" Jadi semalam kamu ketemu sama Hanif? ", tanya Naya menyelidik.
" Irgi tau?", tambahnya.
" Tau lah, kan aku ijin dulu ke dia mau ada urusan sama Hanif".
" Tumben bener ", cela Naya.
" Kenapa di ijinin sih sama Irgi, heran akunya ", Naya gak habis pikir.
" Kenapa gak harus di ijinin?. Aku kan perlu survey perkembangan bisnis kafe ku ", jelas Malika.
" Gak ada yang lain?".
" Kagak. Napa kamu yang jadi curigaan sama kayak Salsa aja sih. Irgi aja gak gitu gitu amat, biasa aja ".
" Heran banget aku tuh. Bisa bisanya Irgi gak curiga atau setidaknya mengendus kelakuanmu yang kurang berahlak itu ",setelah mengucapkan itu, sejurus kemudian Naya terbahak bahak melihat bulliannya di respon Malika dengan mulut mencebik dan melotot tajam.
" Heran kan, kenapa gak pernah ketahuan. Padahal dulu gampang banget kamu menangkap basah kelakuan suamimu yang main belakang sama MANTAN ".
" Yah, aku kan mainnya cantik. Selalu bersikap seperti biasa aja. Nah kalo Irgi itu kan dulu kemana mana hape di kantongin, suka di matiin padahal cuman di tinggal ke kamar mandi bentar. Gitu itu kan tambah kelihatan mencurigakan banget ".
" Wah, berarti kamu maling yang cerdik sekali ".
" Belajar dari pengalaman ", Malika menghela nafas panjang.
Naya tau pasti kalo perempuan itu gak bisa melupakan hal buruk maupun yang menyakitkan yang pernah di alaminya. Memaafkan mudah, tapi melupakannya? Jangan harap. Meski perempuan yang kau sakiti bersikap biasa saja cenderung baik baik saja di sampingmu, tapi kamu tidak pernah tau isi hatinya, atau apa yang mungkin bisa dia lakukan untuk membalas rasa sakit hatinya.
" Jadi benerkan sebenarnya kamu itu balas dendam dengan Irgi?", tebak Naya. Selama ini dia penasaran sekali ingin menanyakan hal itu, mengingat Irgi dulu juga pernah menghianatinya.
" Mungkin ", jawab Malika ragu.