Weekend itu artinya Irgi ada di rumah,hari libur.Maksud hati ingin bepergian alias jajan jalan bin refreshing bersama sang suami,tapi apalah daya,Irgi lebih milih selonjoran syantik sambil mainan hape ketimbang nyenengin sang bidadari.Malika mencoba menunjukkan rasa kesalnya dengan bersikap cemberut sepanjang hari,mengerjakan pekerjaan rumah dengan setengah hati bahkan sengaja mogok ngomong yang ternyata zonk,Irgi sama sekali gak peduli.
"Apaan sih Bun,kayak anak kecil aja"tanggapan Irgi saat Malika melewatinya,bukannya dia tidak tau kalau istrinya berusaha menunjukkan rasa jengkelnya dengan sikap diam dan cemberutnya seharian ini.Tapi baginya,hal seperti itu sama sekali tidak perlu di lakukan oleh orang yang sudah berumur.Dia lupa,seberumur apapun seorang wanita,dia tetaplah seseorang yang rapuh yang selalu ingin di perhatikan lebih,tapi Irgi tidak sependapat dengan itu.Baginya,bersikap kekanakan seperti itu adalah hal yang tidak perlu di lakukan kalau dengan bicara saja bisa menyelesaikan masalah.Nah,masalahnya si Irgi ini tipe orang yang ketika berpendapat tidak dapat di ganggu gugat.Misalnya saat ini,di saat menurutnya weekend adalah waktunya istirahat,maka dia akan lebih memilih selonjoran bersantai di rumah sedangkan bagi Malika,weekend artinya waktunya liburan sekeluarga.Pendapat Irgi selalu yang lebih dominan.
Malika menyerah,dia masuk ke kamar dan mulai berselancar dengan hapenya.Mulai ngechat temen temennya untuk mengurangi rasa kesalnya tapi begitu membuka kontak Hanif,dia tau kontak itu sudah terblokir tapi tangannya gatal untuk mengintip foto profilnya yang sekarang tidak lagi sendirian.Melihatnya malah membuatnya kesal kuadrat.Hapenya tiba tiba di penuhi notifikasi dari Hanif begitu blokir di buka.Pesan melalui wasap,dm,inbox,telegram,email semuanya bermunculan.
Keputusannya membuka blokiran nomor Hanif patutnya dia sesali sebab detik berikutnya,pria itu malah video call dirinya yang gak mungkin dia angkat manakala ada Irgi di sana.
"Mal,apa kabar?"Malika tidak membalas wasap dari Hanif.
Pria itu kenapa bisa langsung menghubunginya begitu nomornya tak lagi di blokir.Malika tak ada niatan mananggapi obrolannya di ruang chat.Hatinya terlanjur kesal,karena Irgi juga karena lihat foto profil Hanif.
Malika menyambar kunci mobil dan mulai beranjak dari dalam kamar menuju garasi,dia ingin keluar sebentar saja,keluar dari kepenatannya entah kemana.
"Mau kemana Bun?"tanya Irgi.
"Cari angin"jawab singkat Malika dan ngelonyor gitu aja.Irgi tidak banyak tanya,dia tau kalau sang istri sedikit kesal kepadanya.Ralat,sangat kesal sebenarnya.Jadi dia membiarkannya begitu saja mencoba menghindari masalah yang lebih dalam lagi karena dia yakin untuk tidak terlalu banyak tanya karena itu bisa menyebabkan Malika lebih uring uringan nantinya.
Malika mengendarai kendaraannya tak tentu arah,dia bahkan tak tahu harus pergi kemana.Dia hanya menuruti egonya untuk tetap mengendarai mobilnya,dia perlu mengeluarkan emosinya.Satu satunya orang yang ingin di temuinya saat ini hanyalah Hanif,tapi itu jelas tidak mungkin.Dia harus menjaga kewarasannya untuk berhenti memikirkan Hanif apalagi menemuinya.Dia semakin melajukan kendaraannya menjauh dari kediamannya semakin jauh agar bisa menghilangkan kepenatan yang malah semakin menderanya.
Sebuah mobil mengklaksonnya berulang kali dari arah belakang mobilnya,awalnya Malika tak begitu memerdulikannya toh dia mengendarai mobilnya cukup lamban dan berada di jalur yang benar.Suara klakson itu membuatnya jengkel juga karena masih saja berbunyi setelah beberapa saat.Malika memperhatikan spion mobilnya memastikan sang empunya mobil yang membuat kebisingan di telingannya.
Mobil Hanif terus mengekor di belakang mobil Malika,entah bagaimana pria muda itu bisa bisanya tau keberadaan Malika dan mengikutinya,bisanya dia selalu ada saat Malika butuhkan.
Mobil Malika berhenti di area persawahan hijau yang dia bahkan tidak tau tepatnya dia berada saat ini,mobil Hanif yang sedari tadi mengekorinya pun ikut menepi.Hanif tanpa sengaja melihat mobil Malika waktu dia mengendarai kendaraannya dan dia memutuskan mengikutinya sampai disini.
Malika menyusuri persawahan itu,ada sebuah aliran anak sungai yang terlihat di matanya dan dia mulai berjalan ke arah itu.Sepertinya air sungai yang jernih bisa menjernihkan pikirannya,dia tidak menghiraukan Hanif yang berjalan terus mengikuti di belakangnya dengan diam.Hanif terus berjalan mengikuti ke manapun Malika melangkah,tanpa bertanya,tanpa menyapa.
Malika duduk di pinggiran sungai sambil memeluk kedua kakinya,tidak banyak manusia yang dapat di lihatnya pagi ini selain beberapa petani yang menggarap sawah,juga beberapa orang yang mencoba menangkap ikan di aliran sungai itu.Tidak ada yang terlalu memperhatikan keberadaan Malika juga Hanif yang ikutan duduk bersebelahan dengannya.Mereka saling diam dan sama sama memandang ke arah sungai,tidak ada yang ingin memulai percakapan,mereka hanya duduk diam menikmati segarnya udara pagi hari.