Sudah berhari hari hidup Malika mendadak sunyi.Dia sudah seperti abege yang lagi patah hati,males ngapa ngapain,gak bersemangat dan banyak bengongnya saat bersama teman temannya.
"Ngapain sih Mal,mandengin hape mulu.kita kita di cuekin"keluh Karina saat mendapati Malika lebih sibuk dengan hapenya ketimbang dengan mereka yang sekarang lagi ramein rumahnya.
"Kebiasaan tuh Malika takut hapenya ilang makanya di pandengin mulu.hape mahal sih beda sama punya kita"sindir Tiyur.
"Hapeku mahal tapi aku biasa aja tuh"ujar Naya sombong di balas dengan putaran bola mata serempak dari ketiga sahabatnya.
"Bagusan juga hapeku Nay"timpal Tiyur tengil sambil mamerin hapenya ke arah Naya.
"Masih bagusan hape Malika tuh"jawab Naya sekenanya.
"Jelaslah Malika kan horang kaya"timpal Karina.
"Tapi kan masih bagusan hapeku ketimbang punyamu Nay"Tiyur masih gak mau kalah.
"Apaan,bagusan hapeku"balas Naya lebih sengit sambil becanda sih sebenernya.Perkara hape aja mereka jadi ribut yang ujung ujungnya saling ledek,becanda,ketawa dan jadi bully bullyan di antara mereka.
Sejenak kericuhan yang di timbulkan para sahabatnya mampu mengalihkan kegalauannya.Sudah seumur ini Malika masih saja mengalami galau yang lazimnya di alami para abegeh itu.Satu ketika Naya mengejeknya.
"Kayaknya kamu lagi puber kedua Mal"ucapnya kala itu.Malika tidak menanggapinya,dia malah melalang buana dengan pikirannya sendiri.
"Yakin kamu udahan sama Hanif?"pertanyaan Naya itu mantap di jawab "Iya"oleh mulut dan jempol Malika lewat wasap.Hatinya?jangan tanya,setiap melihat hape yang ingin dia lakukan adalah membuka blokir nomor Hanif.Berharap mendapat pesan dari Hanif as always padahal nomornya aja udah dia blokir.Segalau itulah dirinya.
***