SECRET CAVE

Rudie Chakil
Chapter #20

VERONIKA : Tamu Tak Diundang

"Lo enggak punya rokok, Njul? Dari tadi gue lihat lo minta melulu sama Bang Dzul."

Niken lagi ngomong sama Panji. Rambutnya yang hitam lurus seleher dan benuansa hijau cerah di ujung itu tampak mengkilap. Kedua alisnya yang tebal seakan-akan tersambung. Terobjek kentara dari cahaya lampu-lampu taman yang terpancang di halaman vila, di depan teras vila.

Kamu terus pandangi perempuan putih mungil berlekuk tubuh seksi itu. Jika bicara dia memang sesukanya, tanpa tedeng aling-aling —ceplas-ceplos. Terlebih bilamana konteks pembicaraan mengenai hal-hal yang bersifat materi.

"Iya, Kak Niken, tadi gue mau beli, lupa," jawab Panji, mengambil kayu kering yang sore tadi ia kumpulkan. Sepupumu itu memang pejantan yang rajin dan penurut. Ingat-ingat saja, semenjak kecil ketika kamu memintanya melakukan sesuatu, tiada pernah ia menolak.

"Lo mau beli gak, Jul? Di sebelah sana ada warung tuhh," ujar Niken dengan tangan menunjuk ke satu arah. "Gue nitip, kalo lo mau jalan."

"Ah, serius, Kak? Sini gue yang jalan." Panji menengok ke arah yang ditunjukkan sembari menggaruk kepala. "Di sebelah mana?" tanyanya.

"Panjul, lo pikir aja siiiih... kita bisa sampai ke sini udah setengah mati, terus lo percaya di sini ada warung? Waras lo yaa." Silvie lantas memberitahu.

"Hahaha." Kalian pun terkekeh.

"Tau nih si Panjul, parah banget," sambungmu.

"Kasih dia satu bungkus, Bang Dzul. Lo kan bawa banyak," kata cewek yang memakai tanktop hitam dengan celana pendek bahan itu.

"Gak usah, Mbak, ini aja bareng-bareng. Saya malas ngambilnya." Bang Dzul menjawab santai.

Benar. Kamu saksikan. Selepas makan malam dengan menu ayam bakar yang kamu sajikan bersama Bang Dzul dan Panji, semua orang duduk santai di halaman vila, menikmati kondisi buana yang bersahaja.

Suara-suara serangga hutan terdengar begitu syahdu, mengiringi tarian lidah api berasap putih yang membubung dan berpadu dengan cakrawala gelap bertabur bintang. Hawa dingin alam sekitar pun kuasa mengangkasakan alam pikir seseorang untuk mengingat akan kebesaran-Nya.

"Ver, minum yukk, mumpung lagi momen nihh," Silvie mengajak. Kamu pun menggeleng.

"Enggak, ah. Lo aja pada minum gak apa-apa. Ajak Panjul tuhh," balasmu, yang memang mengetahui kalau Silvie bawa wine satu botol.

"Ambil wine-nya dong, Jul, kita buka sekarang."

"Siap." Panji langsung beranjak. Begitu semangat mengambil wine dalam ransel yang ia taruh di ruang tengah vila. Tangannya masih memegang kamera.

Kamu tidak melarangnya 'minum' karena dia memang suka mabuk anggur merah bersama teman-temannya saat masih di kampung. Pula, meskipun dilarang, dia tetap akan minum, apalagi di momen santai dengan udara dingin seperti ini. Lihatlah semangatnya ketika disuruh mengambil minuman haram tersebut. Dia jelas akan meminta andaikata tidak ditawarkan. Ya. Kamu sungguh mengerti Panji tuh seperti apa. Sejak dahulu tebakanmu tentangnya tidak pernah meleset.

"Woii ... lo berdua doyan ini gak?" Niken bertanya pada Silvie dan Rachel. Tangannya menawarkan rokok berukuran kecil yang sudah ia bakar.

Mereka berdua agak terkejut. "Lo bawa ganja, Ken?" seru Silvie.

Ganja? Pikirmu, agak kaget mendengar itu.

"Iya. Kalau enggak mau juga enggak apa-apa kok. Ini mah untuk yang mau aja." Dia menoleh padamu. "Sorry, gue gak bakal nawarin lo, Vero, hehehe." Suara tawanya terdengar renyah.

Kamu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tapi agak keterlaluan juga sih kalau dia sampe bawa-bawa ganja begini. Pikirmu lagi.

"Lo tahu Chel, kalo dia pemakai ganja?" Silvie bertanya pada Rachel yang duduk di sampingnya. Sebelum makan, sofa dari ruangan depan vila sudah kalian ambil untuk duduk-duduk di halaman.

"Tahu. Tapi dia emang gak terlalu sering sih pakainya. Gue cuma gak sangka aja kalo dia sampe bawa-bawa ke sini."

"Heeiiii ... terus aja ngomongin gue di depan orangnya," celetuk si gadis pengisap ganja itu.

Kalian pun terkekeh. Silvie dan Rachel menutup mulutnya masing-masing. Setelah itu keadaan menjadi hening. Rachel pun beranjak, mendekati api unggun untuk menghangatkan tangan. Panji datang membawa botol minuman.

Kenapa yaa orang lain berani banget melakukan dosa? Pikiran yang terbesit dalam benakmu demikian, kan?

Ya. Kamu tahu benar jika teman-temanmu ini cukup sering berbuat dosa. Dalam beberapa ragam, pastinya.

Lihat selengkapnya