Malam ini Irgi pulang ke rumah,ada hal penting yang ingin dia bahas dengan Malika,tepatnya ada yang ingin Malika inginkan dari sang suami.Pembicaraan yang terlalu penting jika di sampaikan lewat hand phone,menurut Malika bukan bagi Irgi.Sesuatu yang penting bagi Malika terkadang,atau bahkan seringnya bukanlah hal yang benar benar di pedulikan oleh Irgi.
Jam tujuh malam lewat dua belas menit sang suami masuk ke pekarangan rumah yang pagarnya sengaja di buka lebar oleh sang istri yang juga sejak tadi memandangi arah jam dinding.Seharusnya sang suami sudah pulang di jam ini karena hari ini tidak ada lembur jadi Malika berharap Irgi bisa pulang malam ini.
Senyuman nampak menyambut kedatangan Irgi,namun di balas dengan wajah lusuh nan letih yang sangat kentara oleh Irgi.
"Lusa Bapak sama Ibu mau kesini"Malika mengawali pembicaraannya setelah Irgi membersihkan diri dan berganti pakaian santai.Irgi hanya membalas dengan "hmmmm" saja.Jawaban yang sama sekali tidak diharapkan oleh Malika.
Malika berharap agar Irgi bisa seantusias dirinya mendengar kabar kedua orang tuanya yang akan berkunjung.Mereka sama sekali belum pernah berkunjung ke rumah baru Malika setelah dia pindah ke sini.
"Kamu bisa kan yah,jemput mereka di terminal"ucap Malika penuh harap.
"Kayaknya gak bisa Bun,lusa aku kan harus kerja"jawaban yang cukup meleburkan asa Malika.
Malika tahu bahwa Irgi beberapa bulan ini memang di tugaskan ke luar kota,yang artinya dia akan lebih sibuk ketimbang hari hari sebelum pindah tugas ke kantor pusat itu.Meski begitu dia sangat berharap agar suaminya itu meluangkan waktu untuk menjemput orang tuanya.
"Kamu bisa pergi bareng Hanif aja kan Bun buat jemput mereka?"tawar Irgi.
"Kok Hanif sih yah?"
"Kalo aku minta kamu di temenin temenku yang lain kan kamu gak kenal.Kalo Hanif kan kamu udah kenal,jadi gak canggung"