Kini Alvina sedang berjalan ke arah kamar mandi. Masih tidak ada yang aneh, pada saat ia sedang ke kamar mandi. Sehabis dari kamar mandi ia berniat untuk bertemu dengan Arana sahabanya itu di taman.
Pada saat ia selesai dari kamar mandi, Alvina merasa dirinya seperti ada yang mengikutinya dari belkang. Langkah jalannya semakin ia percepat, dan di sana juga tidak ada orang stu pun. Kalau pun ada juga hanya sebatas lewat saja, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 3 sore setelah sejam selesai acara.
Alvina pun semakin mempercepat langkahnya itu, setiap kali ia melihat ke arah belakangnya tidak ada orang satu pun. Tetapi ia merasa seperti ada yang mengikutinya dari belakangnya. Sampai pada akhirnya mulut di tutup dengan kain kecil yang sudah diberikan bius, sehingga membuat Alvina tidak sadarkan diri saat itu.
__________
Alvina di bawa oleh orang tersebut di dalam gedung tuang, yang tampaknya jauh dari kampusnya itu. Orang yang menculik Alvina masih belum di ketahui, sampai pada akhirnya Alvina tersadar. Ia pun kaget dengan sekeliling ruangan yang begitu gelap dan pencahayaan yang sangat kurang sekali.
Alvina takut, ia bingung ada dimana dirinya saat ini. Ia bingung harus berbuat apa dengan tangan yang terikat, kaki yang terikat, dan mulut yang sudah tertutup oleh lakban hitam. Kalau pun kabur tidak bisa dengan kaki dan tangan yang masih terikat, teriak untuk minta bantuan pun juga tidak bisa mulutnya sudah tertutup dengan lakban itu.
“Dimana aku ini, kenapa aku tidak bisa ingat apa-apa? Abang, Alvin, dan Arana mereka kemana.” –gumam batinya
“Abang Alvina takut, tolong Alvina. Alvina engga tau ini tempat apa.” –lanjut gumamnya yang sudah merasa ketakutan
Sampai pada akhirnya ada seorang berjubah hitam yang menghampirinya, Alvina pun masih tidak mengenal orang tersebut. Karena orang yang datang itu berpakain sangat tertutup sekali, tetapi Alvina seperti mengenal suara dari orang tersebut.
“Let’s start, akhirnya kita bertemu lagi ya Alvina Fahira Anderson.” ucap orang tersebut
“Mmmm...” jawab Alvin yang tampaknya susah karena mulutnya masih tertutup
“Oh iya gue lupa, mulut kan masih tertutup.” ucap orang tersebut yang sambil melepaskan lakban yang ada di mulut Alvina dengan kasar
“Kamu siapa? kenapa kamu bisa tau nama aku ?” tanya Alvina
“Lo mau tau gue siapa ?” ucap orang tersebut sambil melepaskan masker dan penutup kepalanya
Reaksi Alvina pun kaget dan tidak habis pikir, ternyata orang tersebut adalah Elsa.
“Lo kaget kan? lo pikir gue cuma diem aja gitu, ketika lo meremehkan gue gitu aja.”
“Aku gak meremehkan kakak, tapi aku ngomong sesuai dengan kenyataan kok kak.” jawab Alvina yang tampaknya tidak takut terhadap Elsa
“Masih aja ya lo, gue bingung apa yang lo takutin sih vina.”
“Aku gak takut sama kakak, emang kakak siapa di takutin ?”
“Oke, kalau sama yang ini lo kenal gak ya ?” ucap Elsa sambil memanggil seorang cowok
Dan datanglah seorang cowok dari balik pintu dengan kaos berwarna hitam, celana jeans dan dipadukan dengan jaket jeansnya. Alvina pun tertegun kaget, kenapa Elsa bisa mengenali orang tersebut.
“Farel...” ucap Alvina yang begitu kaget melihat orang tersebut disana
“Kaget ya, aku bisa disini dan kenal sama Elsa.” ucap cowok itu
Ya, cowok tersebut adalah Farel mantan Alvina saat SMA. Mereka putus ada suatu hal yang membuat Alvina saat itu kecewa sekali. Lalu Ferel ini orangnya sangat kasar sekali terhadap perempuan, itu termasuk salah satu alasan Alvina putus dari Farel. Dan kejadian itu sudah beberapa tahun, sampai sekarang pun farel masih tidak terima di putusin oleh Alvina.
“Kenapa kalian bisa saling kenal ?” tanya Alvina bingung
“Kita kan sepupuan, mangkanya jangan macem-macem lah sama gue.” jawab Elsa dengan senyum seringainya
“Long Time No see.... Akhirnya kita bertemu juga Alvina, kamu gak mau memulai dari awal sama aku ?” ucap Farel sambil menyentuh wajah Alvina
“Ahhh elah, lepasin gue. Tolong lo jangan sentuh gue...” ucap Alvina yang sudah habis kesabarannya itu
“Apa lo mau gue sentuh dengan ini...” ucap Farel yang menunjukkan pisau yang sudah di pegangnya
“Kalian psycho banget ya...” ucap Alvina
“Gue kan udah pernan ngomong berkali-kali sama lo Alvina. Yang gue inginkan hanya satu, jauhin Alvin dan lo gak pernah dengerin kata-kata gue itu. Tapi lo apa? malah makin deket banget sama Alvin.” jelas Elsa
“Alvin sendiri yang mau deket sama aku dan kita makin dekat karena kita da acara untuk konser fakultas dia. Kak Elsa juga gak tau malu, udah di tolak masih aja ngejar-ngejar kak Alvin.” ucap Alvina dengan jelas tanpa takut akan reaksi Elsa nanti
“Lo ya bener-bener...”
“Srettttt....” pisau pun langsung meleset ke pipinya Alvina
Alvina pun langsung merasakan kesakitan, tetapi ia harus menahan itu semua. Ia harus bisa menghadapi orang psycho seperti Elsa ini.
“Ini belum seberapa Alvina, mau yang lebih dari ini ?”
Sebenarnya Farel pun tidak tega dengan Alvina, entah Farel yang masih ada rasa terhadap Alvina atau memang hanya pura-pura saja.