Jahanam Brother

nilnaulia
Chapter #10

9. Kulkas Berjalan

"Kamu itu seperti batu. Entah dikejar ataupun tidak, kamu tetap saja mengabaikanku."

•••

BEBERAPA menit keempat cewek itu sibuk berkutik dengan kerjaan mereka masing-masing. Di meja panjang milik bibi kantin. Melta dengan tiupan bubble gum di mulutnya serta tangan kanan memegangi sebotol soda. Lyra terfokus dengan kuteks merah maroon yang digeluti di kukunya. Amanda bersantai menikmati cilok langganannya. Dan sisanya, Felicia sibuk melototi ponsel.

"Bitch!" deru Felicia menarik perhatian ketiganya. "Gue punya info baru nih."

Keempatnya saling mengerutkan kening, penasaran. Setiap hari cewek satu ini tak pernah luput dari yang namanya gosip.

Felicia kembali berbisik menarik kepala ketiganya untuk mendekat. "Ternyata, si Lintang dikeluarin dari sekolah gara-gara nge-hamilin anak pimpinan yayasan di sekolahnya yang lama!"

"APA?!" lontar ketiganya lantang, mengundang tatapan sinis di sekitar mereka.

Lyra yang menyadari orang-orang sedang menatap mereka mengecilkan nada bicaranya. "Serius? Dapet info dari mana lo? Hoax gue tabok lo!" ancamnya ketus.

Amanda berdalih menggeleng. "Yaelah Ra, lo kek baru kenal aja sama Feli. Dia itu kan stalker tingkat CIA. Lo nanya apapun juga pasti dia tau. Lo lupa ya nama aslinya Feli siapa?"

Lyra masih menyimak.

"Feli-C-I-A. Noh, gue ingetin," balas Amanda mengeja penuh penekanan. Entah bagaimana awal kebetulan namanya bisa berekor dengan nama agen rahasia itu.

Melta yang mengingat hal yang ditemukan kemarin ikut beringsut tak kalah heboh, "Sebenarnya, kemarin gue juga coba stalking facebook Lintang! Pingki suwer banana stroberi berri suwer, itu isinya dugem semua. Parah banget dah nakalnya tuh anak, gak nanggung-nanggung." Ia memberi jeda dan menarik botol soda untuk diteguknya.

Tawa sinis malah terpancar dari mimik Lyra. "Gue makin suka kalo begini mah." Ia berhenti, berpikir sejenak. "Hmm, gimana kalo kita taruhan?"

"Taruhan apa?" tanya Amanda tak paham.

"Hello Amanda, lo jadi manusia purba kok bisa nyasar di sini sih?! Itulah maksud gue, si Lintang, jadiin bahan taruhan."

Amanda yang mengerti pun mengangguk antusias. "Wah, boleh juga tuh. Jadi semangat gue nih!"

"Katanya mau nyari calon suami yang alim?" sindir Melta membuat Amanda merekut tawa.

"Iya Mel, suami tetep alim. Tapi pacar nakal boleh dong? Biar jadi pemanasan, hehe."

"Anjir, alesan doang lo!"

Felicia yang sebelumnya masih terdiam akhirnya mengeluarkan pendapat dengan tegas. "Gue setuju!"

"Oke, satu juta gimana? Deal?"

Ketiganya menyanggupi ucapan Lyra dengan mengangguk. Mereka menyatukan keempat tangan mereka di tengah meja dan berkata lantang. "DEAL!”

Keempatnya tertawa serempak saling menatap. Namun mendadak hening ketika tiga cowok itu melewati meja mereka. Mereka; Kevin, Bima, dan Lintang. Kevin melirik ke arah Lyra kekasihnya, yang mulai menyinggung senyum. Begitu pula Bima, meski tak dihiraukan oleh pacarnya, Felicia yang sibuk menatap ponsel untuk mengalihkan pandang.

Sementara Melta dan Amanda masih menganga sempurna membentuk huruf O pada mulut mereka. Melihat Lintang yang sedang tersenyum hingga sesekali tertawa bersama Kevin dan Bima, seakan telah membuat benih cinta bermekaran di dalam diri mereka. Gantengnya, masyaallah.

Lihat selengkapnya