Secret

Janis Etania
Chapter #31

Chapter 30

Setelah menanyakan hal itu, Selina merasakan jantungnya berdebar tak karuan. “H-Hah?” tanyanya. Dia mengusap telinganya sendiri, takut salah dengar. Jantungnya benar-benar berdebar gila sekarang. “A-Apaan sih? K-Kamu nanyanya aneh banget!” ujarnya akhirnya.

“Jawab aja,” ujar Arghi.

Selina menelan ludahnya. Wajah Arghi dekat dengannya. Dia bisa merasakan deru napas Arghi. “Ak-Aku—”

Selina berhenti bicara ketika satu kecupan mendarat di keningnya. Arghi tersenyum, kemudian menjauhkan wajahnya setelah aksinya itu. “Lo kan pacar pertamanya gue, pasti belum,” ujarnya penuh percaya diri. “Yang itu nanti. Tunggu udah nikah,” sambungnya, menunjuk ke arah bibir Selina.

“ARGHI!” pekiknya. Dia memukul lengan Arghi melampiaskan rasa malu sekaligus salah tingkahnya.

Arghi tertawa. Dia juga heran kenapa dia bisa melakukan ini, semua mengalir begitu saja. “Udah. Jangan malu banget,” ucapnya. Walau Selina sengaja memandang jendela, Arghi tahu wajahnya memerah.

Selina menoleh, memukul lengan Arghi untuk kesekian kalinya dan lagi-lagi Arghi hanya tertawa. “Udah-udah.” Arghi memegang tangan Selina yang memukulnya. “Mending keluar sekarang, busnya udah berhenti. Daritadi supirnya senyum-senyum ngelihat kita,” sambungnya berbisik.

Itu membuat Selina melirik ke kursi supir dan benar saja, pria yang menyetir bus dengan usia yang cukup tua itu tersenyum. Memandangnya dan Arghi. Jangan-jangan sejak tadi supir itu melihat aksi Arghi?

ARGHI! MALU BANGET! NGAPAIN DI BUS?!” teriaknya dalam hati.

Selina akhirnya buru-buru mengambil tasnya dan buru-buru keluar. Arghi hanya tersenyum, kemudian mengambil tasnya juga dan menyusul keluar setelah semua beres. Diluar, Selina sudah berjalan cepat, cukup jauh darinya membuat Arghi buru-buru menyusul.

“Cepet banget perginya,” goda Arghi.

“Diem kamu! Ini semua gara-gara kamu! Malu tahu!”

“Enggak usah malu. Supirnya juga ngerti. Dia pernah muda.”

“KAMU URAT MALUNYA ENGGAK ADA! TAPI AKU ADA!”

“Kalau ada urat malu gak akan teriak-teriak,” balas Arghi membuat Selina semakin kesal.

Selina sebenarnya kawasan rumahnya cukup sepi. Jarang biasanya ada orang di rumah saat siang hari. Biasanya malam saat pulang kerja. Itupun sibuk didalam rumah masing-masing.

“Arghi! Kamu ngajak—”

“Selina.”

Suara berat itu terdengar membuat Arghi dan Selina menoleh. Keduanya terkejut. Selina menelan ludahnya. “B-Bang Jero?” Sepertinya jam kuliah Jero sudah selesai lebih cepat hari ini.

Lihat selengkapnya