"Niiikeeen ... masih jauh gak, sih?"
Setelah pintu depan mobil tertutup, Silvie bertanya pada cewek yang memakai scarf kecil yang diikat di leher itu. Nada suaranya terdengar seperti gadis kelas lima SD yang merayu temannya untuk bermain boneka.
Terlihat pula Bang Dzulkarnain melangkah menuju beranda rumah panggung yang beralaskan karpet alami sebidang lumut hijau.
"Udah dekat, kok, paling setengah jam lagi," balas Niken, meletakkan ponsel. "Tapi naik motor," sambungnya.
Kamu lantas menghadapkan badan ke tengah jok captain seat yang mereka duduki untuk menyimak obrolan.
"Hah, serius? Ini aja udah jauh banget loh. Sekarang masih harus naik motor?" Silvie bertanya lagi. Kamu melihat jemari tangannya menggenggam punggungan kursi kemudi.
"Lo mau jalan kaki? Bisa tiga jam lebih, tau," kata Niken.
Silvie, cewek bermahkota lurus yang diponi itu balas menengok dengan lirikan cemberut. "Vila lo ada di ujung dunia yaa?"
"Helloo ... yang katanya kemarin kepingin healing ke tempat hidden ... apa kabaaar?" Niken balik menatap sinis. "Sekarang, lo mau komplain, gitu?"
"Terus, kita mau naik motor?"
"Lo gak lihat tuh Bang Dzul turun buat sewa motor? Jangan bikin gue bete dehh, Vie, nanti gue perkosa lo di sini," ancam Niken.
"What the fuck! Tapi mau dong." Silvie menjawab dengan pembawaan seperti gadis binal.
"Mereka berdua gila yaa," kata Rachel, ikut menghadapkan badan ke tengah jok captain seat. Kamu memegang kening sambil tertawa geli. Obrolan mereka benar-benar menggelitik.
Dan, lucunya lagi.
"Itu, itu." Kamu lalu memberitahukan mereka supaya melihat ke kursi depan. Panji menutup kedua telinganya dengan kedua tangan tanpa menengok sedikit pun. Tawa kalian pun kian pecah di dalam mobil.
Terkadang kamu minder. Ketiga temanmu itu dikaruniai fisik yang perfek, kehidupan menengah ke atas, serta status sosial yang tinggi. Sementara, kamu, segenap tentangmu tampak biasa —meskipun sebenarnya kamu tidak jelek-jelek amat. Karena itulah kamu sering membatin, dengan tidak membicarakan perihal fisik semata. Kamu sadar diri, mereka jauh di atasmu. Kamu lebih sering mengulas tentang pola pikir dan sifat. Dengan demikian, mereka justru merasa lengkap menjadikan dirimu berada di tengah-tengah mereka. Bahkan tadi pagi mereka dengan tulus mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu berikut doa-doa yang baik.
"Eh, sinyal hape lo pada aman gak, sih?" Silvie bertanya pada semua.
"Punya gue tinggal satu," kata Niken. Kamu pun melihat ponsel.
"Sama, cuma satu garis. Ini juga ilang-ilangan."
Tak lama kemudian Bang Dzul masuk mobil yang sedari tadi mesinnya masih menyala.
"Parah ... harga sewanya mahal banget," ujarnya seraya menutup pintu, menengok pada Niken.