"Oke. Semua anggota udah datang. Gue harap, kalian siap. Kita mau nyerang geng Xavier. Udah kirim pesan ke Alexander?"
"Udah!" balas Galang.
Arghi memang tidak mau tiba-tiba menyerang dengan gerombolan, keroyokan tanpa persiapan. Baginya itu hanya sikap seorang pengecut, kecuali memang di saat-saat terdesak, tertentu. Tapi menyerang dengan motif seperti ini, lebih baik memberitahu agar mereka bisa bersiap dan kekuatan mereka tidak timpang sebelah. Agar mereka tidak menang karena musuh tidak siap.
"Kalian siap?"
"Gue siap," jawab Justin.
"Oke. Kita nyerang setelah Gavin balik."
"OKE!"
"GAS!"
"Arghi."
Arghi menoleh ketika namanya dipanggil, Aydan memberikan ponsel dimana nama Selina terpampang disana. Awalnya ponsel Arghi di-cas karena memang baterainya sedikit.
"Selina nelpon," ujar Aydan.
Arghi mengangguk. Menerima ponsel Aydan, kemudian mengangkat telepon itu. "Ha-"
"ARGHI! TOLONG AKU SAMA GAVIN! XAVIER NYERANG KITA! MAU BAWA AKU! GAVIN BAKAL KALAH JUMLAH! KITA DI HALTE DEKAT RUMAH AKU! CEPAT ARGHI! AKH!"
"SELINA! JANGAN BAWA SELINA, BANCI!"
Teriakan Gavin dan Selina sukses membuat mata Arghi melebar. Selina juga berkali-kali meneriakkan nama Gavin yang kemungkinan dihajar Xavier. Melihat ekspresi Arghi, Aydan mengerutkan kening. Baru saja hendak bertanya, Arghi sudah mengeluarkan kunci dari saku celana, dan segera pergi dengan jaket lambang Blood Kick.
"Eh! Mau kemana si Arghi?" tanya Galang langsung.
"Ikutin Arghi! Gue yakin ada yang gak beres!" ujar Aydan seraya meraih jaket dan kunci motornya di kursi, kemudian segera berlari keluar ke motornya. Diikuti semua orang didalam
Arghi memakai airpods, menyambungkan dengan ponselnya seraya berjalan ke motornya. Dia kemudian naik, memakai airpods dan helm. Kemudian segera pergi. Anggotanya mengikuti dari belakang.
"SELINA! PENGECUT LO! LO BERANI BANGET PUKUL KEPALA SELINA KE MOTOR SAMPAI PINGSAN?! BANCI LO!"
Teriakan Gavin sukses membuat Arghi meremat pegangan di motornya semakin erat. Amarah, kekhawatiran, dan yang lainnya bercampur menjadi satu.
"Shit!" Arghi mempercepat laju motornya, berbelok dengan resiko yang tinggi dengan kecepatan secepat itu.
Arghi akhirnya sampai di tempat. Dia lekas melepas helm, airpodsnya dibuang kasar. Mata tajamnya tak mungkin salah lihat Gavin tengah dihajar keroyokan dan Selina sudah lemas dengan lengan yang dilingkarkan di lehernya.
"Anjing lo semua," umpat Arghi. Kemudian Arghi lekas maju, menghajar anak-anak Xavier.
"GAVIN!"
"XAVIER KEROYOKAN BANGET, NAJIS!"
"SINI LO SEMUA!"