Secret

Janis Etania
Chapter #27

Chapter 26

“Aish, jangan gigit tangan gue, bangsat.”

“Kalau—“

“Diem. Gue nyelamatin lo.”

Selina yang baru saja ingin berteriak, terdiam. Dia menelan ludah, akhirnya dia memberanikan diri untuk menoleh dan ternyata ada pria yang jongkok di belakangnya. Menatap ke depan dengan tajam, seperti sedang mengawasi. Sesekali juga melirik ke arah tangannya yang digigit Selina tadi.

Selina terkejut. “E-Elo cowok waktu itu kan?” tanyanya langsung. “Siapa namanya, Nono? Vivi? Vana?”

Pria itu berdecak, menghela napas. Melirik ke arah Selina dengan malas. “Otak lo terbuat dari apa sih? Cepet banget lupanya.”

“Kita udah lama tahu gak ketemu. Mana ketemunya cuman sekali. Tapi beneran bukan Nono, Vivi, Vana atau Nana?”

Pria itu memutar bola mata. Dia menaikkan masker hitam kain yang dikenakannya. “Vino,” jawabnya singkat.

“Oh iya! Vin-hmph!”

“Berisik banget sih. Lo mau ketangkep?”

“Enggak,” jawab Selina polos.

“Makanya diem.”

“Iya-iya,” ujar Selina pasrah.

Vino mulai fokus kedepan, melihat gerombolan anggota Xavier yang mulai datang dekat ke tempat mereka. Dia sengaja menarik Selina agar dia berdiri didepan Selina.

Selina heran melihat Xavier disana dengan jaketnya. Dia melirik Vino yang hanya memakai jaket hitam tanpa ada lambang Xavier seperti yang lainnya. Ini bukan jaket Xavier. Tapi Selina masih ingat jelas perkataan Aydan saat itu kalau Vino adalah anggota Xavier.

“Vin.”

“Hm?” Vino masih fokus kedepan.

“Lo beneran bantu gue?”

Vino mengangkat sebelah alisnya heran. Melirik pada Selina yang menatapnya penasaran. “Terus gue sekarang ngapain?”

“Tapi lo anggota Xavier kan? Itu yang pengen nangkep gue kan Xavier.”

“Terus?”

“Ya harusnya lo ada di pihak dia.”

“Ya udah.” Vino menoleh kepada Selina. “Lo mau gue kasih aja ke mereka?”

“Ya enggak!”

“Woi.” Vino menutup kembali mulut Selina dengan tangannya karena suara Selina lumayan tinggi. “Goblok banget sih lo,” rutuknya kesal.

Vino menghela napas, melirik ke depan. Suara Selina memang tidak terlalu tinggi, tapi bisa didengar ketika tidak terlalu jauh dengan tempat mereka bersembunyi. Mereka ada di balik semak-semak. Di jalan ini, memang di sekitar trotoar, ada banyak tanaman, semak-semak, pohon, dan lain sebagainya.

Vino mengepalkan tangannya, semakin maju, melepaskan tangannya dari mulut Selina, berdiri didepan untuk melindungi Selina ketika dia melihat salah satu anggota Xavier yang sepertinya mendengar suara Selina dan ingin memeriksa. Vino sudah siap untuk bertengkar habis-habisan dengan anggota Xavier yang mulai mendekat. Dia memang belum bisa melihat wajahnya.

Tapi Vino membeku karena ternyata anggota Xavier yang datang adalah orang yang paling dekat dengannya di Xavier dulu sebelum dia ke Bandung.

Nero.

Nero sendiri juga terkejut melihat Vino. Dia melirik juga kepada Selina yang ada di belakang Vino membuat keningnya berkerut, menatap Vino dengan tatapan tak percaya. Vino sendiri sudah mengalihkan pandangan sejenak, sebelum kembali menatap Nero. Walau Nero adalah sahabatnya, kali ini dia mau tidak mau harus menghajar siapapun yang menghalanginya.

“Ner! Lo ngapain disana?!”

Nero tersadar ketika Richard memanggil. “G-Gak! Tadi gue kira ada orang, ternyata..,” Nero sengaja menggantungkan perkataannya melihat Vino. “Gak ada siapa-siapa.”

Vino terkejut mendengar jawaban Nero. Selina juga tidak kalah terkejut. Nero sendiri hanya memandang mereka.

“Ya udah! Kata Alex kita ke tempat lain aja! Aneh. Padahal tadi kan kita ikutin, dia lewat sini, harusnya dia ada di sekitar sini.”

“Mungkin dia belok ke arah lain. Tadi siapa yang ngelihat dia dan kita ngikutin?”

“Mark.”

“Mark matanya minus. Mungkin dia salah lihat.”

“Bener juga. Si Mark bener-bener.”

“Tapi jangan bilang ke Alex omongan gue. Lo tahu sendiri, Alex bisa hajar dia habis-habisan.”

“Iya, gue tahu. Paling nanti bilang aja, dia kemungkinan besar udah kabur diem-diem. Mending sekarang kita cabut. Alex lagi emosi banget karena gagal dapetin tuh cewek. Nanti balik ke markas, gue yakin dia bakal marah-marah. Semoga kursi kesayangan gue gak dihancurin,” ucap Richard.

Lihat selengkapnya