"Sel, daritadi Arghi manggil tuh," bisik Keira kepada Selina yang tengah menulis disampingnya.
Selina sendiri menoleh sebentar padanya, kemudian melirik ke belakang dimana Arghi tengah memanggilnya. Dia memang minta bertukar tempat dengan Erland. Selina mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Isyarat untuk membiarkan dan Keira hanya bisa menurutinya.
"ASMARA-ASMARA CINTA!" teriak Galang. Mulai bernyanyi.
"Jangan memperkeruh suasana dengan nyanyian lo, Lang," ujar Erland.
"SAYA MASIH TING-TING! DIJAMIN MASIH TING-TING!"
"Konslet ni otak temen lo, Land," ujar Justin.
"Temen lo. Gue gak sudi punya temen kayak dia," kata Erland.
"Gue juga," sahut Justin.
"TEGA KALIAN!" teriak Galang yang mendengar semua.
"Udah tuh, sel telor, maafin aja. Dia sampai bersikap hangat kek bunga matahari," ujar Galang lagi. Membela Arghi. Tentu mereka semua tahu kenapa Selina marah pada Arghi.
"CIEE DIKACANGIN!" ejek Ravelino.
"Tega kamu Mbak, sakitnya tuh disini!" ujar Galang dramatis seraya menunjuk perutnya.
"Nunjuk dada goblok, bukan perut," ujar Drake seraya membenarkan posisi jari telunjuk Galang.
"Oh iya. Salah server," ujar Galang seraya menunjuk dada.
Tapi Selina mengabaikannya. Usaha Galang sekarang hanya agar dia bisa berbicara dengan Arghi yang berusaha mengajaknya bicara.
"Sel."
Selina mendongak ketika namanya dipanggil. Ternyata cowok yang menghampirinya. Selina mengenalnya. Selina tersenyum ramah, meletakkan pulpennya. Itu sudah menjadi kebiasaan. Selina akan meletakkan barang-barang yang dipegangnya agar lebih fokus pada lawan bicara.
"Oh, elo Bima. Kenapa?" tanya Selina.
Itu adalah Bima. Satu kelas dengan Arghi, Selina, dan yang lainnya. Anak pintar juga, termasuk anak kesayangan. Tapi dibanding Arghi dan Aydan, Bima masih kalah. Dia selalu juara tiga. Tapi dia tetap menjadi anak kesayangan guru juga. Hanya saja biasanya lebih ditonjolkan adalah Arghi dan Aydan.
"Enggak. Cuman gue emang kebetulan lagi masak, terus ternyata kelebihan. Gue enggak tahu mau kasih siapa, jadi ini buat lo aja deh," ujar Bima seraya memberikan satu kotak bekal.
Hal Itu sukses membuat Arghi terkejut karena ini pertama kalinya ada yang terang-terangan memberikan makanan ke Selina. Teman-temannya Arghi juga, bahkan Keira. Memang tidak ada yang mendekati Selina. Kemungkinan, takut dengan Arghi. Tapi Bima berani. Selina juga terkejut.
Selina melirik ke arah Arghi yang tengah menatap Bima. Selina menahan senyumannya yang hendak terbit. Tampaknya Arghi cemburu. Arghi menunjukkan dengan terang-terangan.
Selina tersenyum pada Bima. "Seriusan?"
"Iya."
"Tapi kamu gak perlu repot-repot. Lagi pula memangnya masak apa sampai kelebihan gini?"
"Nasi goreng."
"Oh, oke. Makasih ya. Baik banget kamu," ujar Selina sengaja memuji seraya menerima pemberian dari Bima sukses membuat Arghi menatap Bima semakin tajam, terlebih ketika Bima tersenyum tipis. Padahal Bima terkenal tidak terlalu mudah bergaul, bisa dikatakan sama seperti Aydan. Tidak banyak berbicara, tapi tidak sepelit Arghi dalam mode dingin.
"Santai. Ya udah, gue balik dulu ke kelas ya."
"Oke. Makasih, Bim."
Bima mengangguk. Setelahnya berbalik dan keluar dari kelas dengan tatapan kesal Arghi yang mengiringi.