Setelah sampai di rumah, Selina buru-buru turun dari motor Jero yang membawanya. Melepas helm Jero dan meletakkannya begitu saja. Jero sendiri belum berkata apa-apa sampai Selina membuka pintu dengan kunci dan masuk ke rumah. Jero menghela napas. Dia yakin, adiknya marah besar. Selina akan memberitahu Zaylnda dan dipastikan ibunya akan marah juga. Rahasianya terbongkar hari ini. Rahasia Alexander didepan matanya juga.
Jero menarik senyumnya, menepuk pundak Arghi yang bersikukuh ikut karena ingin melihat pacarnya juga. Teman-teman Arghi sudah pulang ketika Arghi meminta mereka berpencar ditengah jalan ketika mengikuti Jero dan Selina.
Jero tak betah lama-lama di markas Xavier yang begitu menyenangkan awalnya, sekarang menjijikkan.
Xavier sebenarnya dibuat Keenan sendiri.
“Ghi, makasih udah nemenin.”
“Iya, Bang. Lagi pula Selina pacar gue.”
Jero hanya mengangguk-angguk, menghela napasnya. “Gue beneran enggak nyangka Alexander bisa begitu. Gue udah buat generasi ketiga jadi menyedihkan. Generasi selanjutnya, Alexander bakal milih orang yang satu frekuensi sama dia. Goblok banget gue!” Jero memukulkan tangannya ke spion motor. Benar-benar kesal dengan dirinya sendiri.
“Gak usah nyalahin diri sendiri, Bang. Alex memang orang yang pecitraaannya udah jago.”
“Gue udah buat generasi ketiga jadi hancur.”
“Itu takdir, Bang. Tiap masalah pasti ada jalan keluarnya.”
Jero hanya memberikan senyuman tipis. “Ya, semoga,” jawabnya tanpa semangat sama sekali. Dia kemudian menoleh pada Arghi lagi. “Makasih karena gue yakin lo udah jadi ketua yang gak banci kayak Alexander.”
“Itu tugas gue.”
“Gue harus minta maaf ke Raja dan Keenan,” ujarnya. Raja juga adalah temannya dulu.
“Gue yakin Bang Raja dan Keenan bisa ngerti.”
“Semoga,” jawabnya pendek. “Maaf. Gue udah sembunyiin rahasia gue selama ini. Gue sembunyiin karena tahu lo gak bakalan cari tahu siapa ketua generasi sebelumnya. Lo cuek.”
“Gak masalah. Gue tahu, ada alasan lo sembunyiin dari Selina. Apalagi gue yang cuman pacarnya.” Arghi menarik senyuman tipis. “Gue balik aja, Bang. Besok gue jemput Selina.”
“Oke. Tiati.”
Arghi mengangguk. Setelahnya kembali memakai helm. Melirik ke balkon dimana itu adalah balkon kamar Selina, menghela napasnya. Sebelum dia akhirnya memacu motornya dan pergi darisana.
Dia tahu Selina marah padanya dan dia tak akan membiarkannya.
***
“Sel! Sarapan dulu!”