"Maaf sekali lagi ya mbak. Aku bener bener sudah gak ada hubungan apa apa dengan Hanif", sedikit menahan geram Malika menjawab pertanyaan Salsa yang berulang ulang di katakannya.
"Lalu kenapa kamu masih berhubungan dengan Hanif, mbak?", Salsa masih mengejar Malika dengan pertanyaan yang sama.
"Astaga Salsa.....", Malika mulai menyebut nama Salsa setelah dari tadi memanggilnya dengan sebutan mbak, sebutan untuk orang yang belum terlalu di kenal dan agar terdengar lebih sopan.
"Harus berapa kali sih aku katakan agar kamu mau mengerti kalau aku dan Hanif sekarang hanya teman", Malika sedikit kehilangan kesabarannya.
Kemaren tiba tiba saja ada nomor yang tidak di kenal mengajak Malika ketemuan, tentu saja Malika menolak dengan tegas apalagi kalo harus membalas soal Hanif. Buat apa? Toh Hanif sudah membuka lembaran baru dengan dia, orang yang saat ini berhadapan dengannya, Salsa.
"Bisakan kamu gak masuk kedalam hubunganku dan Hanif", bukan tanpa alasan Salsa mengatakan demikian, karena dia tau pasti kalo Hanif dan Malika masih suka berkirim pesan, meskipun sudah tidak pernah lagi ketemuan. Tapi tetap saja baginya Malika adalah penyusup di antara dirinya dan Hanif.
"Gini ya, Sal. Aku kenal Hanif jauh lebih lama dari pada kamu kenal sama dia. Jadi disini kamu adalah orang baru, lalu bagaimana ceritanya aku masuk kedalam hubungan kalian?", Malika balik bertanya.Baginya, kecemburuan Salsa tidaklah berdasar.Memang dia masih saling berkomunikasi via online tapi kebanyakan isinya ngomongin soal bisnis baru mereka.
"Aku gak suka kamu berhubungan dengan Hanif".
"Kamu tau gak kalo aku sekarang lagi ada bisnisan sama Hanif?", Salsa menganggukkan kepalanya. Hanif sudah pernah cerita kalau sekarang dia dan Malika sedang bekerja sama membangun bisnis kafe kecil kecilan yang di kelola oleh Hanif dengan sistem bagi hasil. Malika cukup menyuntikkan dana dan menikmati hasilnya.Meski begitu dia juga harus mengontrol bisnisnya yang setiap hari di laporkan oleh Hanif mengenai perkembangan bisnis dan apa saja yang perlu di ketahui dan di kerjakan. Seputaran itu saja? Enggak juga, kadang mereka juga suka bercanda dan ngobrolin hal di luar kerjaan seperti biasanya, hanya saja tidak seintim dan seintens seperti dulu lagi. Dan gak ada yang salah dengan itu yang salah hanya rasa cemburunya Salsa yang bagi Malika sangat berlebihan dan tidak beralasan, terlalu posesif tepatnya.
"Kalau kamu ada masalah dengan Hanif, selesaikan dengannya. Jangan bawa bawa aku kedalam masalah kalian", ucap Malika terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan Salsa.
Salsa dilema dengan dirinya sendiri. Dia ngotot sekali meminta nomor Malika dari Hanif. Awalnya Hanif merasa aneh, tapi tak masalah jika Salsa ingin ngobrol langsung dengan Malika. Memangnya kenapa jika mereka ngobrol? Toh Hanif sudah cerita soal Malika kepadanya, meski ada bagian bagian yang memang tidak harus di ungkapan ke Salsa, seperti perasaannya yang masih tertinggal untuk Malika. Sebenarnya Hanif ingin kisahnya dengan Malika tetap menjadi rahasia di hidup Hanif, tapi ternyata firasat Salsa sangat tajam hingga mampu melihat sesuatu yang berusaha di kubur oleh Hanif.
Setelah bertemu Malika, Salsa tidak tau lagi, apakah tindakannya itu benar atau salah. Yang dia tahu, dia hanya ingin sebuah jawaban atas kecurigaannya selama ini. Dia benar benar ingin mamastikan sendiri tentang bagaimana perasaan Malika terhadap Hanif. Ingin sekali rasanya dia memaki maki Malika saking keselnya, tapi yang ada malah Malika yang balik marah marah kepadanya. Ingin rasanya melempar kata kata pelakor kepada Malika, tapi dia sadar kalo sebenarnya Haniflah kunci dari permasalahan ini, tentang perasaan Hanif. Dan perasaan itu tidak bisa di paksakan ataupun di buat buat. Perasaan suka Hanif muncul begitu saja di hatinya bukan di karenakan kendalinya sendiri.