"Dia cuman sepupu. Besok bakal balik lagi ke Surabaya."
"Surabaya?"
Arghi mengangguk. "Tempat tinggalnya di Surabaya. Cuman kunjungan aja kesini," jawabnya. Dia kemudian mengusap rambut Selina lagi. Dia sangat merindukan Selina. Aktingnya menyiksa baginya juga. "Jadi, gimana? Berhasil banget ya rencananya?" tanyanya.
Selina diam, matanya memanas dan air matanya jatuh. Menyadari semua ini akting membuatnya lega juga. Jujur, dia tidak bisa menghilangkan Arghi dalam hidupnya, perasaannya, rasanya mustahil. Tapi dia juga kecewa, kesal, dan sedih karena mereka semua sudah mempermainkannya. Dia terlihat memalukan, terlebih dia mengatakan semua perasaannya kepada Keira, pasti Keira menceritakan kepada teman-temannya.
"Sel," panggil Arga. Dia tahu jelas ini Arga. "Kamu gak papa?"
"Dia cewek gue. Gue aja yang nanya," ucap Arghi posesif.
Setelah dia sadar, Arga meminta maaf dan Arghi memaafkannya. Arga meminta maaf setelah Arghi meminta maaf kepada Selina dan mereka berdua resmi berbaikan, masih berpacaran. Tapi walau begitu, Arghi masih menunjukkan kecemburuannya jika Arga dekat-dekat dengan Selina. Dia tahu, Arga masih menyukai pacarnya.
"Ghi, pacar lo kayaknya masih shock," ucap Sheila. Sepupu yang awalnya Selina kira pacar Arghi. "Tenang, Sel. Arghi masih punya lo kok. Gue juga gak minat sama dia."
"Sel?" Arghi menggoyangkan lengan Selina. Dia sudah memanggil sejak tadi, tapi sampai teman-temannya bercanda, Selina masih melamun dengan air mata lolos. "Jangan nangis, Sel," sambungnya setelah Selina tersadar dari lamunannya.
"Bacot," ucap Selina membuat suasana yang tadinya ramai seketika hening. Semua terkejut, begitupula Arghi.
"Sel," panggil Arghi ingin mendekat, namun Selina malah menjauh.
"Pergi lo! Seneng ya ngelihat gue sedih banget? Hiburan banget?!" Selina benar-benar kesal. "Aku hampir gak bisa tidur setiap hari karena ini, hampir nangis setiap hari karena ini, dan-"
"Maaf," sela Adghi sukses membuat Selina yang sejak tadi mengoceh, terdiam. Arghi kemudian menghampiri Selina dan memeluknya. Tidak ada penolakan, namun juga tidak dibalas.
"Maafin gue. Gue sebenarnya juga gak mau, gue juga tersiksa, cuman mereka maksa, bilangnya ini bakal spektakuler."
"Emang spektakuler! Selina sampai takut banget! Dia bahkan enggak inget hari ulang tahunnya!" sahut Galang membuat Arghi mendelik kepadanya sukses membuat Galang bungkam.
"Harus apa? Aku beneran takut. Rencana kalian berhasil, tapi aku tersiksa," ucap Selina membuat Arghi tersenyum tipis. Jika begini, artinya Selina sudah memaafkannya. "Tapi sumpah aku enggak mau begini lagi. Ini terakhir," peringatnya.
"Iya, enggak akan. Gue juga udah gak mau. Tersiksa banget," jujurnya.
Selina menangis, kemudian membalas pelukannya. "Jahat banget sih! Sebel!" kesal Selina seraya berkali-kali memukul dada Arghi yang sebenarnya tidak ada rasa apapun dan Arghi hanya terkekeh.
"Iya, jahat. Maaf ya," ucap Arghi.
Arghi terlebih dahulu menarik diri dari pelukan ketika cukup lama berpelukan. "Kayak anak SD," ejek Arghi seraya menghapus air mata dan sedikit terkena ingus Selina.
"Ini karena kamu tahu, masih aja ngejek," kesalnya dan Arghi tertawa. Selina kemudian mengambil tissue di tasnya. "Nih, bersihin tangannya. Kayaknya tadi kena ingus aku. Pake handsinitizer juga habis ini," ucapnya kemudian seraya mengulurkan tissuenya.
Arghi mengulurkan tangannya. Awalnya dikira akan diambil, tapi Arghi malah diam membuat kening Selina berkerut. "Diambil dong, Ghi. Aku pengen ngambil handsinitizer juga ini."
"Lap-in aja," ucap Arghi membuat Selina terkejut, begitupula teman-temannya, mengingat Arghi selalu ingin mengerjakan semuanya sendiri.
"BUCIN! BUCIN!" teriak Galang langsung.
"Ter, gue lap-in mau gak?" tanya Ravelino membuat Alister yang ditanya bergidik jijik.
"Gak. Makasih," tolaknya mentah-mentah.
"Lap-in dong, habis itu semprotin handsinitizer, terus mulai tiup lilin," ucap Arghi yang sama sekali tidak terpengaruh dengan godaan teman-temannya. Sangat berbanding balik dengan Selina yang wajahnya memanas dan pastinya memerah karena malu.
"L-Lap sendiri bisa kan?"
"Maunya sama lo."
"HEM! MELEYOT AKU, BANG!"
"JOMBLO TENANG!"
"CUKUP SATU PASANGAN BUCIN, MAU NAMBAH PAJAK!"