SECRET CAVE

Rudie Chakil
Chapter #24

PANJI : Serta Jerit Kepedihan

"Urusan apa lo sama gue, anjing! Tunjukin, siapa diri lo!"

Kamu benar tak mengira, Silvie justru menantang balik pria sinting bersweter, celana Levis, dan masker ninja hitam yang baru saja jeda berduel denganmu itu. Kamu dapat merasakan hawa membunuh dari pria itu begitu lekat.

Sekarang kamu tidak lagi bertanya-tanya tentang siapa orang itu, melainkan berpikir bagaimana cara untuk bisa mengalahkannya. Urusan mengenai siapa sosoknya tidak lagi penting. Tidak peduli makhluk jenis apa pun, siapa pun, selama mengancam keselamatan teman-temanmu, maka dia harus melangkahi mayatmu terlebih dahulu. Atau, harus lumpuh di tanganmu. 

Pria berpostur tubuh sejajar denganmu itu tiba-tiba bergerak cepat menyerong ke arah Silvie. Semenjak awal bertarung, kamu sudah menduga akan arah pergerakannya yang kentara terus mengincar bos ayumu itu.

"Bangsat!" seraya menghardik, kamu langsung mendaratkan sisi tajam parang ke tubuhnya. Kamu jelas merasakan, bacokanmu persis mengenai bahu kirinya. Kamu juga melihat sweter yang ia kenakan sobek segaris dengan luka yang ia terima. Namun ia tetap menyerang Silvie secara membabi buta.

"Vieee, lariii!" teriakmu, panik mengetahui perihal itu.

Tindakan Silvie sungguh di luar dugaan. Cewek berpakaian seksi itu sama sekali tidak lari, hanya mundur beberapa langkah dalam posisi bersiap diri. Bunyi tabrakan kedua parang pun terdengar keras. Malahan kamu melihat pria itu kewalahan dengan hantaman parang Silvie. Kesempatan itu tidak kamu sia-siakan. Kamu langsung menyabet kepalanya, akan tetapi ia mampu mengelak dan hanya keserempet sedikit. Darah segar pun mengalir ke lehernya. Wajahnya tergores parang. Bagimu, manusia laknat seperti ini layaknya anjing liar yang memang harus mati.

Dia kemudian membuka masker ninja yang sudah terkoyak. Ternyata sosoknya adalah seorang pria dewasa, bahkan tampak sudah berumur. Wajahnya seperti pria Thailand dengan rambut pendek dan kaku yang tersisir ke belakang. Matanya tajam menatapmu. Pelipis kirinya terlihat luka sayatan yang masih mengucurkan darah.

Kamu hendak bertanya tentang siapa dan dengan maksud apa kunjungannya memberi teror di malam ini. Namun belum sempat bertanya, kamu melihat dua orang pria lain datang. Rupanya pria bangsat ini tidak sendirian.

Seketika itu juga kamu langsung melangkah mendekati Silvie. Biar bagaimanapun kamu harus melindunginya.

Kalian lantas melihat pria bangsat itu menukar senjata miliknya dengan celurit yang dibawa oleh salah seorang pria yang datang. Komunikasi dalam bahasa tubuh mereka seperti mengatakan bahwa kamu harus dihabisi terlebih dahulu. Kamu sama sekali tidak gentar. Kamu justru mengkhawatirkan keselamatan Silvie.

Namun lagi-lagi, sebagai orang yang dahulu pernah beberapa kali bentrokan senjata tajam, kamu sungguh merasa takjub dengan keberanian gadis yang memperkerjakan dirimu itu.

Bukan kaleng-kaleng.

Dia mememejamkan mata sambil mengangkat senjata ke langit-langit ruangan. Sangat cantik. Bagaikan mengemban tradisi yang terjadi pada salah satu suku bangsa di Indonesia apabila hendak membela harga diri. Mempertahankan hidup hingga titik darah penghabisan. Antara menang atau mati.

Silvie lantas melirikmu dengan sorot mata tajam. Bak memberitahu jika dia sudah siap untuk bertempur. Sekarang, kamu merasa bangga bisa menjadi bagian darinya. Menjadi saksi hidup tentang sisi lain seorang Silvie Michael yang teramat ceria, komunikatif, smart, dan hangat di depan layar Youtube. Kamu juga merasa besar hati menjadi orang yang telah berjuang bersamanya.

Seketika itu juga tiga pria dari negeri antah berantah ini menyerang kalian secara serentak. Tentu saja kamu menahan laju serangan pria gila pertama yang urusannya belum tuntas denganmu itu.

Ternyata, untuk kali ini serangannya jauh berbeda. Sangat brutal serta menyulitkanmu. Sampai-sampai kamu tidak kuasa untuk membentengi Silvie yang semakin terlepas jarak denganmu. Dia selalu mengambil celah ke arah perut secara beringas, tetapi kamu selalu menutup dengan pukulan parang dan terus menjaga jarak, supaya lekukan dalam celurit tidak menempel dengan parang. Sebab kamu paham, jika kedua senjata tajam cukup lama menempel, maka dia pasti mengincar kepalamu dengan membalikan ujung tajam celurit, atau justru mengincar genggaman tangan dan pergelangan. Jika demikian maka bagian perutmu akan terbuka. Dan kamu paham, itu sangat-sangat berbahaya.

Namun pada satu posisi dengan momentum yang seharusnya dapat melukaimu, dia malahan tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Hal tersebut berarti dia tidak benar-benar terampil dalam memainkan celurit. Hanya semangat menyerang dengan cara bertarung gegabah, seperti cuma mengandalkan keberanian dan emosi.

Lihat selengkapnya