SECRET ON THE 19TH FLOOR

FRI
Chapter #3

#3 - Weekend

“ADUH !”

Elsa terbangun dari tidurnya. Ia terjatuh dari tempat tidurnya. Kepalanya sedikit terbentur. Ia mengusap – usap kepalanya sambil mengerutkan dahinya. Matanya masih belum terbuka sempurna, alias setengah sadar. Elsa melihat sekelilingnya. Jelas terlihat cahaya matahari sudah menembus kaca – kaca jendelanya. “Sakit ih. Kenapa juga harus jatuh dari tempat tidur” marahnya pada diri sendiri.

Elsa mulai bangun dari lantai dan berjalan menuju jendelanya. Hanya sebentar ingin menikmati cahaya pagi pukul delapan. Elsa juga mulai meregangkan badannya seperti orang melakukan pemanasan. Selagi Elsa melakukan stretching, ponselnya berdering. Ia memalingkan pandangannya kearah telepon masuk. Ia pun berjalan dan mengambil ponselnya. Lagi, nama Ryan tertera di layar ponselnya.

“Halo”

“Kau sudah bangun ?”

 “Sudah. Aku kan sudah menjawab telponmu”

 “Ini gawat !”. Ryan terdengar begitu panik. Elsa yang menjawab telpon pun terkejut. Ada apa sebenarnya ?. “Ada apa ? Kamu terdengar panik” Tanya Elsa penasaran.

 Ryan mencoba menarik nafas perlahan sebelum menjelaskan. “Kamu tahu, meeting kita sebelumnya dengan supplier makanan ringan itu, diundur sampai bulan depan.”

 “Apa ? Bagaimana bisa ?, kenapa mendadak sekali ?. Seharusnya Rabu depan kita meetingkan ?”

“Bos mereka akan pergi keluar negeri hari Selasa, AISSHH !”. Ryan begitu kesal. Elsa mengangkat alisnya. Ia juga terlihat terkejut. Masih pagi terlebih lagi ini adalah weekend, ada saja masalah yang muncul dihari libur seperti ini. “Kalau begitu aku akan mencoba menelepon klien kita, thanks infonya ya” ucap Elsa terburu – buru.

“ISHHHYY.. ada ada saja deh”. Elsa terlihat cukup kesal. Paginya berantakan. Tidak ada yang namanya bersantai dihari libur. Ia pun cepat – cepat menelpon suppliernya itu. Elsa sedikit panik. Ia mondar – mandir sambil menggigit kuku jarinya. Teleponnya tersambung, tapi belum ada jawaban oleh kliennya. “Kenapa belum diangkat .. ayo angkat pak..” gumam Elsa.

“Halo ?” . Jawab pria diseberang telepon itu.

Elsa tersigap. “Halo Pak Edwin. Apa kabar ?”. Elsa masih mondar mandir sembari berbincang di teleponnya. Tangan kanannya memegang ponsel dan tangan kirinya tidak lagi menggigit kuku jarinya.

 “Ya, saya dengar Bapak akan pergi ke luar negeri hari Selasa ya. Kalau begitu untuk meeting kita bisa kita ajukan di hari Senin ? .. Oh ya ? Baik, Selasa Pagi jam sepuluh .. Tentu. Akan saya persiapkan … Ya, terimakasih Pak”. Elsa mengakhiri pembicaraan.

Sekali lagi ia, menghela nafas panjang yang lega. Rasanya seperti jantung yang sangat berdetak kencang. Begitu panik tadinya, karena meeting yang direncanakan ini adalah meeting yang sangat dinantikannya. Elsa terlihat begitu lega. Ia membuka aplikasi chat di ponselnya dan mulai mengetik pesan ke Ryan.

Lihat selengkapnya