Secret

Janis Etania
Chapter #29

Chapter 28

“JENG! JENG!”

Selina terkejut ketika tiba-tiba Arghi muncul di hadapannya dan ada setangkai bunga di tangannya. Selina menghela napas kasar. Dia terkejut. Padahal tadi dia sedang enak-enak makan bakso pedasnya. Dia memang suka makan pedas. Berbeda dengan Arghi yang sangat tak suka.

“Apaan sih lo? Lo enggak lihat ya gue lagi makan? Pedes lagi! Kalau gue keselek gimana?” tanyanya kesal.

Tapi Arghi malah terkekeh. “Maaf ya. Soalnya aku bener-bener mau ngasih ke kamu.” Arghi memajukan bunganya. “Bunga Mawar, kamu suka kan?”

“Enggak tuh.” Selina kembali melahap baksonya.

“Masa? Aku masih inget, waktu kita masih PDKT, kamu suka banget bunga ini. Bunga Mawar. Makanya aku beliin. Bukan bunga palsu kok,” ujarnya. Kemudian cengegesan sendiri.

Arghi aneh sekali kalau hangat begini. Tapi kalau dingin sangat menyebalkan. Saat PDKT sikap hangat ini terus keluar, jarang keluar yang dingin. Bahkan mungkin yang keluar sikap dinginnya saat nembak Selina dengan secarik kertas itu.

“Itu dulu. Sekarang gue udah enggak suka. Bawa sana.”

“Enggak suka atau masih sebel sama aku kan?” tanya Arghi dan Selina diam.

Bohong sekali dia tidak suka bunga Mawar. Bunga ini adalah bunga kesukaannya. Tapi karena bertengkar, dia tentu malas mengambil.

“Maafin aku ya? Aku beneran minta maaf.” Arghi membujuk dengan lembutnya. “Kemarin aku habis berantem sama anggota keluarga, terus badmoodnya masih kebawa ke sekolah. Aku enggak mau cerita. Makanya kemarin aku emosional banget.”

Selina terkejut mendengar penjelasan Arghi. Dia menoleh ke Arghi. “Hah? Berantem?” tanyanya kaget dan Arghi mengangguk.

“Ya berantemnya sebelum aku berangkat ke sekolah. Jadinya kebawa badmoodnya. Maaf ya?”

“Maafin tuh, Neng. Kemarin dia tiba-tiba telepon grup buat nanya dimana jualan Mawar! Jam 12! Gue gak angkat sih, udah tidur,” ujar Galang cengegesan. “Keknya dia cari pagi-pagi.”

“Enggak berguna banget lo,” ucap Drake.

“Emang lo angkat kemarin?” tanya Gavin.

“Enggak,” jawab Drake. Kemudian cengegesan sendiri.

“Anjir! Malah katain gue lo kampret,” ujar Galang.

Selina terdiam sebentar. Dia akhirnya memilih tidak menjawab dulu dan memakan makanannya. Sebenarnya memang dia merasa aura Arghi yang berbeda sejak pagi. Ternyata Arghi memang ada masalah.

Sejak tadi Keira yang menonton dengan tajam juga terkejut. Memang aneh kemarin Arghi mudah sekali terbawa emosi. Mungkin bisa terbawa emosi, tapi berkata kasar seperti itu benar-benar diluar perkiraan. Erland juga sudah memintanya untuk diam.

“Sel, setidaknya kalau emang belum mau jawab maaf aku, mau ambil bunganya?” tanya Arghi yang memajukan kembali bunganya.

Selina melirik bunganya sebentar, sebelum memandang Arghi lagi yang tersenyum dengan penuh harap. Dia menghela napas, mengambil bunganya, kemudian berdiri karena sudah selesai makan.

“YES DITERIMA!”

Kemudian teriakan Arghi terdengar membuat Selina menghentikan langkahnya sejenak. Dia tersenyum tipis. Sebelum kembali berjalan pergi. Dia tidak mau memaafkan Arghi semudah itu.

***

“Selina! Mau pulang bareng?”

Selina berhenti ketika Arghi mendadak berdiri didepannya membuatnya menghela napas kasar. “Lo kagetin orang terus ya? Nyebelin banget.”

“Hehe, maaf.”

“Gue enggak pulang bareng lo. Katanya Bang Jero yang bakal jemput atau minta siapa jemput gue.”

Mendengarnya senyuman Arghi mendadak pudar. Selina hanya melirik sekilas. Dia tahu, Arghi pasti mengerti tindakan kemarin sangat berdampak kepada kepercayaan Jero.

“Abang kamu beneran marah ya sama aku?”

“Gue enggak usah jawab kayaknya. Udah jelas banget. Kalau terus begini, bisa-bisa Bang Jero minta kita putus aja.”

Mata Arghi melebar. “Apaan putus-putus?!”

“Gue cuman ngomong fakta, Ghi. Abang gue bener-benar kesel banget sama lo. Marah tepatnya,” ujar Selina. Sebenarnya dia tidak mau putus dengan Arghi.

Teman-teman Arghi yang mendengarnya juga terkejut. Mereka tepat ada di belakang Arghi. Sengaja agar mereka berdua memiliki waktu sendiri.

“Enggak. Jangan begitu. Aku beneran enggak akan gitu lagi.”

“Bang Jero yang mutusin, bukan aku,” jawab Selina.

“Aku—”

“Woi! Ayo pulang!”

Lihat selengkapnya