"Selina! Kamu belum kerjain tugas saya kemarin kan? Keluar sekarang, ke lapangan! Berdiri sampai istirahat selesai!"
Selina akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain mendengarkan perintah dari gurunya. Sebenarnya gurunya tidak segalak ini, hanya saja sepertinya dia sedang badmood sejak masuk ke kelas. Terlebih Selina satu-satunya yang tidak mengerjakan tugas. Anggota Blood Kick lain sudah mendapatkan contekan dari Arghi dan Aydan.
"Pak! Kan diluar panas, mataharinya terik. Nanti kalau sampai anak orang gosong gimana Pak?" tanya Galang.
"Itu salahnya! Siapa suruh gak kerjain PR? Yang enggak kerjain PR, temenin dia sana!" balas Pak Samsudin membuat kelas kembali hening.
Selina kemudian lekas berjalan keluar secepatnya. Lebih baik dibanding kembali mendapat kemarahan dari Pak Samsudin. Itu membuat Aurel menarik satu senyuman sinis sekaligus puas.
Pak Samsudin menghela napas. Menaikkan kacamatanya yang sempat turun. "Kita bahas PR-nya. Aydan, kamu maju kedepan dan jelasin nomor satu. Seperti biasa tulis rumus juga, jelasin rinci, Arghi nomor dua," ujar Pak Samsudin.
Bisa dikatakan Arghi dan Aydan adalah anak kesayangan. Arghi dan Aydan sering diminta maju dan menjelaskan kepada teman-teman mereka.
Aydan lekas berdiri, maju kedepan, menjelaskan seraya menulis apa yang sudah dikerjakannya. Setelahnya, dia kembali duduk ke kursinya. Aydan dan teman-temannya melirik ke arah Arghi yang malah duduk, diam.
"Arghi! Kenapa kamu malah diam?" tanya Pak Samsudin ketika Arghi hanya duduk. Tidak langsung berdiri dan menjelaskan.
Arghi diam. Tengah sibuk mengirimkan pesan ke grup Blood Kick yang langsung diam-diam dibaca Galang. Setelahnya Arghi menatap Pak Samsudin, menutup buku PR-nya yang sempat dibuka, kemudian memasukkan ke dalam laci.
Galang terkejut melihat isi pesan Arghi, sebelum geleng-geleng dan spontan berucap, "Kulkas bucin."
Gak usah ikutan bilang gak kerjain PR. Gue gak mau diganggu.
"Saya gak kerjain, Pak," ujar Arghi.
***
"Hadu! Panas!"
Selina merutuk sejak tadi. Matahari hari ini terik sekali. Keringat mulai bercucuran di keningnya.
Tapi Selina mendadak terkejut ketika ada bayangan orang yang lebih tinggi darinya, jadi menghalangi sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ketika menoleh, dia terkejut melihat Arghi yang berdiri tegak.
"A-Arghi?" panggilnya.
Arghi menoleh. "Hm?"
"K-Kok kamu disini? Emangnya kamu enggak kerjain?"
"Enggak," jawabnya cuek.
"Hah? Masa sih? Kamu gak mungkin gak kerjain! Kemarin aja kamu nanya aku udah kerjain atau belum di chat. Cuman aku capek mau tidur, ya udah aku iya-iya doang. Baru inget sekarang. Kamu pasti udah kerjain."
"Ya udah. Lo gak suka gue disini?"
"DIH! SUKA LAH!" pekik Selina langsung. "Cuman kan heran aja. Kamu berarti kesini karena enggak kerjain PR kan?" tanyanya.
"Hm." Arghi hanya menggumam untuk menjawabnya.