Secerah Purnama Awal Desember

Khairatul Annisa
Chapter #5

Izin Mama

Kebahagiaan anak tetap prioritas orang tua, mereka harus menyadari itu secepat mungkin jika tak ingin menyesal nantinya

-Author

🌸🌸🌸

Luna kecil berteriak seraya memegangi mic dan tak berhenti menirukan gaya bicara orang pada layar televisi tersebut. Luna terus saja berteriak lantang tanpa mendengar larangan Reni. Setelah berteriak Luna tertawa bahagia.

"Mama, Luna nanti besar mau seperti tante itu," ujarnya seraya menunjuk televisi.

"Iya, sayang. Tapi Luna jangan berteriak seperti tadi, takutnya nanti suaranya habis, terus Luna ga ada suara ketika bicara," peringat Reni.

"Tapi kan, tante itu teriak-teriak ma, makanya Luna ikutin"

"Itu kan dia sedang ada acara dan ramai, Luna. Wajar saja, kalo kamu kan cuma berdua sama mama di rumah, mana penonton kamu cuma mama lagi," ucap Reni lalu mengelus rambut Luna.

"Iya deh ma, tapi nanti Luna mau seperti tante itu pokoknya," tegasnya lagi dengan puppy eyes yang menggemaskan.

Reni tersenyum miris kala memutar kembali memory lama, betapa Luna sangat menginginkan menjadi seperti itu. Namun sayang, mimpinya harus dikubur.

Reni bingung, memilih antara kesehatan Luna atau kesenangan Luna. Bisa saja ia mengizinkan Luna untuk ikut satu atau dua acara, tapi takutnya nanti Luna kambuh lagi. Jika untuk acara formal atau semi formal tak masalah untuk Luna ikut karena tak perlu berteriak di tengah lapangan. Tetapi untuk acara non formal, hati Reni agak berat. Mengingat sang anak sudah kronis.

Diusapnya wajahnya gusar, kemudian beranjak menuju kamar Luna,memberi tahu bahwa ia mengizinkan untuk ikut.

Tok Tok Tok

"Lun, buka pintunya. Makanannya sudah masak," teriak Reni "Lun, ayo makan, nanti perutnya sakit. Buruan keluar mama tunggu."

Luna masih kesal dengan Ibunya itu, kali ini mereka bertengkar bukan perihal belanja. Agak sedikit berbeda dari biasanya. Luna berjalan malas ke depan pintu kamar dan membukanya.

Klek

Luna keluar dengan wajah tak beraturan.

"Iya."

Kentara sekali wajah lusuhnya habis menangis. Reni tak tega melihat anaknya bersedih seperti itu, dipeluknya Luna kemudian dielusnya punggung Luna.

"Kita makan dulu, yuk! nanti mama kasih tau kamu ya," ujuarnya dengan wajah manis.

Luna mengangguk, berjalan mengikuti Reni dari belakang. Masih dalam keadaan lesu tak dapat restu. Ia hanya bisa pasrah dan menyimpan segala mimpinya, bahkan hanya untuk menjadi MC sekolah.

***

Luna menyelesaikan makannya. Beranjak pergi kembali ke kamar, berusaha menghindari Ibunya hanya sekedar menenangkan diri. Baru saja beberapa langkah, Reni memanggil Luna dengan lantang.

Lihat selengkapnya