Atet baru saja pulang dari rumah Aliang—pemilik kebun lada—setelah mengantar uang hasil jual lada di pasar. Dia masuk usai memarkirkan motornya di samping rumah. "Dek, kamu di mana?"
"Ada apa, Ko? Aku sedang mencuci piring di belakang," sahut Athuan.
Atet menghampiri Athuan di belakang rumah. "Kamu pergi ke toko Ko Fong sekarang."
Athuan menoleh dan mengerutkan dahi. "Ada yang ingin kamu beli? Kenapa tidak mampir langsung saja tadi?"
"Aku malas bertemu istrinya itu. Kamu saja yang pergi ke sana."
Selesai mencuci piring, Athuan mendekati suaminya. "Memangnya, kamu mau beli apa?"
"Aku tidak mau beli apa-apa." Atet mengeluarkan dompetnya yang berisi ratusan ribu. "Berapa jumlah utang kamu di toko Ko Fong, Dek?"
"Lima ratus ribu."
Atet mengeluarkan lima lembar uang ratusan ribu. "Kamu bayar sekarang utang-utang kamu supaya kita tidak dihina-hina lagi sama mereka."
"Kamu sudah jual lada-lada tadi?"
"Sudah. Setelah dari pasar, aku mampir ke rumah Ce Liang untuk mengantar hasil penjualan lada. Bulan ini, lada yang dipanen lumayan banyak. Kebetulan juga, harga lada sedang naik. Jadi, uang yang didapat lebih banyak dari penjualan sebelumnya. Ce Liang juga beri uang lebih untuk kita. Katanya, bonus dari kerja keras aku. Jadi, kamu bisa belanja sayur untuk dua minggu ke depan. Kasihan Atian kalau hampir setiap hari makan telur, mie instan, dan sayur lalap terus."
Athuan berusaha menahan air matanya agar tidak keluar di depan suaminya. Karena setiap disinggung soal makanan yang disantap mereka setiap hari, dia pasti akan menangis. Mau belanja sayur, tetapi tidak punya uang.
Athuan menerima uang itu, lalu bersyukur dalam hati. Hatinya lega karena bisa membayar utangnya yang sudah lama menumpuk di toko Afong. "Iya, Ko. Aku pergi dulu ke toko Ko Fong."
"Iya, hati-hati, Dek."
***
"Utang kamu sudah lunas, Thuan," ucap Afong usai menghitung jumlah uang yang diberikan Athuan.
"Maaf, ya, Ko. Baru sekarang, aku bisa bayar utang-utang aku."
"Aku 'kan sudah bilang dari awal. Kalau kamu belum punya uang, ambil saja dulu apa yang kamu mau, nanti baru bayar setelah ada uang. Jadi, jangan sungkan. Kalau orang lain yang berutang, aku ragu, Thuan. Mereka berutang tidak pernah mau membayar walaupun ada uang. Beda dengan kamu."
"Iya, Ko. Kalau ada uang, aku juga tidak mau berutang. Namun, mau bagaimana lagi. Keadaan yang membuat aku harus berutang seperti ini, Ko. Namun, sekali dapat uang, aku mau langsung bayar semua utang aku supaya tidak semakin menumpuk."