Secret

Janis Etania
Chapter #44

Chapter 43

"SEL!"

Arghi berteriak-teriak didepan rumah Selina. Dia memang belum terlalu lama sampai, baru sekitar 20 menit disini. Selina benar-benar tidak mau menemuinya. Keluar enggan. Arghi sudah berusaha menelepon, tapi tidak diangkat sama sekali. Chat tentu saja tidak dibaca. Dia terus mengumpat nama Arga dan Bima di setiap umpatannya. Kedua pria itu penyebab keadaan rumit seperti ini.

"SEL! GUE MOHON KELUAR! IZININ GUE BUAT NGEJELASIN SEMUANYA!"

Sejak 20 menit lalu, Arghi terus berteriak, tidak peduli kalau tenggorokannya bisa saja sakit karena lama berteriak, teriakannya tidak main-main. Untung saja tetangga Selina jarang di rumah, jika ada bisa habis Arghi digorok karena berisik.

"SEL-"

Arghi menghentikan ucapannya ketika terdengar suara motor. Dia menoleh dan dia langsung tahu itu Jero. Dia sudah hafal motor dan plat nomor kakak pacarnya itu, postur tubuhnya apalagi dan dugaannya benar saja ketika dia melihat Jero sudah membuka helm.

Anehnya, Jero memarkirkan depan rumah, biasanya langsung masuk dan diparkir didalam. Kemudian dia berjalan cepat ke Arghi.

"Bang Jer-"

"Anjing!" maki Jero seraya melayangkan pukulan di pipi Arghi.

Arghi tersungkur di aspal. Terkejut tentu saja mendapat serangan tiba-tiba. Dia mendongak, memandang Jero yang menatapnya begitu marah. Arghi tidak butuh waktu lama untuk menyadari jika Selina pasti sudah beritahu semuanya kepada Jero.

"Bang, kalau lo marah karena denger cerita Selina, gue harap lo mau denger gue."

"Buat apa?! Pantes ya waktu itu lo bisa biarin Selina pulang sendiri dan suruh temen-temen lo jangan anter, karena lo emang enggak peduli sama dia! Lo enggak cinta! Lo ternyata cuman sekedar taruhan kan?! Lo takut Selina enggak cinta sama lo lagi dan lo kalah taruhan!"

Jero ingat, betapa sesaknya dia mendengar Selina menangis sambil bercerita. Dia mendengarkan cerita Selina juga di jalan tadi setelah sebagian didengar di kampus saat jam pulang. Dia mengendarai motor seraya memakai airpods. Dia mempercepat motornya setelah Selina meminta untuk mengusir Arghi, kemudian sambungan telepon mereka terputus.

Jero tidak menyangka, Arghi bisa melakukan itu.

"Gak, Bang! Dengerin dulu penjelasan gue!"

"Bacot!" Jero melayangkan lagi pukulan di pipi Arghi. "Pergi sekarang!"

"Bang-"

"Pergi atau gue lapor polisi lo!"

"Lapor aja, Bang. Gue gak takut. Gue mau lo dan Selina setidaknya denger penjelasan gue," balas Arghi. Benar-benar tidak takut.

"Sialan banget lo ya! Pergi atau gue habisin lo disini!"

"Pukul aja gue sampai babak belur, gue gak peduli. Habisin aja!"

"Lo bangsat ya! Lo itu egois kalau gini! Selina tadi sedih banget! Gue gak pernah lihat dia sesedih ini! Ini semua karena lo! Sekarang setelah jadi penyebab dia nangis, lo maksa banget mau ketemu dia! Lo cuman nambahin rasa sakitnya!"

Arghi yang baru saja ingin membantah terdiam mendengar kalimat Jero yang menusuk, terlebih kalimat terakhir. Jero melanjutkan, "Lo emang enggak cinta sama dia! Kalau lo cinta, lo bakal mikir hatinya gimana! Lo tahu dia lagi sedih banget, lo enggak mikir gimana perasaannya nanti! Lo cuman mikir untuk menangin taruhan lo!"

"Gue enggak gitu, Bang! Gue cuman mau jeasin semua biar Selina dan lo tahu! Gue gak mau kehilangan Selina!"

"Jadi dengan lo jelasin sekarang, Selina bakal percaya, hah?! Lo cuman nambah sakit hatinya! Lo bahkan cuma bohongin dia! Adik lo sayang banget sama lo! Sering cerita kebaikan lo, apapun tentang lo! Tapi lo ternyata cuman jadiin dia taruhan!"

"Gue-"

"Pergi sekarang! Arga kembaran lo itu, jangan lo suruh dateng! Gue habisin dia juga. Kalau sampai gue keluar nanti dan gue masih lihat lo dan teriak-teriak, gue bakal habisin lo. Beneran," tegas Jero.

Jero kemudian melangkah ke motornya yang tak jauh dari tempatnya setelah membuka gerbang. Dia segera masuk kedalam dan kembali mengunci gerbang. Sedangkan Arghi hanya diam, melihat Jero yang masuk dan mengunci gerbang, berlari masuk ke rumah. Arghi yakin, Zaylnda tidak ada di rumah. Jika di rumah nanti, Zaylnda juga akan tahu.

Lihat selengkapnya