“Kasih tahu gue, kenapa lo tadi sengaja buat Selina jatuh.”
Suara dingin dan mencekam itu sukses membuat bulu kuduk Chris berdiri seketika. Dia bahkan tidak berani melirik kepada Arghi yang baru saja berbicara. Arghi sendiri duduk di kursi yang disediakan di lapangan belakang dengan satu kaki ditumpu di atas kaki lainnya, menatap Chris tajam. Meminta jawaban juga atas pertanyaan yang dilemparkan Arghi.
“Jawab! Enggak ada mulut?!” kesal Alister. Terlebih Alister, Gavin, Galang, Justin, Ravelino, Drake baru selesai dihukum tadi. Tepat setelah bel istirahat berbunyi dan Arghi memintanya ke lapangan belakang. Semangat mereka untuk berantem, rasanya menggebu-gebu.
Chris tubuhnya menjadi gemetar sendiri karena takut itu sukses membuat anggota Blood Kick menarik satu senyuman sinis. “Lapor ke guru berani, dilabrak dikit gini udah gemetaran. Cowok atau banci?” kata Drake.
“Tahu. Cupu banget,” sahut Justin.
“Sering ngelaporin kita ke guru dengan alasan perbuatan kita salah, tapi dia sendiri? Malah buat cewek jatuh, malah berlagak enggak ada apa-apa. Banci banget,” kata Erland.
“Lo mau tahu kenapa kita enggak lapor ke guru?” Aydan membuka suara.
“Karena gue jelas tahu, guru-guru akan bela lo. Lo anak kesayangan mereka, jauh dari gue dan Arghi. Kalau gue yang lapor, mereka bisa mikir kalau gue disuruh sama teman-teman gue. Dia tahu gue anggota Blood Kick. Jadi kita semua disini sekarang,” sambung Aydan ketika Chris hanya diam membisu.
“Iya. Soalnya dia kan anak caper,” sahut Galang.
“Gue nanya sekarang, kenapa lo sengaja buat Selina jatuh?” tanya Ravelino.
“G-Gue gak buat Selina jatuh.”
“Jadi lo mau bilang kalau Arghi itu bohong? Arghi sengaja nuduh lo gitu?” tanya Galang. Emosi sendiri karena Chris benar-benar seperti pengecut.
“Nyari mati banget ni cowok mau ngelak sekaligus fitnah Arghi,” ujar Drake yang tak kalah kesal.
Arghi sendiri mengangkat sebelah alisnya. Tatapannya ke arah Chris semakin tajam. Dia sangat benci cowok pengecut semacam Chris. Dia kemudian berdiri dari kursinya sukses membuat teman-temannya akhirnya memilih untuk menyingkir agar Arghi bisa mendekati Chris. Banyak yang tersenyum puas melihat Arghi yang akan memberi pelajaran kepada Chris.
Arghi kemudian sedikit menunduk, meraih kerah kemeja sekolah yang dikenakan Chris membuat Chris yang sejak tadi menunduk, akhirnya mendongak terkejut. Arghi menatapnya dengan tatapan dingin sekaligus tajam.
“Lo mau jujur sekarang atau masih mau ngelak?” tanyanya.
“HAJAR AJA ARGHI!”
“JANGAN KASIH AMPUN!”
“TIATI LO CHRIS! BENTAR LAGI DIJADIIN SARUNG TINJU!”
“NANTI MUKANYA KEK PELANGI! BERAGAM WARNA!”
Teriakan dari anggota Blood Kick menjadi pendamping di antara panasnya suasana Arghi dan Chris. Arghi masih menunggu jawaban, sedangkan Chris menunduk takut. Tentu saja. Didepannya sekarang adalah ketua Blood Kick yang terkenal dengan ketegasannya dan banyaknya orang yang sudah menjadi korban dari tangan dan keahlian Arghi dalam menghajar seseorang. Untuk berbicara saja rasanya sulit.
“Lo gak ada mulut?” Pertanyaan itu keluar dari bibir Arghi. Dia mencengkram kemeja Chris semakin kuat. “Jawab. Jangan sampai gue buat mulut lo susah berfungsi,” ancamnya lagi sukses membuat Chris semakin takut.
Arghi menarik satu senyuman sinis ketika merasakan dengan jelas badan Chris gemetar. “Banci banget lo. Digituin aja udah gemetar. Kalau lebih dari ini, lo bisa-bisa nangis di tempat,” ujar Arghi dengan dinginnya sekaligus meremehkan.
“BUAT NANGIS AJE, GHI!” ujar Galang mendukung.
“IYA! HAJAR AJA! GAK USAH SUNGKAN!” teriak Alister.
“ANAK MAMA!” teriak Gavin.