Dua bulan sudah berlalu, Alvina masih belum sadarkan diri dari komanya. Alvin selama dua bulan selalu datang untuk menjenguk Alvina. Ia selalu membawa bunga kesukaan Alvina setiap 3 hari sekali, sesekali ia juga bercerita dengan Alvina. Ia tau walaupun Alvina koma, tetapi telinganya masih bisa mendengar.
Selama dua bulan itu juga, Alvin telah menyadari akan perasaannya terhadap Alvina. Ia juga sudah mengetahui tentang perasaan Alvina saat itu, Alvin tau karena Arana yang menceritakan semuanya pada Alvin. Ia pun merasa dirinya orang yang paling jahat pada Alvina.
Sedangkan nasib Elsa dan Ferel, mereka masuk penjara Elsa selama 12 tahun dengan tuduhan pembunuhan yang di lakukan atas keinginannya sendiri. Sedangkan Farel hanya 5 tahun, dengan tuduhan untuk membantu aksi kejahatan tersebut.
“Alvina, ayo bangun nanti aku mau banyak cerita sama kamu.” ucap Alvin yang menggenggam tangan Alvina
“Maafin aku ya, udah jadi orang paling jahat di hidup kamu. Terus aku tidak menyadari apa yang aku rasain, tapi sekarang aku sadar akan semuanya kok.”
“Kamu bangun ya mangkanya, kita jalani semuanya dari pertama. Aku sayang sama kamu Alvina.”lanjut ucap Alvin sambil mengkecup kening Alvina
Tidak lama abangnya Alvina pun datang ke kamar Alvina dan memberikan beberapa informasi tentang Alvina.
“Eh Derrel....”
“Tadi kata dokter, Alvina sudah lumayan membaik dari sebelumnya. Lo masih kuat untuk menunggu Alvina bangun, dokter engga bisa menentukan Alvina akan bangun.”
“Gue masih kuat rel, gue sayang sama dia. Gue bakalan nungguin dia sampai bangun, sampai kapan pun itu.” ucap Alvin
Derrel pun hanya menepuk punggung Alvin, ia pun percaya apa yang di omongkan oleh Alvin. Derrel percaya kalau Alvin orang baik, ia tidak salah pilih orang untuk menjaga adiknya itu.
“Alvina ini abang, kamu cepet bangun dong. Kan abang kangen kamu, apalagi sekarang ada yang lebih kangen sama kamu vina. Hampir setiap hari dia kesini, kamu bangun ya vina. Tidurnya udah kelamaan nih kamu, sudah melebihi abang tidurnya ya kamu. Abang sayang sama kamu Alvina, I miss you.” ucap abangnya yang di dekat telinga Alvina, lalu ia mencium kening adiknya itu
Alvin yang melihatnya hanya tersenyum, ia melihat ketulusan kasih sayang seorang abang pada adiknya itu.
“Jagain Alvina sebentar ya, gue mau ke rumah dulu untuk ganti baju. Nanti gue balik lagi kok.” pinta Derrel pada Alvin
“Iya rel, lo hati-hati ya...”
Kini hanya berdua dengan Alvina, Alvin masih saja menatap Alvina dengan tatapan sedih dan penuh kasih sayang. Rasanya Alvin tidak ingin meninggalkan Alvina lagi, ketika nanti Alvina bangun ia ingin sekali untuk mengungkap semua perasaannya terhadap Alvina. Ia tidak ingin menyakiti Alvina lebih dalam lagi, seperti waktu itu.
__________
Sekarang pukul 10 malam dan Alvin pun sudah berada di rumah. Karena besok dia ada kelas pagi. jadi dia pulang tidak terlalu larut. Kini Alvin sedang berada di ruang tamu, selesai makan ia tidak ingin langsung ke kamarnya. Ketika Alvin sedang asik menonton papanya menghampiri Alvin dan membicarakan suatu hal pada Alvin.
“Alvin, bagaimana keadaan cewek itu ?”
“Kata dokter dia sudah lumayan baikan pah, kenapa ya pah tumben nanyain ?”
“Papa cuma mau tanya keadaannya saja kok.”
Alvin pun hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Oh iya, besok bisa temenin papa ketemu sama temen papa gak ?”
“Untuk apa papa ajak Alvin ?” tanya Alvin bingung
“Papa mau kenalin kamu aja sama anaknya, siapa tau kamu bisa nyambung dan cocok sama dia gitu.” jawab papanya
“Oh jadi papa berniat untuk jodohin Alvin sama anak temennya papa itu ?”
“Papa kan cuma bilang siapa tau cocok gitu sama kamu. Kamu mau kan temenin papa ?”
“Emang besok jam berapa pah ?”
“Jam 7 malam vin.”
“Yaudah Alvin temenin papa, tapi nanti pulang kampus Alvin mau ketemy sama Alvina ya.”
“Iya nak...”