Keyakinan Arghi akhirnya terjadi. Dia berhasil mendapatkan maaf Jero. Sangat sulit sebenarnya. Jero juga ragu ketika Arghi mengatakan akan selalu mengantarkan dan membawa Selina kembali ke rumah dari sekolah. Tapi dengan bantuan Selina, semua bisa teratasi dengan baik.
Untuk meyakinkan Jero, hari ini Arghi datang pagi dan menunggu diluar rumah. Jero yang kebetulan ingin membuang sampah keluar melihatnya dan malah berbalik ke kamar membangunkan adiknya. Zaylanda membuka pagar, meminta Arghi duduk saja di kursi yang ada di teras. Selina buru-buru kebawah mendengar ucapan Jero.
“Gila, pacar lo cepet banget datengnya.” Jero juga tak habis pikir.
“Arghi?” Selina yang baru bangun terkejut melihat Arghi ada didepan pintu. Sedang duduk di kursi yang ada di teras. Dia membuka pintu. “Arghi! Kamu masih pagi begini, kok udah dateng?”
“Gue kebangun tadi,” jawabnya santai.
“Apaan sih kamu? Kamu mana ada sepagi ini biasanya? Aku aja belum mandi, siap-siap,” ucapnya. Dia tadi panik sendiri.
“Ya udah, mandi sana. Gue tunggu.”
“Lain kali gak usah kepagian. Kasian kamu nunggu-nunggu.”
“Nunggu doang. Udah sana mandi.”
Selina mendengus. “Ya udah. Tunggu. Nanti aku sekalian ambil roti sama susu. Kita sarapan bareng.”
“Gak usah.”
“Harus. Aku mandi dulu, dah!”
Selina langsung buru-buru masuk. Arghi hanya menahan senyum. Dia tahu, Selina buru-buru masuk agar Arghi tidak menolak lagi. Selalu seperti itu.
***
Bukan hanya Selina yang meminta sarapan bersama, tapi juga Zaylnda. Arghi tidak memiliki pilihan lain akhirnya dan sarapan bersama. Suasana saat sarapan cukup hangat ternyata. Zaylnda dan Selina sudah pergi ke dapur untuk bersama-sama mencuci piring. Waktu masih banyak.
Ngomong-ngomong, masalah ini Zaylnda tidak tahu sama sekali, kebetulan Zaylnda sibuk bekerja, jadi saat kejadian dia tidak ada di rumah. Ke rumah pelanggan biasanya untuk motif jahit ingin bagaimana-bagaimana dan lain sebagainya. Selina juga sudah meminta Jero untuk tidak memberitahu Zaylnda semuanya, jadi mereka hanya bilang Arghi beberapa hari ini berangkat bersama adiknya ke sekolah, pulang sekolah juga menjemput adiknya, jadi tidak bisa mengantarkan Selina ke sekolah dan rumah seperti biasa dan Zaylnda percaya.
Arghi memang punya adik perempuan, Selina pernah ke rumah Arghi beberapa kali dan adik Arghi memang menggemaskan.
Jero bersama dengan Arghi disini saat Zaylnda dan Selina sedang cuci piring. “Ghi,” panggil Jero
Arghi menoleh. “Iya, Bang?”
“Gue tahu, lo sekarang berusaha meyakinkan gue, buat gue setidaknya menghilangkan keraguan gue. Lo berhasil, setengah. Tapi untuk saat pulang nanti, gue masih ragu.”
“Lo bisa percaya sama gue,” tegas Arghi. Tatapannya sangat serius. “Lo enggak usah lagi minta Vino jemput Selina. Gue akan anterin Selina.”
“Iya. Tapi—”
“Gue enggak akan bodoh lagi kayak waktu itu, Bang. Gue enggak akan ngelakuin kesalahan yang sama,” tegasnya langsung. Dia tidak mau melihat pacarnya pulang lagi dengan Vino.
Jero sendiri hanya tersenyum tipis. Kemudian mengangguk. “Oke.” Kemudian Jero memegang pundak Arghi. “Gue harap lo enggak akan ngecewain gue lagi,” sambungnya membuat Arghi tersenyum dan mengangguk.
“Gak akan,” jawab Arghi langsung.
***
Arghi menepati janjinya. Selama beberapa hari ini, dia selalu datang untuk menjemput, kemudian akan mengantarkan Selina pulang. Sebenarnya ingin datang pagi, tapi Selina menahan. Dia tidak mau Arghi menunggunya. Nanti dia akan buru-buru mandi, semua serba buru-buru. Arghi akhirnya menuruti dan menunggu di jam seperti biasa sebelum bertengkar.
“Ghi! Ngapain minum minuman aku?!” pekik Selina langsung ketika Arghi mengambil gelas es tehnya dan meminum dengan santai.
“Mau minum,” ujarnya santai.
“Ya beli lah sendiri! Ngapain minum punya aku?” kesalnya.
“Mulai lagi dramanya, gak abis-abis. Udah! Nikah aje sono. Enggak usah sekolah lagi,” ucap Galang yang ada di meja lain dekat mereka.