Ira duduk di depan meja kecil di kamar sempitnya. Di dinding, tergantung puluhan potret: foto-foto para penjahat yang ia buru. Beberapa sudah dicoret silang merah. Sisanya... masih dalam antrean kematian.
Di tangannya, selembar foto seorang gadis kecil. Ia tersenyum polos, memeluk boneka kelinci.
"Alya..." bisiknya lirih.
Alya adalah adiknya. Tiga tahun lalu, ia diperkosa dan dibunuh oleh tiga pemuda kaya anak pejabat. Ira menyaksikan sendiri bagaimana sidang itu menjadi pertunjukan sandiwara. Para pelaku bebas, bahkan tertawa ketika keluar dari pengadilan.
Sejak hari itu, Ira berhenti percaya pada hukum. Ia menghilang dari dunia kepolisian. Dalam diam, ia berubah. Bukan lagi petugas. Tapi algojo.
Dan malam ini, satu lagi nama akan dicoret.