Jahanam Brother

nilnaulia
Chapter #6

5. Gibah

"Ternyata bergibah dapat membuat kita maju. Iya, mulutnya doang tapi."

•••

HAMPIR setengah jam, tiga anak itu bergiliran menatap ke arah yang sama. Kini giliran sepasang mata bulat dari kelas 12 IPS 4, mengelilingi penampakan dari kelas tetangganya. Sepasang mata milik Felicia yang tengah mencari murid baru yang berada di sana.

Pandangannya terasa mulai kabur, karena tak kunjung menemukan sosok yang dicarinya. Sambil menjinjitkan kaki di atas tumpukan bangku, ia akhirnya menyerah dan berdengkus. "Mungkin dia pake jubah Harry Potter kali ya, makanya gak pernah keliatan."

"Huh, pegel dah kepala gue nih, ganti dong," sambungnya lagi, memegangi lehernya yang terasa kesemutan.

Lyra yang belum juga menyerah mengambil alih dua kursi bertumpuk itu untuk dinaikinya. "Sini, sini, biar gue aja. Lo kurang jeli sih nyarinya."

Amanda yang bertugas menjaga kestabilan kursi itupun hanya memutar bola mata, penat. Ia yang pertama kali mencoba mencari, tapi hasilnya sama, tak ditemukan. Dua anak ini saja yang terlalu terobesi.

Sebuah bunyi gesekan kursi berhasil menyita pandangan Felicia yang baru saja turun. Menemukan Melta yang baru saja datang dengan ekspresi masam, duduk di kursinya dengan menopang dagu.

"Eh, Si Melta dateng tuh!" seru Amanda, membuat ketiganya secepat kilat berhenti dengan aktivitasnya.

Kini keempatnya duduk pada tempat masing-masing. Bangku belakang di pojok kanan. Lyra dan Amanda duduk di depan Melta, serta Felicia di sampingnya, menjadi teman sebangkunya. Posisi yang sengaja mereka pilih saat tahun ajaran baru, hanya agar dapat bergibah tanpa kedengaran oleh guru yang mengajar.

"Pagi-pagi itu muka kenapa ditekuk shay? Kek orang banyak utang aja," ucap Lyra setelah keheningan menerpa tempat duduk mereka yang biasanya paling heboh. Melta pun mendongak, mendapati tiga pasang mata itu menatapnya terheran.

"Masalah si Alfi nih pasti!" ujar Amanda menduga. Lagi pula siapa lagi jika bukan dia, pikirnya.

Lihat selengkapnya