Waktu terus berlalu. Sekarang sudah dimulai acara perayaan kenaikan kelas. Kelas 11 baik IPS atau IPA semua sudah naik kelas. Tidak ada yang tinggal kelas. Selina sudah sembuh total dari sakitnya. Sudah lama insiden sakitnya itu berlalu. Dia ingat, Arghi masih belum mengizinkannya makan pedas saat itu, padahal dia sudah sembuh, tapi sekarang sudah boleh.
"Ghi! Lempar kesini!" teriak Alister membuat Arghi tersadar sejenak dari kebingungannya dan melempar ke Alister.
Alister melempar ke ring dan mereka mendapat satu point. Mereka melawan anak kelas sebelah dan mereka sudah menang sekarang. Ini sebenarnya hanya untuk bersenang-senang.
"Ghi, lo daritadi kenapa sih? Kek gak fokus gitu," ucap Drake seraya mengusap keringatnya.
"Iya. Lo kayak banyak ngelamun," sambung Ravelino.
"Lo ada masalah atau apaan? Beberapa hari ini, lo jadi linglung, sikap lo jadi makin dingin. Kayak lagi ada masalah."
Arghi menghela napas mendapat pertanyaan dari teman-temannya. Dia menggeleng, duduk di lantai, kemudian mengambil minumnya, meminum air putihnya dengan cepat dan kasar. Itu bukan tabiat Arghi sekali. Teman-temannya langsung tahu, Arghi ada masalah.
Selina juga menyadari itu. Dia sudah sering bertanya, berusaha mencari tahu, tapi usahanya sia-sia juga.
"Cerita, Ghi kalau ada masalah, jangan mendem," ucap Aydan dan disetujui teman-temannya.
"Gak ada apa-apa."
"Tapi-"
"Gue duluan. Udah boleh balik juga kan?"
Teman-temannya saling berpandangan, sebelum Justin menghela napas dan mengangguk. "Udah."
"Lo mau balik? Cepet bener. Hadiah traktir dari kelas sebelah gak mau?" tanya Galang. Memang tadi mereka bertaruh yang kalah akan mentraktir yang menang. Terserah apa saja.
Arghi menggeleng, mengambil handuk kecilnya, mengusap keringat yang bercucuran di tubuhnya. "Kalian aja. Gue juga kayak beban doang daritadi, gak fokus."
"Lah? Gitu amat ngomongnya. Ghi!" panggil Gavin, namun tidak dihiraukan sama sekali. "Dih, aneh banget tuh anak."
"Emang. Gue juga sering ditanya lagi sama pacarnya. Dikira gue tahu masalah Arghi apa," ucap Galang. Korban orang-orang pacaran.
"Gue yakin deh Arghi ada masalah. Dia aja mainnya gak fokus gini, lebih dingin lagi. Bukan kulkas lagi ini, udah kutub," ucap Alister, mengusap keringatnya juga.
"Eh atau masalah itu ya? Jangan-jangan dia ngomong masalah itu lagi sama Kakaknya," ucap Erland membuat semua menoleh padanya.
Mereka tampak terkejut, melihat sekeliling, kemudian menghela napas lega kala tidak menemukan orang yang dikhawatirkan akan mendengar ucapan Erland. "Land, suara lo pas ngomong itu tolong kecil ye. Gue kecilin pita suara lo," ancam Drake.
"Dih, gue kan berbicara doang." Erland membela diri.
"Ya tapi bisa aja sih."
"Duh, rumit sekali tampaknya masalah mereka," ujar Galang dan semua hanya diam. Mereka juga berpikir hal yang sama.
***
"Sel!"