Tujuh tahun sudah lama nya Nayra tinggal di Luar kota. Sebagai lulusan Mahasiswi sarjana Komputer, Nayra Zwettalisa bekerja di Perusahaan Asuransi. Nayra menatap bayangannya sendiri di cermin, kejutan yang melanda dirinya pagi tadi masih bisa belum dapat Ia percaya.
Perusahaan menunjukkan Nayra untuk berpindah tugas di Kota kelahirannya, Jakarta. Rasa haru dan bahagia menerjangnya setiap kali. Dulu Nayra sempat berfikir untuk berhenti dari tempatnya bekerja, hidup jauh dari orang tua sejak duduk dibangku perkuliahan kadang kala membuat Nayra merasa kesepian dan kesulitan.
Wanita yang akrab dipanggil Nay itu kini mulai menyicil beberapa barang miliknya. Nay sudah tergolong lama tinggal dirumah yang Ia tempati sekarang, tidak heran juga barang barang yang ia miliki cukup banyak. Kepindahan dirinya memang masih lima belas hari lagi, hanya karena semangat membara Nay tidak ingin membuang waktu miliknya.
Ia memilah beberapa pakaian lamanya, Nay berniat untuk menyumbangkan pakaian miliknya yang sudah tidak terpakai. Nay juga tergolong orang yang sangat suka membaca, Ia memiliki dua kotak besar yang isinya hanya novel dan beberapa komik favoritnya. Ia tidak begitu yakin apakah buku bukunya akan disumbangkan juga, bagi Nay membaca dapat mengobati rasa sepi karena dirinya tinggal sendirian.
Menit menit berlalu menyenangkan didalam ruangan berpendingin kamar Nay. Tidak cukup lama Nay sudah hampir menghabiskan satu lemari pakaiannya. Nay tidak sengaja menyentuh kotak ungu yang berada pada sudut ujung lemari miliknya. Ia mengambil kotak itu, kotak berukuran sedang yang ia simpan saat pertama kali menempati rumah sewanya ini.
Nay membuka isi didalam kota ungu tersebut, dengan tatapan nanar Nay menatap foto yang ada didalam kotak. Devian Elrangga, lelaki yang dicintai nya hingga sampai saat ini. Mata Nay kemudian berpindah dengan beberapa lipatan kertas, yang tentu saja sepucuk surat. Nay membaca ulang kembali disetiap kata ejaan dari seorang Devian.
Nay sangat merindukan Devian, dalam diam tanpa kata, tanpa genggaman tangan, tanpa tatap mata. Diantara sunyi dibalik perihnya jarak, Nay mencintai Devian dan meninggalkan hatinya agar Nay pasti akan pulang.
}...{
Sebelas tahun yang lalu....
Pukul delapan pagi matahari masih bersinar ramah, hari dimana Nay mengikuti pertama kalinya pelaksanaan upacara rutin setiap hari senin setelah penerimaan siswa baru sekolah menengah atas. "Gue masih ga nyangka kita bisa sekelas lagi" ucap Tania yang saat ini menggandeng tangan Nay menuju lapangan sekolah. Nay mengangguk sebagai jawaban setuju, Tania defina adalah sahabat Nay sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama. Nay dan Tania juga tidak pernah untuk berjanjian di satu sekolah yang sama lagi, entah hanya kebetulan atau memang takdir yang mengharuskan.
"Tan, kita barisnya dibelakang aja yuk. Males gue karena belum pada kenal" ucap Nay untuk mengurung niat Tania berbaris didepan. Tania sudah mengerti persis Nay orang yang seperti apa, saat pertama kali bertemu pun Nay tidak pernah menegur sapa diri Tania sebagai teman sebangkunya. Nay hanya tidak nyaman berada terlalu dekat dengan orang yang tidak ia kenal. Ia juga tidak pernah terlalu ramah saat pertama kali bertemu orang baru.
Nay dan Tania mengikuti setiap menit pelaksanaan upacara dibarisan belakang. Matahari semakin menunjukkan sinar pagi nya tanpa ragu. Dan sedikit hembusan angin membuat bendera Merah Putih itu berkibar.
**Brukkk
Suasana hikmah dan tenang tiba tiba saja menjadi kacau dibarisan belakang. Nay terjatuh dan terbaring lemas di tengah upacara. Begitu panik, Tania berusaha untuk mengangkat tubuh Nay namun gagal karena tenaga nya yang juga sangat lemas melihat kondisi Nay. Wajah Nay semakin pucat, matahari memperlihatkan nya dengan jelas. "Nay nay! Bangun Nay" ucap Tania dengan nada khawatir.
Begitu tiba tiba, seorang lelaki datang yang tidak jauh jarak barisannya Ia langsung mengangkat tubuh Nay dan membawa nya ke ruangan uks. Pun Tania yang mengikutinya. Kekacauan terjadi sementara hanya karena Nay pingsan.
Tubuh Nay dibaringkan di ruangan uks. Petugas palang merah cepat cepat menolong keadaan Nay, segala atribut seragam Nay dilonggarkan, juga kaki yang dinaikkan sedikit lebih atas dari pada jantung, dan menaikkan sedikit dagu Nay guna melancarkan oksigen yang masuk. Tania masih dalam keadaan panik, dirinya tidak dapat berkata apa apa.
"Lo temannya kan?" tanya seorang lelaki disamping Tania tiba tiba. Tania menoleh dan mengangguk cepat pertanyaan lelaki itu.
"Bentar lagi juga sadar, lo siapin aja teh manis hangat sama air putih hangat" ujar lelaki itu seraya melihat kondisi Nay
"Nanti kalau dia udah bangun lo tanyain dia udah sarapan atau belum, terus lo tanyain juga tuh dia punya sakit asam lambung atau engga" ucap nya lagi memberikan saran pada Tania.