“Arghi! Dibilang berbaring aja.”
“Gue jenuh disini. Tadi kan juga udah diobatin.”
“Ya tapi, bagusan tiduran. Diminta sama susternya juga.”
“Dia bilang terserah gue. Ini gue mau balik ke kelas juga bisa.”
“Ya tetap aja, suster UKSnya bilang mending istirahat dulu disini, setidaknya sampai istirahat kedua.”
“Gue males.”
“Udah anjir! Gue kek ngelihat suami-istri debat. Kalau emang susah, gue aje yang di UKS, gantiin Arghi,” sahut Gavin.
Semenjak selesai diobati dan Arghi memutuskan ke kelas, perdebatan terjadi. Selina bersikeras Arghi tetap di UKS, tapi Arghi malas di UKS dan ingin ke kelas saja. Teman-teman mereka akhirnya menonton perdebatan itu. Padahal baru saja mereka kembali setelah mengganti baju olahraga mereka dengan baju sekolah.
“Tahu nih, berisik banget,” sahut Ravelino.
“Udah, kalau si Arghi mau balik ke kelas, gak papa juga. Dia udah sering kena hantam bola, sering lebih parah. Kalau lo hentiin, enggak guna,” ucap Aydan pada Selina.
Selina menoleh. “Tapi dia kan lebih baik istirahat.”
“Iya. Tapi lebih baik biarin aja Arghi ke kelas. Dia disini, gabut juga. Kita udah sering minta dia istirahat juga, tapi gak mau,” ucap Justin.
“Iya. Percuma lo halangin,” sahut Galang.
Memang semenjak berpacaran dengan Arghi, insiden ini tidak terjadi di depan Selina. Biasanya Arghi memang sering terkena bola saat bermain, tapi disembunyikan karena tahu reaksi Selina akan seperti ini. Padahal Arghi sudah sering.
“Udah, mending lo ganti baju lo terus kita ke kantin. Keburu masuk,” ucap Arghi mengakhiri perdebatan dan duduk. ”Gue tunggu di kantin,” ujarnya, kemudian berdiri.
Selina menghela napas, percuma juga terus menghalangi Arghi. “Ya udah. Tapi nanti kalau emang nyeri ke UKS ya?”
“Iya.”
“Ya udah, aku gan—”
Selina berhenti bicara ketika pintu UKS terbuka. Arghi tatapannya menjadi tajam. Kemudian dia dengan cepat berdiri dan merangkul Selina membuat Selina terkejut.
“Hah? Kenapa, Ghi?” tanyanya pelan.
Tapi Arghi tidak menjawab. Dia hanya menatap ke arah pria yang baru saja datang. Bima yang sudah memakai baju sekolahnya lagi.
“Ngapain lo kesini?” tanya Arghi langsung. Nadanya dingin dan tak bersahabat.