Dua Minggu telah berlalu dan sudah dua Minggu ini Alvin tidak menjenguk Alvin. Derrel pun bingung dan bertanya ada apa dengan Alvin. Sampai pada akhirnya di kampus pun Derrel menemui Alvin, ia langsung menanyakan semuanya. Derrel tidak marah kalaupun Alvin ingin meninggalkan Alvina saat itu juga.
Derrel pun langsung menemukan Alvin yang kini sedang berada di taman yang berada di sekitar kampusnya.
“Alvin...” panggil Derrel
“Eh rel, ada apa ya ?”
“Gue boleh ngomong sebentar sama lo ?”
“Duduk aja kali rel, emang ada apa sih? kok kayaknya serius banget.”
“Oke, langsung ke intinya aja ya. Lo tumben udah dua Minggu ini gak jenguk Alvina. Apa lo ada masalah ?” tanya Derrel
Alvin pun hanya diam saja, ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan Derrel itu. Ia bingung harus bercerita seperti apa, perasaan dia masih sama dan dirinya masih sayang sama Alvina.
“Kenapa vin? kok diam aja. Gue gak bakalan marah kok, kalaupun emang lo mau menyerah untuk menunggu adek gue. Gue tau apa yang lo rasain, menunggu seorang yang kehidupannya belum pasti.” ucap Derrel yang sempat membuat Alvin kaget
“Bukan gitu rel, gue sayang sama adek lo. Tapi bokap menyuruh gue untuk lebih dekat lagi dengan perempuan pilihan dia. Lo mau tau perempuan yang dikenalin ke gue siapa? Arana sahabat Alvina.” jelas Alvin dengan jujur
“Arana ?” tanya Derrel yang kaget sekaligus bingung
“Iya Arana, kalau boleh jujur waktu pertama gue emang sukanya sama Arana. Tetapi seiring berjalannya waktu dan Alvina yang selalu ada di samping gue, semua rasa suka pada Arana hilang. Lalu bokap minta gue untuk kenalan dengan anak temannya, pada saat gue ketemu sama anaknya dan ternyata anaknya itu Arana.”
Derrel pun hanya tersenyum “Udah gapapa, ikuti permintaan bokap lo. Bahagiain bokap lo vin, jangan pikirin Alvina dia masih bisa jalanin hidupnya kok dan disini lo engga menyakiti Alvina kok. Gue sangat berterimakasih sama lo vin, lo udah mau jagain Alvina selama ini. Gue duluan ya vin, sekali lagi Terimakasih vin.” ucap Derrel yang sambil menepuk pundaknya Alvin lalu Derrel pun pergi meninggalkan Alvin disana
Alvin hanya diam tanpa kata, ada rasa sakit yang tidak bisa di jelaskan saat mengungkapkan semuanya.
“Maafkan aku vina, Aku selalu sayang sama kamu kapan pun itu.” –ucap batin Alvin
__________
Kini Derrel sudah berada di kamar yang di tempatkan Alvina, yang selalu mengganti bunga itu bukan lagi Alvin melainkan abangnya itu. Selesai abangnya mengganti bunga itu, Derrel pun langsung duduk di bangku sebelah dengan tempat tidur Alvina.
“Alvina abang udah tau alasan Alvin dua minggu ini tidak kesini, kamu tenang aja masih ada abang yang selalu sayang sama kamu.” –ucap abangnya yang menggenggam tangan adiknya itu
Tiba-tiba Arana datang untuk menjenguk Alvina, Arana selalu datang setiap dua atau tiga minggu sekali. Kali ini ia datang dengan raut wajah yang berbeda dengan sebelumnya, seperti ada hal yang ia sebunyikan. Tetapi pada akhirnya ia mencoba untuk bercerita dengan abangnya Alvina.
“Abang, gimana keadaan Alvina saat ini ?”
“Sudah dua minggu ini belum ada perkembangan lagi dari Alvina.”
“Arana boleh ngomong sebentar gak sama abang.”
“Boleh, di bangku depan aja ya.”
Mereka berdua pun keluar kamar dan duduk di bangku yang letaknya tepat sekali di depan kamar yang di tempati Alvina.
“Arana mau cerita apa ?” tanya abangnya yang pura-pura tidak tau, sebenarnnya Derrel tau apa yang ingin arana ceritakan padanya
“Dua minggu lagi Arana mau tunangan bang.”
“Wah bagus dong, emang sama siapa ?” ucap Derrel yang memang benar-benar tidak tau tentang pertunangan ini
“Sama Alvin bang, sebenarnya Arana gak mau dan Arana udah menolak semuanya. Tetapi Alvin ingin membuat papanya bahagia dengan ia menjalani pilihan papanya itu. Dan Arana pun tau sebenarnya hatinya Alvin bukan untuk Arana tapi buat Alvina. Arana gak mau mengkhianati persahabatan Alvina dengan Arana, Arana gak mau kehilangan Alvina bang,” jelas Arana yang mulai mengeluarkan air matanya