Secret Between Us

Hh
Chapter #3

BAB III

Di ruang anak kelas tiga yang telah sepi karena sudah pada pulang, aku duduk sendiri di deretan kursi kosong sementara anak teater berdiri di depan kelas. Di papan sudah tertulis dengan huruf yang dihias, tulisannya ‘Perkenalan Anak Baru’. Itu ditujukkan hanya untukku. Karena kurasa mereka tidak berhasil mendapat anggota selain aku.

Meski kemarin sudah bertemu, rasa gugupku belum juga hilang.

“Pertama-tama silahkan sang ketua memperkenalkan diri.” Satu tangan si kostum sapi seakan memegang mikrofon, sementara satunya lagi direntangkan, menyambut cewek berwajah galak.

“Halo, namaku Siska dari kelas 12. Selamat datang di ekskul kami, semoga kau bersedia patuh terhadap peraturan di sini.” Aku mengangguk kaku, karena aura intimidasi di sekitarnya begitu terasa.

“Yaaa Siska! Cobalah tersenyum agar Sia tidak menjadi takut!” si singa memaksakan tertawanya, namun Siska tidak kunjung tersenyum. “Nah, selanjutnya, wakil kita!”

Cowok yang memakai headset waktu itu maju, daripada Siska, wajah cowok ini lebih bersahabat. “Aku Gilang kelas 12! Sebenarnya selain menjadi wakil Siska, pekerjaanku di sini lebih kepada recording untuk backsound dan dubbing.”

Oh-oh, jadi ini si pembuat backsound kemarin. Suara yang dihasilkan bisa sangat jernih dengan potongan lagu dan nada yang pas naik turunnya. Mungkin, suatu saat aku bisa memintanya mengajariku juga.

“Kami si kembaaar!” aku dibuat terkejut oleh suara cempreng si kostum sapi yang kembar ini. Tampak di samping mereka, si kostum singa tampak cemberut karena belum sempat dipersilakan, si kembar sudah menyerobot saja.

“Aku Deo!” ucap yang berada di kanan.

“Aku Robi!” sambung satunya.

“Deo... Robi...” ejaku satu persatu sambil menunjuki mereka. Si kembar berjingkrak kesenangan karena aku benar, setidaknya untuk saat ini. Mungkin beberapa detik lagi aku lupa mana yang Deo, mana pula yang Robi.

Gilang membenarkan posisi kacamata sambil berkata, “Mereka dari kelas 11. Nah, giliran Nia!”

“O-oh? Halo? Aku Nia dari kelas 11, meski tidak terlalu berguna di sini, tapi senang bisa berada di antara mereka. Salam kenal Sia!” aku kenal wajahnya, si kacamata ini adalah pembuat cerita. Ia begitu kaku, tidak seperti yang lain.

“Kau ini merendah untuk meninggi ya Nia?” sahut si kostum singa. “Nah, giliran aku! Aku Jeremi yang keren itu, siapapun anak kelas 11 jika kau bertanya, maka mereka semua tahu tentang aku!”

 Semua menertawakannya, bahkan si kembar kompak tidak segan-segan untuk berakting seakan-akan sedang muntah.

“Kalau begitu, tinggal aku yang belum memperkenalkan diri ya?” cewek kostum sapi yang imut itu berhenti tertawa. “Aku Sopiaaa! Sama seperti Deri dan yang lain, aku juga kelas 11. Salam kenal ya Sia!”

Kalau Sopia yang terakhir, bagaimana dengan Ethan? Apa dia bukan anggota teater? Aku mengedarkan pandangan, tapi sosok Ethan tidak ada di sini. Rasanya ada yang kurang.

“Kau mencari cowok dingin yang kemarin itu ya?” tangkap Sopia sambil mendekatkan wajahnya.

“Ethan tidak akan kemari, dia pasti tengah sibuk latihan di ruang seni.” Sambung Deri.

“Latihan?” tanyaku tanpa sadar.

“Ya, bukan latihan sih, dia memang suka bermain piano sepulang sekolah di sana.” Jelas Sopia.

Bermain piano? Aku semakin tidak asing dengan ini semua. Wajahnya, pantas saja seperti pernah lihat, meski dari kejauhan, jelas sekali itu adalah Ethan. Yang memainkan piano dan menghipnotis satu aula saat pertunjukan itu adalah Ethan. Bagaimana bisa aku lupa?

Di hari pertama ini, mereka hanya membagikan satu kliping naskah untuk dipahami. Naskah ini, kata Nia, akan mereka tampilkan sebagai pembukaan lomba futsal tahunan yang diadakan klub futsal sekolah.       

Kukejar Cinta Guru Meski Terlarang

Mataku melotot membaca tulisan paling besar yang berada di halaman sampul kliping ini—dengan kata lain adalah judul. Perasaanku memburuk saat buru-buru kusibak halaman demi halaman. Kata-katanya sangat puitis, seperti puisi dari berbagai sumber yang digabung jadi satu, aku tidak melihat ekspresi lain yang tergambar dalam cerita ini selain pengharapan pupus dan kesedihan dari seorang siswi yang menyukai gurunya.

Lihat selengkapnya