“Aturan itu diciptain bukan untuk mengekang, melainkan karena ada rasa sayang.”
Tapi, aturan bukannya diciptain buat dilanggar ya, Al?
•••
KINI dua orang di ruangan tengah itu saling menatap. Seolah siap untuk kembali bertempur ronde selanjutnya. Dengan mata yang sama-sama tajam dan bibir yang telah siap beradu perang.
“Heh, bawang merah nyebelin! Setiap hari selalu aja kaya gini! Kirain gue ini anak kecil apa?! Gue ini udah gede! Nggak usah diurus lagi!” Melta terus menderu tiada habisnya pada Alfi yang duduk tepat di hadapannya.
Alfi malah melirik sekilas ke arah dress pink yang ia kenakan. Menatap dengan intens ke arah tubuhnya. “Apanya gede? Orang kerempeng kaya gitu,” timbalnya.
Melta memperhatikan arah tatapan Alfi dan segera mengambil bantal untuk menutupi tubuhnya. “Dasar mesum!” lontarnya spontan, yang malah membuat Alfi mengembangkan senyum menghina.
“Mesum? Lah, lo tadi? Bukan mesum namanya?”
Lidah Melta mengelu. Bingung harus menjawab apa. “Mesum apanya ... dia, cuma mau ngajarin gue doang kok!” tukasnya dengan gesit.
“Ngajar apa? Ngajar cara berhubungan suami istri gitu?!”