“Gue emang Abang Selina,” jawab Jero. “Gue beneran gak tahu, kalau gue bakal lawan Blood Kick. Alex enggak kasih tahu gue mau lawan siapa. Cuman orangnya cukup kuat dan dia butuh bantuan gue sebagai mantan ketua,” jawabnya.
“Secara gak langsung dia ngaku dong kalau Arghi kuat?” ejek Justin. Disambut tawa teman-temannya.
“Apa-apaan?!”
Alexander lekas berdiri dari kursinya. Tatapannya sudah tidak setenang tadi. Terkejut sekaligus tak terima dengan ucapan Justin barusan. Dia melihat Jero yang tak kalah terkejut.
“Itu gak penting, Bang Jero. Selina, adik lo disandera Alex dan anak buahnya,” ujar Arghi langsung ke inti sukses membuat mata Jero melebar.
Sebenarnya Arghi sering bermain ke rumah Selina dan Jero meminta untuk dipanggil dengan santai. Memakai gue-lo. Dia tidak nyaman dipanggil yang lain. Jadi, Arghi menuruti saja.
“Selina?!” Dia sontak menoleh, mengedarkan pandangan dan terkejut menemukan Selina yang sedang ditahan oleh kedua anak buah Alexander. “SEL!” teriaknya langsung, berlari menghampiri adiknya, menendang kedua orang itu hingga ambruk.
Tenaganya tidak main-main. Alexander juga panik melihat Jero yang begitu khawatir. Sudah pasti kalau Selina benar-benar adik Jero. Memang tidak ada yang tahu siapapun keluarga Jero.
“Sel, kamu gak papa?” tanya Jero khawatir. Dia bisa melihat darah di sudut bibir adiknya dan kening yang terluka bentur. “Ini kenapa? Siapa yang lakuin ke kamu?” tanyanya langsung. Tatapannya menunjukkan amarah yang amat sangat.
“Kak Jero, lo ternyata ketua Xavier pas SMA? Lo mantan ketua geng? Kak Jero sembunyiin ini dari gue? Mama dan Papa?” tanya Selina seraya menatap Jero serius. Mengabaikan pertanyaan Jero barusan.
Jero sendiri terkejut. Hanya bisa diam dan membasahi bibirnya sendiri yang mendadak kering. Dia memang menyembunyikan fakta bahwa dia ketua geng Xavier, saat kelas 10. Sekitar kelas 12, jabatannya diberikan kepada Alexander. Saat Selina dan Arghi memasuki kelas 11, dia sudah keluar. Jero hanya berkunjung kemari sesekali jika ada hal penting atau semacam ini. Itupun tanpa sepengetahuan siapapun.
Jero dan Selina juga tidak satu sekolah. Jadi, Selina tak tahu. Dia juga menyembunyikan identitas anggota keluarganya agar tidak ada musuh atau siapapun yang memberitahu faktanya menjadi ketua geng pada keluarganya. Dia sangat menyembunyikannya. Dia takut, papanya akan melarangnya menjadi ketua geng.
“Bang! Jawab!” desak Selina. Benar-benar tak percaya dibohongi sang Kakak selama ini. Terlebih, Xavier adalah musuh Blood Kick. Selina juga tahu, ini bukan geng yang baik.
“S-Sel, gue—”
“Bang Jero, maaf,” sela Alexander yang sudah menghampiri Jero dan Selina yang duduk di aspal. “Gue beneran enggak tahu kalau Selina adek lo.”
Jero sendiri tatapannya sudah berubah menjadi marah dan dingin. Dia menoleh pada Alexander yang sontak menelan ludah karena intimidasi Jero yang tidak main-main. Salah satu alasan kenapa dia bisa menjadi ketua Xavier dulunya.
“Lo yang lakuin ini ke adik gue?”
“B-Bang, gue—”
“Jawab!” bentak Jero membuat Alexander terdiam sejenak.