Kamu sedang berada di dalam sebuah ruangan. Samar dan sunyi. Namun tak hanya kondisi ruangan kelam saja yang kamu lihat, melainkan, dirimu sendiri dengan kedua tangan yang terikat pada sebuah tiang besi juga kamu lihat. Dan sayangnya, kamu hanya memakai bikini, seperti kebiasaanmu ketika tidur setiap malam. Ya. Di rumah kamu punya kamar pribadi, jadi dengan bebas bisa berpakaian apa saja saat beristirahat.
Kamu melihat dua buah boneka kesayanganmu tergeletak di dekat kaki. Boneka beruang sama boneka bebek. Posisi kedua boneka pun seakan-akan tengah melihatmu. Ruangan tersebut tampak bersih meskipun agak suram. Kamu tidak tahu ada di mana, tetapi ruangannya terlihat seperti ruangan bekas kamar.
Kamu lantas melihat di depanmu, seorang pria sedang terkapar di lantai. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Wajahnya tak terlihat karena kupluk ninja hitam menutup bagian kepala. Kondisi dirinya tampak sangat berantakan, seperti orang yang habis-habisan berkelahi. Terdapat bercak noda darah pada kaus putih dan celana Levis yang ia kenakan. Mulut di dalam kupluknya seperti disumpal oleh sesuatu, menjadikan ia tidak dapat berbicara kecuali hanya merintih-rintih sambil menengok ke arahmu dengan tatapan melotot yang hanya terlihat dari bola mata.
Tiba-tiba sesosok pria hadir dari kegelapan. Melangkah ke arahmu. Kamu jelas mengenal siapa pria tersebut. Jericho; Mantan pacarmu. Dia memegang gunting di tangan kiri, dan sesuatu berbentuk lonjong di tangan kanannya. Wajahnya pun tersenyum.
Setelah itu ....
***
Kamu bangun dari lelap lantaran benar-benar terkejut. Visualisasi mimpi di dalam tidurmu sungguh jelas terasa, bahkan lebih jelas dari pada Virtual Reality. Kamu segera menengok ke sekeliling kamar vila. Terang dan tenang. Hanya ada dirimu yang memakai kaus hitam celana pendek yang terpantul dari cermin besar meja rias, serta Rachel yang sedang tidur memeluk guling dalam posisi membelakangimu. Kamu teringat, kamu belum minum pil penenang saat mau tidur.
Tanganmu mengusap wajah dan mengelus kepala beberapa kali. Mimpi tersebut datang lagi setelah beberapa waktu belakangan sudah mulai hilang.
Tetes air mata pun kamu rasakan mengalir di pipi, merasa diri telah ternoda bahkan terhina. Kamu bukan lagi mengalami masalah kerugian, tetapi sudah mengalami masalah tekanan mental yang besar. Mental illness betulan. Bukan seperti mereka yang lebay dan menganggap masalah sederhana bagaikan sebuah akhir dunia. Untuk apa kamu menelan pil penenang setiap hari jika perihal yang ada dalam pikiranmu adalah sesuatu yang sepele?
Namun dalam himpitan seperti itu kamu masih juga berpegang teguh pada prinsip tetap menjalani hidup. Biarlah berlalu, meskipun tangis kesedihan sering kali datang bersama ingatan-ingatan tentang kejadian kelam.
Tuhaaaan....