Secercah Asa di Desa Lada

Steffy Hans
Chapter #3

Doa Atet dan Athuan

Semua siswa SD Utama mengikuti ujian semester genap hari ini. Atian mengerjakan soal ujian dengan percaya diri dan penuh semangat. Tidak peduli kata Ahui beberapa hari yang lalu, ia tetap memfokuskan diri untuk belajar dan belajar demi mewujudkan impiannya ingin menjadi orang yang sukses.

Tidak hanya Atian, Ahui juga sama. Dia mengerjakan soal ujian hari ini dengan percaya diri. Karena merasa yakin bisa menjadi juara kelas lagi, dia tidak memeriksa ulang jawaban ujian itu. Di antara teman-teman sekelasnya, dialah yang pertama kali mengumpulkan soal dan jawaban ujian ke meja guru.

Atian tidak ingin buru-buru mengumpulkan jawaban ujian. Walaupun dia juga sudah selesai, dia memeriksa ulang satu per satu jawaban yang diisinya. Setelah merasa yakin, dia memberanikan diri untuk mengumpulkan jawaban miliknya.

Guru pengawas yang kebetulan adalah wali kelas Atian, tidak percaya melihat Atian juga sudah selesai mengerjakan soal ujian. "Kamu sudah selesai, Tian? Nanti jawabanmu salah semua." Sang guru sangat tahu seperti apa kemampuan Atian dalam belajar.

"Saya yakin jawaban saya ada yang benar karena saya sudah belajar dengan giat, Bu," jawab Atian dengan yakin.

"Baiklah. Ibu akan memeriksanya nanti. Kamu boleh keluar kelas sekarang."

"Iya, Bu." Atian mengambil tasnya yang ia letakkan di depan kelas, lalu melangkah ke perpustakaan. Karena hari ini ada dua mata pelajaran yang diujikan, dia ingin belajar untuk mata pelajaran ujian ke dua. Menurutnya, perpustakaan adalah tempat yang pas untuk belajar dengan suasana yang tenang.

Setelah jajan di kantin, Ahui mengelilingi koridor sekolah sembari menunggu bel berbunyi. Dia melihat Atian sudah keluar dari kelas. "Atian sudah selesai ujian? Pasti jawabannya salah semua. Dia 'kan bodoh. Mana mungkin bisa menjawab soal ujian dengan benar?" Dia tidak menyadari keangkuhannya itu akan berakibat buruk pada masa depannya nanti.

Setelah tiba di perpustakaan, Atian membuka kembali buku pelajaran untuk ujian ke dua nanti. Dia melirik ke jam yang menggantung di dinding perpustakaan. Jam itu menunjukkan pukul 08.30, sedangkan ujian ke dua nanti pukul 09.15. Itu berarti masih ada waktu setengah jam lebih untuk mengulang materi pelajaran. Tatapannya tampak serius membaca setiap lembaran buku.

"Sempurna atau tidak nilai yang kamu dapat, itulah usaha kamu, Tian. Semakin kamu giat belajar, Mama yakin kamu bisa mendapat nilai yang bagus suatu hari nanti." Kata-kata ibunya terus terngiang di ingatan Atian. Kata-kata itulah yang kini memotivasinya untuk terus belajar tanpa harus terpaku pada nilai yang akan didapatnya nanti.

***

Hari mulai gelap. Cahaya rembulan tampak meremang. Di sekitarnya terdapat gumpulan awan hitam. Embusan angin terasa lebih dingin dari biasanya. Sesekali tampak kilatan petir yang menerangi langit. Pertanda hari akan hujan. Meski demikian, Atet beserta anak dan istrinya tetap memilih makan malam di teras. Selain tempat favorit mereka bersantap makanan, mereka juga sering duduk santai sambil mengobrol ringan.

"Tian, mengapa makan terburu-buru seperti itu? Makanlah dengan pelan-pelan!" tegur Athuan.

Lihat selengkapnya