Secret

Janis Etania
Chapter #50

Chapter 49

Selina tengah menatap sendu ke arah kalung yang tengah dipegangnya. Dia ingat, Arghi pernah memberikan kalung ini kepadanya. Arghi, bukan Arga. Sikapnya dingin saat itu. Dia bisa membedakan Arghi dan Arga. Arghi memberikan kalung yang bandulnya berbentuk bulan.

Selina ingat, Arghi memberikannya saat mereka sedang asyik makan pecel lele. Aneh memang. Tapi Selina yang meminta makan di pecel lele. Selesai makan, Arghi memberikannya.

Wah! Kamu kenapa mendadak kasih kalung?”

“Iya. Kalau cincin tunggu nikah.”

“Ih! Apaan sih, Ghi?”

“Tahu kenapa gue kasih kalung bandul bulan?”

“Kenapa?”

“Bulan kan satu penuh, sama kek cinta gue ke lo, banyak banget, penuh kayak bulan.”

Selina bahkan masih mengingat percakapnnya dengan Arghi saat itu. Betapa dia senang dan malu ketika Arghi mengatakan itu. Tapi realitanya tidak seindah itu. Arghi menggombal bukan karena sayang atau cinta, tapi karena taruhan. Sesak sekali ketika mengingat.

“Pembohong banget kamu, Arghi,” lirihnya.

Dia menggengam kalungnya erat. Kemudian menghela napas. Dia berjalan ke tempat sampah yang ada di kamarnya. Dia menatap kalung itu lagi.

“Dulunya aku anggap kalung ini berharga banget, dan emang masih kok buat aku. Cuman kalau aku simpen terus, enggak guna, ini cuman salah satu kebohongan kamu, kalau gue nyimpen terus, ini cuman buat aku susah lupain kamu.”

Selina tersenyum miris. Kemudian dia akhirnya membuang kalung itu ke tempat sampah. “Ghi, aku gak tahu sebenarnya kamu berusaha ngejar aku karena cinta atau apa. Aku maafin, tapi untuk bersama lagi, aki gak tahu awalnya, aku bingung. Aku beneran masih cinta sama kamu, hati aku yakin kalau kamu beneran cinta, tapi aku takut semua enggak sesuai seperti yang aku pikirin. Bisa aja kaku begini bukan karena cinta, mau lanjutin taruhan mungkin?”

Selina jadi berbicara sendiri di kamar, seakan-akan Arghi ada di kamarnya. Berbicara sendiri begini saja, matanya memanas.

“Tapi sekarang aku yakin, kita udah gak bisa sama-sama lagi, Ghi. Sebenarnya, selain aku takut dibohongin lagi, takut dikecewain lagi, aku juga bakal pergi ke Bali. Kita gak bakal ketemu lagi, Ghi. Berpisah jalan terbaik. Kamu bisa lupain aku.” Benar. Selina akhirnya memutuskan untuk ke Bali, ikut dengan Mamanya dan Jero. Rencananya dua hari lagi.

“Kalau kamu emang beneran cinta sama aku..,” Selina menggantungkan ucapannya. Mengigit bibirnya sejenak. Rasanya sesak untuk berbicara. “Aku harap kamu bisa berusaha lupain aku. Semoga kamu bisa mulai lembaran baru tanpa Selina Aulia.”

***

“Udah siap, Sel, barang-barangnya?”

Selina yang tengah melamun, menoleh dan menemukan Zaylnda yang baru saja datang ke kamar dengan baju rapi. Hari ini mereka akan pergi ke Bali. Dia hanya memberitahu Keira. Kemarin akhirnya dia dan Keira menghabiskan waktu bersama, semalaman. Dia dan Keira sampai menangis semalaman, menceritakan kenangan, dia terharu sekali ketika Keira mengatakan, dia tidak akan pernah melupakan Selina. Keira berharap, segala keputusan Selina berdampak baik padanya.

Selina tersenyum. “Udah, Ma.”

“Ya udah. Berangkat sekarang aja yuk.”

“Serius sekarang, Ma? Cepet banget.” Ini masih jam 5 pagi. Pesawat mereka berangkatnya masih lama.

“Iya. Abang kamu suruh cepet-cepet. Dia gak mau Arghi lihat kamu mau pergi. Langsung ke mobil aja,” jawab Zaylnda dan Selina tak heran. Finansial mereka sebenarnya kurang mendukung, jadi mobil itu bukan milik mereka, tapi milik Om mereka-adik ayah mereka.

Jero sudah diajarkan sejak remaja, cara mengemudikan mobil, dia sangat cepat belajar dan mengerti, dia sering mengantarkan anak Omnya, istri Omnya ketika membutuhkan jasa antar. Anggap saja balas budi karena Om mereka memang sangat baik kepada mereka. Sebenarnya sempat ditawarkan untuk dibelikan mobil, tapi Zaylnda menolak. Dia dan Selina bisa naik angkutan umum, Jero juga punya motor. Jika memang sangat membutuhkan mobil, tinggal pinjam saja seperti ini.

“Ya udah, Mama turun dulu deh sama Abang. Nanti aku nyusul.”

“Oke.”

Zaylnda keluar dari kamar Selina. Sebelum benar-benar pergi, dia melirik ke arah Selina yang tengah terdiam. Zaylnda menghela napas, kemudian menutup kamar Selina.

Selina termenung sejenak di kamarnya. Kemudian spontan dia mengambil ponsel dan membuka galeri. Didominasi dengan fotonya, fotonya bersama Arghi, dan foto keluarganya juga.

Dia tidak bisa menahan diri untuk melihat foto dimana Arqi pertama kali memposting foto mereka berdua ke Instagram. Dia screenshot, untuk menjadi kenangan-kenangan, ada juga foto saat date pertamanya dengan Arghi, kebanyakan Arghi memang wajahnya datar. Selina tak bisa menahan senyum. Dia akan sangat merindukan Arghi. Pria ini, adalah pria pertama yang berhasil membuatnya jatuh cinta terlalu dalam.

“Ghi, kangen deh,” ucapnya. Namun beberapa saat kemudian, dia tersadar. Dia menghela napasnya. “Tapi percuma, kita enggak bisa bareng. Kamu harus bisa lupain aku, Arghi.”

Selina menarik napasnya. Kemudian dia menghapus foto-foto yang berhubungan dengan Arghi. Semuanya. Jujur, itu berat sekali. Dia bahkan masih sesekali berhenti dan sangat sulit menghapus foto terakhir—fotonya saat date pertama dengan Arghi, tapi akhirnya dia paksa juga dan terhapus.

Selina merasakan matanya memanas. “Ghi, semoga kamu bisa dapat pendamping yang lebih baik, mulai lembaran baru dan lebih bahagia,” lirih Selina.

Lihat selengkapnya