BADAN Angkasa pegal-pegal karena tidur di sofa. Keberadaan Angela di rumahnya mampu menarik masalah dan mengurangi kesehatannya. Angkasa harus cari cara supaya cewek itu pergi dengan sendirinya. Apapun caranya dia akan mengusahakan.
Mengecek jam lewat ponsel sudah menunjukkan pukul 06.42, dia harus bersiap-siap untuk ke kampus karena pagi ini tepat pukul 08.00 akan ada kelas.
Angkasa bangkit dengan lesu, tiba-tiba saja hidungnya mengendus aroma seperti kebakaran. Dan berasal dari dapur apartemennya, Angkasa mengangkat bahu acuh lalu melanjutkan langkah ke kamar, tangannya yang memegang ganggang pintu mendadak kaku.
Di dapur?
"KEBAKARAN, KEBAKARAN."
Suara teriakan itu semakin mendominasi semuanya. Dengan emosi berapi-api Angkasa berlari menuju dapur, matanya melebar saat melihat nyala api di kompor.
Angela bersembunyi di bawah meja makan. Kedua tangannya menutup telinga, rambut panjangnya menjuntai menyentuh lantai dapur apartemen. Dia benar-benar ketakutan, keringatnya menitik sampai ke lantai.
"Innalilahi, dosa gue apasih sampai apes banget ketemu lo!" geram Angkasa seraya berusaha mematikan api.
Angkasa menatap nanar wajannya. Wajan yang baru dia beli kemarin sore mendadak menjadi upik abu. "Perasaan kemarin kinclong, sekarang udah item gara-gara lo! Kampret," makinya tidak tanggung-tanggung.
Angkasa berjalan mendekati meja, merendahkan diri dengan satu kaki tertekuk. Dia memandang berang cewek yang bersembunyi di bawah meja.
"Udah puas lo bikin dapur gue nyaris kebakar?"
"Seneng lo kalo gue jadi gelandangan?" gerutunya. Angkasa berdecak saat Angela tak menyahut, tubuh cewek itu mengigil dengan mata yang terpejam rapat.
Angkasa berdiri dan menendang keras sisi meja, Angela tersentak kaget dan buru-buru berdiri. Dia kembali duduk saat ubun-ubunnya kejedot palang meja.
Angkasa tidak peduli, walau mendengar samar ringisan cewek itu. Dia berbalik pergi, hampir lupa jika pagi ini ada kelas, mungkin setelah pulang dari kuliah, dia akan mencari cara untuk mengusir cewek itu lagi.
"Ma--af." Angela takut untuk mengangkat wajah. Menunduk adalah sesuatu yang tak pernah mau dia tinggalkan. Terlalu takut melihat wajah marah, kesal, dan tatapan berapi-api dari lawan bicaranya.
Tadi pagi, Angela ingin membalas perbuatan baik Angkasa dengan niat ingin menyiapkan sarapan pagi. Diluar kendali, Angela takut melihat api, hingga berpikir keras ingin tetap membuat atau tidak. Setelah lama berpikir, Angela merasa tidak ada salahnya, mungkin ketakutan tersebut akan hilang ketika dilawan.
Tapi dugaannya salah besar, karena setelah menyalakan kompor dia berlari bersembunyi di bawah meja.
Dan lagi, dia membuat Angkasa marah.
Angela keluar dari persembunyiannya dan berjalan gamang menyusul Angkasa. Dia ingin meminta maaf untuk masalah pagi ini. Dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Saat Angela memutar kenop pintu ternyata pintu terkunci dari dalam. Angela mengerti kalau Angkasa marah dan kesal padanya. Wajan yang putih dan masih baru dia ubah warna menjadi hitam dalam sekejap.
Angela memilih duduk di depan pintu kamar Angkasa. Menunggu cowok itu untuk keluar dan memaafkannya.
####
Angkasa mengacak-acak rambut hitamnya yang tak legam. Setelah dirasa sudah cukup acak, dia berjalan ke arah gantungan baju dan menyambar jaket kulitnya. Hari ini Angkasa harus berjuang untuk memenuhi tantangan Baim.
Sekali lagi demi mobil pajero yang di idam-idamkan. Angkasa akan berusaha keras sampai titik darah penghabisan.
Dengan senyum kecil yang menghiasi wajah tampannya. Angkasa membuka pintu dan terkejut ada Angela yang duduk tepat di depan pintu.
Angkasa mendengus, mood-nya langsung buruk. Cewek itu terlalu cerdas membuat Angkasa kerepotan. Angkasa menendang-nendang pelan pinggang Angela agar minggir.
Angela tersenyum manis dan berdiri. Angkasa merinding melihat senyum itu. Apalagi saat mata cewek itu berbinar-binar menatapnya. Angkasa berdecak, modus apalagi ini.