“HARI INI PULANG SEKOLAH! AKU AWALNYA INGIN DIBONCENG! PAS MAU DIBONCENG! DIA MALAH PERGI SAMA PACARNYA!”
“Udeh, Lang. Lo kan ada pacar, ajak jam lo pulang sana,” sahut Erland seraya tertawa. Galang memang ingin pulang bersamanya. Tapi dia ingin mengantar Keira sukses membuat Galang mendengus.
“Dasar bucin! Udahlah, mending aku sama Babang Drake.”
“Goban!” jawab Drake cepat.
“Lo kan tahu gue miskin, Drake!” Galang buru-buru naik ke motor Drake. Saking buru-burunya Drake hampir saja jatuh dari motor. “Ayo jalan! Mana helm gue?!”
“Lo hampir bikin gue dan motor gue tergores, Lang!” kesalnya.
“Iye-iye, aku salah. Maafkan aku. Helm?” tanyanya lagi dengan mata yang sengaja dibuat memohon sukses membuat Drake bergidik jijik.
“Gue duluan,” ujar Arghi yang sudah siap dengan Selina yang sudah melambai-lambai.
“Oke! Tiati, Bos!” teriak Alister dan Arghi hanya membalas dengan anggukan.
Dia hendak segera pergi, tapi tiba-tiba ada yang menahan pundaknya membuatnya menoleh. Itu adalah Aydan. “Gue baru inget sesuatu, Ghi,” ujarnya sukses membuat kening Arghi berkerut di balik helmnya.
Teman-temannya yang bersiap pergi juga heran karena Aydan tiba-tiba menahan Arghi. Aydan mendekat, kemudian membisikkan satu nama kepada Arghi. Itu membuat Arghi mengingat sesuatu yang hampir dia dan teman-temannya lupakan.
“Gavin, antar Selina pulang,” ujar Arghi mengejutkan setelah diam beberapa saat.
“Loh? Kok aku sama Gavin?” tanya Selina langsung.
“Sorry, Sel. Gue lupa, gue harus ngurus sesuatu. Aydan baru aja ingetin gue. Jadi, turun dan pulang sama Gavin,” ucap Arghi.
“Ohh, ya udah.” Dengan cepat Selina turun. Dia memang bukan wanita yang banyak komentar. “Emang mau ngurus apa? Kayaknya penting banget.”
“Hm, penting.”
“Urusan apa?”
“Makan bareng keluarga.”
“Oh. Ya udah, aku balik sama Gavin aja.”
“Hm.”
“Itu pacar lo, tolong ya agak panjang kalimatnya. Jawabnya cuman hm, hm, hm,” protes Justin.
“Ama pacarnya aja begitu, apalagi kita?” sahut Ravelino.
“Pastiin Selina udah masuk rumah sebelum lo pergi,” ujar Arghi pada Gavin. Mengabaikan ucapan Justin tadi.
Gavin mengangguk. “Iya. Lo tenang aja.”
“Thanks.”