Blurb
"Kadang aku ada di ujung sana." Cowok itu menunjuk satu bintang yang jaraknya jauh dari bulan. "Kadang juga sangat dekat denganmu." Kemudian ia tunjuk bintang yang berada dekat dengan bulan. "Tapi jauh atau dekat, aku tetap berada satu tempat denganmu kan?"
Aku mengangguk kecil, ikut melihat bintang-bintang dan satu bulan di atas.
"Tapi akhir-akhir ini, bintang merasa kalau bulan sibuk dengan cahayanya sendiri." Aku mengerenyitkan dahi, ia mulai membahas soal kami. "Cahaya yang ia dapat dari matahari yang membuatnya selalu ditunggu oleh para pecinta malam. Yang membuatnya dinanti para pujangga. Yang membuat setiap orang berdecak kagum hanya dengan melihatnya."
"Aku tidak tahu siapa matahari itu, tapi sangat sedih menyadari kalau keberadaanku tidak lagi berarti bagi bulan." Suaranya terdengar lirih. Tatapannya berubah lebih dalam, lebih hitam.
Aku terdiam. Di satu sisi bersama bintang membuatku nyaman, pada sisi lain, matahari membuatku bahagia. Jadi katakan, aku harus bagaimana sekarang?