“Anginnya emang kenceng banget. Kayaknya mau pulang aja, udah selesai juga kok," ucap Selina. Dia mengusap lagi air matanya yang masih tersisa di wajah. Tidak mau Edgar tahu. “Mau makan dulu atau langsung—”
“Sedeket apa sama Edgar sampai ngira gue Edgar terus?”
Selina melebarkan mata, terkejut mendengar suara itu. Dia mengenal suaranya dengan baik dan ini bukan suara Edgar. Selina sontak menoleh dan mendongak, pria itu berdiri dengan raut wajah dinginnya. Dia kemudian jongkok disamping Selina yang masih terkejut.
“A-Arghi?” Selina terkejut.
Flashback..
“Untungnya pasien masih bisa kami selamatkan. Sebenarnya kami terkejut juga pasien mendadak kondisinya memburuk. Jika memburukpun, seharusnya tidak sampai menunjukkan garis lurus. Kami harus memantau benar-benar.”
Selina tidak bisa berhenti memikirkan perkataan dokter. Melihat keadaan Arghi barusan, tekadnya yang ingin pergi akhirnya pupus. Dia akhirnya bilang ke mama dan kakaknya kalau dia tidak jadi ikut. Selina memohon kepada mereka dan diiizinkan, mereka tidak jadi pergi ke Bandung.
Sebenarnya Selina terkejut karena akhirnya ibunya memberitahu satu fakta. Ternyata mereka tidak ke Bandung selamanya atau tinggal disana seperti pindah, melainkan hanya sekedar tinggal sekitar satu sampai dua Minggu. Memang ibunya tidak pernah menyinggung tinggal berapa lama, tapi dengan kata ibunya yang pernah pindah dan tinggal membuatnya berpikiran negatif juga, bahkan ibunya bilang nanti rumahnya ditinggali oleh saudara mereka dan memang mereka sengaja.
Mereka sengaja melakukan seakan-akan mereka ingin pindah karena agar Selina benar-benar memutuskan lepas dari Arghi, keputusannya semakin kuat.
Zaylnda memang hatinya sudah melunak, tapi tidak dengan Jero. Akhirnya ini dilakukan atas keinginan Jero. Tapi Selina tidak marah ketika tahu mereka sengaja membohonginya. Dia mengerti, keluarganya hanya takut dia terluka lagi. Untungnya setelah kejadian ini, kakaknya melunak juga, memutuskan memaafkan.
“Sel.”
Selina yang tengah duduk disamping Arghi, terkejut dan menoleh, melihat Arga yang datang. Selina mengigit bibirnya sejenak. Arga juga ikut membohonginya, namun yang berjuang dan sangat tak ingin dia pergi adalah Arghi. Dia melihat Zaylnda dan Jero didepan ruangan, seperti memang sengaja memberikan mereka waktu berdua untuk berbicara. Orang tua Arghi dan Aluna juga disana. Mereka memberikan waktu Selina bersama Arghi karena tadi mereka sudah lama juga menghabiskan waktu bersama Arghi, malamnya baru Selina.
“Kamu ngapain kesini?” tanya Selina yang sudah memandang wajah Arghi. Benar-benar tak ada bedanya dengan Arga.
Arga menghela napas. “Aku mau minta maaf sama kamu.”
“Udah aku maafin kok. Cuman aku masih kecewa aja.”
“Aku tahu kok, Sel. Maafin aku. Tapi sebenarnya aku beneran suka kok sama kamu. Aku nyesel. Aku berusaha perbaikin semuanya, tapi semua percuma. Aku baru bisa ketemu kamu sekarang.”
“Suka? Berusaha perbaikin?” Selina menyunggingkan satu senyuman sinisnya. “Aku aja enggak tahu kamu suka sama aku atau cuman dapet kepastian, menang. Walau itu mobil punya kamu, atau kamu enggak masalah kasih ke Arghi, bisa aja kamu emang ambisi mau menang.”
“Aku—”
“Kalau suka, kamu pasti berusaha dateng, gak cuman ditolak sekali, nyerah. Suka sama cinta beda.” Selina menatap Arghi dalam. “Arghi yang beneran cinta dan sayang sama aku. Kamu aku enggak tahu beneran suka atau enggak, kalau sukapun, rasa sayang kamu enggak sebesar Arghi. Kamu gak sampai tahap cinta, Ga.”
“Sel, aku minta maaf kalau kamu ngerasa begitu. Aku beneran sayang kok, aku mau balikan lagi sama kamu, perbaikin—”
“Maaf, Ga. Aku emang udah maafin kamu, jadi enggak usah bahas gini lagi. Cuman aku mau negasin sesuatu aja.” Selina kemudian menoleh kepada Arga. Tatapannya tegas dan serius. “Selama ini, aku pacaran sama kalian berdua, tapi jujur, aku ngerasa aku cuman sayang sama Arghi. Sosok kamu aja aku anggap seperti Arghi. Arghi yang aku cinta, bukan kamu.”
Arga seperti terkejut. “H-Hah?” tanyanya. “Kamu enggak suka sikap hangat aku?”
“Suka. Tapi enggak sayang. Ngerti kan?” tanyanya. “Maksudnya, aku suka sikap hangat, aku emang suka sikap hangat seseorang. Aku emang sempat tersipu kalau sama kamu, tapi beneran di kepalaku cuman Arghi, gak ada kamu. Bahkan ketika aku inget momen aku sama aku, aku enggak bisa berhenti mikirin Arghi. Aku enggak cinta sama kamu, tapi sama Arghi.”