terlihat tenang dan tidak salah tingkah.

"Akhirnya," ucap Ayu dalam hati.

Belum juga hal itu diutarakan oleh Khair, seseorang yang akan dikenalkannya kepada Ayu pun telah tiba.

"Hawa," ucap Khair memanggil wanita itu.

Mendengar ucapan itu lamunan Ayu pun terpecah, ia melihat ke arah luar tepat di mana wanita itu berdiri. Di sudut sana berdiri seorang wanita cantik, tinggi semampai dan begitu stylish, ia juga terlihat anggun dengan busana rapi yang dikenakannya, bahkan wanita itu terlihat semakin cantik tatkala berjalan menggunakan sepatu heelsnya.

"Itu siapa? cantik banget, apa adiknya Khair ya," ucap Ayu dalam hati.

Wanita itu pun lantas menghampiri meja Ayu dan Khair.

"Hawa, duduk ini Ayu," kata Khair.

"Hallo, Ayu, Hawa," sapa wanita cantik itu.

Ayu pun sempat terdiam, pasalnya ia sedikit familiar dengan nama Hawa.

"Hi, Ayu," jawab Ayu.

"Nah Ayu ini Hawa, yang mau aku kenalkan," kata Khair.

Saat itu Ayu pun masih berusaha keras mengingat nama Hawa yang pernah ia dengar sebelumnya, namun belum juga Ayu berhasil mengingat, hatinya pun sudah terlanjur patah.

"Yu, Hawa ini tunangan aku, kita kan menikah bulan depan, karena kamu di sini jadi kita ingin menyerahkan undangan ke kamu secara langsung," ucap Khair.

Mendengar hal itu dada Ayu pun terasa sesak, bahkan ia tak kuasa menahan tangis, tak ayal ia pun meminta izin untuk ke toilet.

"Wait, wait, Hawa, Khair, aku ke toilet dulu ya," pinta Ayu.

Ia pun berlari ke toilet sambil menahan tangisnya, demi apa pun ucapan Khair barusan sangat amat melukai hati Ayu, ia pun mempercepat langkahnya agar segera sampai ke toilet. Tak sengaja Ayu membanting gagang pintu toilet lumayan keras, tangisnya pun pecah di sana. Rasa, sakit, sedih bakan kecewa pun berkecamuk di benak Ayu saat itu, namun ia harus pandai menyembunyikan lukanya.

"Ya Allah sia-sia sudah jauh-jauh ke sini, kenapa kepedean sih Yu, yang punya rasa itu kamu daong, Khair enggak sama sekali. Sekarang rugi banget kan, kumpulin uang susah-susah, susul ke Malaysia malah ini yang kamu dapat, harusnya sejak Khair pulang rasa kamu ke Kahir itu juga harus padam," ucap Ayu menyalahkan dirinya.

Mengingat Khair dan Hawa masih menunggu di luar, Ayu pun tak bisa berlama-lama mengurai rasa kecewanya, beberapa kali ia mencoba menyembunyikan tangisnya.

"Sudah Ayu cuci muka, jangan menangis lagi, kuat, hadapi dulu mereka," kata Ayu menguatkan.

Setelah selesai mencuci muka dan merapikan make upnya, Ayu pun kembali ke meja Hawa dan Khair.

"Ayu are you oke?" tanya Hawa.

"Oke," jawab Ayu.

Ia pun segera mengambil undangan yang diberikan Khair tadi.

"Makasih ya atas undangannya, semoga lancar sampai hari H, aku usahakan bisa hadir di hari bahagia kalian," kata Ayu.

Seakan tak mau berlama-lama, Ayu pun segera pamit kepada Hawa dan Khair.

"Hawa, Khair, aku balik duluan ya, tiba-tiba aku kurang enak badan," kata Ayu.

"Ayu menginap di mana? kami antar saja yuk?" pinta Hawa.

"Terima kasih Hawa, aku bisa sendiri kok, bye, bye Khair," tukasnya.

Selama perjalanan ke hotel, air mata Ayu pun tak terbendung, ia tak menduga bahwa hari ini hatinya kana hancur berkeping-keping.

"Kak Ayu," ucap Ikmal kaget melihat kakaknya menangis sesenggukan.

Ikmal pun langsung menghampiri Ayu.

"Kenapa Kak?" tanya Ikmal.

Pertanyaan Ikmal itu pun tak sempat dijawab oleh kakaknya, Ayu hanya mengisyaratkan pada Ikmal agar ia keluar dari kamarnya dan membiarkan Ayu sendiri. Di sisi lain, Ikmal pun juga merasa tak tenang melihat kakaknya seperti itu, namun apa daya saat ini Ayu belum bersedia untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Kak Ayu kenapa ya?" ucapnya cemas.

Ikmal pun berusaha memahami apa yang kini dirasakan oleh kakaknya, sambil membiarkan Ayu menenangkan diri Ikmal pun pergi untuk menikmati sore di sekitar hotel.

"Kak, kalau udah tenang ngobrol sama Ikmal ya," tulis Ikmal pada pesan singkatnya kepada Ayu.

Meski jalan-jalannya kali ini kurang menyenangkan karena masih kepikiran sang kakak, Ikmal mencoba menikmatinya, kala itu ia berhenti di sebuah toko untuk memberikan cindera mata untuk nenek, ibu dan Adelin. Setelah puas menikmati suasana kota, ia pun memutuskan kembali ke hotel, tapi Ikmal menyempatkan untuk membeli beberapa roti untuk Ayu.

"Kak, Ikmal belikan roti," kata Ikmal.

Melihat mata kakaknya masih sembab, Ikmal pun mencoba menanyakan apa yang terjadi dengan Ayu.

"Kakak kenapa? cerita dong," pinta Ikmal lagi.

"Nggak apa-apa Mal, besok pagi kita pulang, kakak udah beli tiket," jawab Ayu.

"Kan kita masih sehari kak di sini, dimajukan kah pulangnya?" tanya Ikmal lagi.

"Iya," pungkas Ayu.

Ikmal menyadari betul apa yang dirasakan kakaknya saat ini, alhasil iya pun menyetujui untuk pulang lebih cepat, Ikmal pun langsung kembali ke kamarnya untuk segera mengemasi barang-barangnya. Sambil mengemasi barang-barang itu, Ikmal juga menyempatkan mengunggah momen liburannya bersama Ayu. Tak berselang lama setelah unggahan itu dibagikan Ikmal, Aldo teman Ayu yang juga berteman dengannya di Instagram pun memberikan reaksi.

"Duh yang lagi liburan," kata Aldo.

"Kak, Aldo, teman kantor Kak Ayu kan ini, ngerespons story aku, 'hehe iya Kak mupung dibayarin Kak Ayu'," balas Ikmal.

"Btw Mal, kasih bocoran, udah ada kabar baik soal Ayu belom?" tulis Aldo.

"Hah? dia tadi sore bilang mau ketemu temennya, balik-balik ke hotel nangis sesenggukan, terus besok minta balik ke Indo," balas Ikmal.

Mendengar pernyataan itu Aldo pun kaget.

Lihat selengkapnya