"Jadi anak-anak, Bapak sudah minta waktu ke Pak Bagas untuk membicarakan ini semua dengan kalian. Ini terkait dengan pencurian uang kas kemarin," ucap Pak Samsudin setelah Queen dan Selina berdiri disampingnya.
Mendengarnya semua sontak saling menoleh satu sama lain dan berbisik. Selina sendiri hanya diam tenang, sebenarnya merasa gugup, tapi ketika melihat Arghi yang sepertinya menyadari kegugupannya dan memberikan senyuman tipis sukses membuatnya tenang. Queen sendiri berdiri santai disamping Selina, sepertinya senang juga karena dengan ini dia tidak perlu belajar. Walau mungkin hanya pelajaran dari pertama sampai istirahat pertama.
"Jadi Selina bukan pelakunya, dia difitnah," ucap Pak Samsudin membuat orang-orang yang mendengarnya terkejut kecuali Arghi dan teman-temannya.
"Bukan Selina, Pak?" tanya Noah. Pengurus uang kas kemarin.
Pak Samsudin mengangguk.
"Terus pelaku sebenarnya siapa, Pak? Masa bukan dia?" tanya Aurel sengsi. Dia melirik Selina sinis dan Selina membalas tidak kalah sinis.
"Pelakunya Mawar."
"Hah?!" Aurel terkejut. "Mawar?!" Aurel sangat terkejut. Dia memang baru tahu tentang ini. Sebagian murid disini ada yang terkejut, ada yang tidak karena sudah sempat melihat kejadian tadi pagi—yang datang pagi.
"Hah? Masa sih Pak? Mawar kan diem-diem doang, ngapain dia curi uang kas?" tanya Lala. Dia, Vania, dan Aurel memang berangkat bersama.
"Iya, dia. Queen anak kelas sebelah yang kasih tahu semua, dia lihat semuanya. Mawar di ruang guru juga udah ngaku. Katanya dia begini karena ada dendam sama Selina, ada masalah yang buat dia enggak suka sama Selina. Untuk penyebabnya, Bapak gak bisa beritahu, itu privasi. Jadi sebagai hukumannya, Mawar dipanggil orang tuanya kemudian akan di-skors selama tiga Minggu."
"Queen?" Aurel langsung melirik Queen. Queen hanya melirik sekilas, sebelum mengalihkan pandangan begitu saja tak peduli membuat Aurel tersinggung. "Kurang ajar banget tuh cewek," ucap Aurel langsung.
"Gila, berani juga dia sama Aurel," ucap Vania.
"Denger-denger ya dia itu emang bisa dibilang kek tomboy, lo lihat aja mukanya," ucap Lala yang tepat ada di belakang mereka.
"Orang setomboy apapun gak boleh macem-macem sama gue. Belum aja tuh anak gue kasih pelajaran."
"Hajar aja, Rel. Gue dukung," ucap Vania disetujui Lala.
"Nanti aja, tunggu gue gak mager. Bisa aja gue biarin, kalau gue berbaik hati biarin dan dia masih berbuat macem-macem, awas aja," jawab Aurel. "Udah. Gue mau fokus dengerin kasus cewek gak penting ini," sambungnya membuat Lala dan Vania diam. Mereka memang diam-diam mengobrol saat Pak Samsudin sedang menjelaskan.
"Oke anak-anak, masalah ini sudah selesai ya dan Mawar adalah pelakunya, bukan Selina." Pak Samsudin kemudian berdiri menyamping, menghadap Selina. "Bapak dan pihak sekolah sekali lagi meminta maaf setelah apa yang terjadi. Kami akan berusaha agar hal ini tidak kembali terjadi." Tadi memang pihak sekolah sudah meminta maaf di ruang guru, terlebih guru BK.
Selina tersenyum. "Iya, Pak. Enggak papa," jawab Selina dengan senyuman di wajah.
Arghi tersenyum tipis, sekarang nama baik Selina sudah kembali, itu membuatnya sangat senang. Dia melirik ke arah Raka—cowok yang kemarin menghina Selina.
"Cowok brengsek," ucapnya langsung. Tapi Raka yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya bisa mendengarnya. Dia tahu Arghi mengatainya. Raka hanya bisa diam.
"Bapak harap yang ngomongin Selina, nuduh Selina atau melakukan sesuatu yang merugikan semenjak Selina difitnah boleh meminta maaf secara personal. Hari ini cukup sampai disini, kalian boleh istirahat. Terima kasih." Kebetulan sudah masuk jam istirahat.
Setelahnya murid-murid memberikan salam, kemudian Pak Samsudin keluar setelah tersenyum pada Selina dan Queen.
"Sel!" Keira langsung menghampiri, kemudian memeluk Selina, Selina membalas. "Nama baik lo udah balik," ucap Keira setelah pelukan mereka terlepas.
"Iya, hehe."
"Selamat! Gila, seneng banget. Enggak nyangka banget si bunga bangkai bisa begitu," ucap Galang.