Berdamailah sama keadaan ... emangnya apa-apa yang lo pikirin bakalan selalu terjadi, Chel? Enggak, kan?
Cewek yang duduk di bangku depanmu itu pernah berkata begitu —pas lagi lempeng. Bagaikan Merry Riana yang tengah memberikan kalimat motivasi.
Namun, hematmu, semua keadaan akan tergantung bagaimana konteksnya. Pada satu hal seseorang bisa saja untuk memaksakan kehendak, akan tetapi dalam hal lainnya kehendak memang tidak selalu bisa dipaksakan. Bukankah tebang pilih atas kejadian-kejadian yang seseorang hadapi adalah sesuatu yang wajar?
Benar. Kamu beranggapan demikian.
Hal tersebut sama seperti seorang tersangka pidana yang pasrah ketika dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum, atau justru seperti seorang advokat yang mati-matian membela terdakwa dengan memberikan bantuan hukum. Bisa berhenti mengikuti arus, bisa juga berusaha melawan arus. Semua tergantung bagaimana konteks dan tujuannya.
Pada kenyataannya Niken sendiri adalah seorang yang tidak bisa berdamai dengan keadaan. Jangan lagi masalah besar yang terjadi di rumahnya. Bahkan barusan, ketika dia digoda oleh dua orang pengamen di depan rumah makan, dia bersikap sangat-sangat arogan.
Jadi, bagaimana mungkin seseorang bisa berdamai dengan keadaan yang tidak mendukung langkahnya? Begitupun denganmu.
Kemarin malam, perihal menginap di vila milik Niken sudah kamu utarakan sama mamahmu. Kamu bersikap sopan, bicara santun, berindak tanpa ego atau interes yang berlebihan saat meminta izin. Tetapi sangat disayangkan, mamahmu malahan bersikap ketus dan jutek, seolah-olah kamu selalu berkata bohong. Fix, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa orang yang melahirkan dan membesarkanmu itu belum bisa memberi maaf sebelum kamu menuruti apa maunya —dalam konteks perang dingin lusa kemarin.
Kamu tidak lagi ambil pusing.
Sejak lama hubungan kekeluargaan kalian dalam apartemen memang kurang harmonis. Selalu bersilang pendapat. Kamu dianggap suka melawan, karena kamu merasa terus diperlakukan seperti anak perawan ting-ting, atau dikhawatirkan secara berlebihan. Entah bagaimana penilaiannya terhadap sosokmu yang sudah jadi perempuan dewasa dan mandiri. Bahkan beliau seakan tidak mau mendengar alasan-alasanmu melakukan apa pun yang kamu lakukan. Ujung-ujungnya nanti kamu wajib menikah dengan orang yang sesuai dengan kriterianya, bukan kriteriamu.
Padahal beliau notabene seorang wanita karir di sebuah perkantoran besar, yang harusnya punya pikiran lebih maju. Maka, tak heran kamu sering berpikir, bahwa mamahmu tidak cukup bahagia saat merasakan muda. Pantas saja perceraian dengan papahmu bisa terjadi, dan kemudian menikah lagi dengan seseorang pria yang tidak mampu menjadi pemimpin keluarga. Pada akhir pembicaraan semalam, diizinkan ataupun tidak, kamu tetap berangkat pada hari ini.
Pandangmu lantas melihat angka jam di ponsel yang menunjukkan pukul 11.50. Kendaraan baru saja bergerak sepuluh menit setelah keluar dari gerbang rumah makan.
"Kenyang yaa." Silvie sontak berkata sambil menoleh pada masing-masing orang. "Giliran kenyang, lo jadi pada bego."
"Sama, lo juga, bego!" balas Niken yang duduk di sebelahnya. Kamu menengok.
"Bodo amat, ah," celetukmu, kembali bermain ponsel, hampir bersamaan dengan balasan Niken.
"Hahaha." Silvie pun tertawa. Belakangan waktu ketika kalian sudah dekat, kamu menganggap Silvie setara denganmu. Padahal dahulu kamu begitu menghargai, bahkan bisa dikatakan mengidolakan dirinya.
Jadi, selain akrab sama Niken, kamu juga bestie-an sama Vero, gadis berwawasan luas yang jauh lebih pendiam darimu.
Kamu melihat ke kanan, dia duduk tenang sambil bermain hape. Saat dahulu berkenalan dengannya —dikenalkan oleh salah seorang teman kampus sesama sosialita di medsos— kamu tidak menyangka, bahwa Vero ternyata juga kenal sama Niken, malahan cukup akrab. Kamu tidak tahu akan hal tersebut. Niken tidak pernah cerita sedikit pun mengenai Vero, di samping kalian sudah tidak terlalu intens karena kesibukan masing-masing. Dugaanmu, Niken menganggap jika Vero tidak cukup penting dalam kehidupannya.
Padahal, sungguh jauh berbeda.
Bagimu atau bagi orang-orang yang terlibat dalam dunia entertainment atau jaringan sosial jagat maya, Vero merupakan sosok penting yang harus dipegang erat. Buktinya dia digandeng oleh Silvie Michael, seorang selebgram, youtubers, sekaligus influencer yang jauh lebih terkenal darimu, dengan sepak terjang yang juga lebih lama. Kamu sering melihat kedekatan mereka ketika di kampus.
Setelah kalian resmi berkenalan, kamu langsung menarik Vero masuk circle-mu bersama Niken. Tujuanmu supaya bisa lebih dekat sama Silvie, dan hal ini jelas sebuah perkara wajar. Gayung bersambut. Silvie dengan tangan terbuka melibatkanmu di konten-konten miliknya. Awal terlibat, kamu hanya membuat konten tanya jawab bersama Silvie untuk short video Tiktok dan Youtube. Pertanyaan dan jawabannya pun sudah disusun oleh Vero. Logis dan akurat. Sama seperti seorang aktris yang membaca skript sebelum tampil di layar kaca, bahkan jauh lebih mudah.
Ya. Kamu memahami. Sesuatu yang tidak ada dalam pikiran tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kamu juga meyakini, mimpi yang benar akan menjadikan kehidupan lebih berarti. Yakni mimpi yang menjadikan dirimu lebih baik, yang di dalamnya terliput sebuah cita-cita, harapan, doa, dan usaha. Bukan semata mimpi saat seseorang sedang tidur. Kamu belajar banyak dengan penuh rasa percaya diri.
Keyakinan dalam dirimu pun terjawab. Jalan terbuka lebih lebar. Lambat laun kamu makin dikenal publik. Tidak hanya sebagai selebgram pemula yang dikenal oleh para laki-laki pemuja dara cantik bertubuh seksi yang berpakaian terbuka. Kamu justru merambah sebagai seorang influencer yang dekat dengan Silvie dan ruang lingkupnya. Menjadi sosok kedua yang mengisi konten Tiktok dan kanal Youtube dengan satu juta subscribers itu. Semua berbuah berkat usaha dan kerja keras bersama.
"Chel ... lo udah gue tag di IG yaa. Instastory kita yang tadi pagi." Vero lantas berbisik padamu.
"Oke," jawabmu, langsung melihat akun Instagram yang kini berjumlah dua juta pengikut. Ah, ternyata ada pesan masuk dari seorang laki-laki.