Hari pun berlalu Denita masih meladeni urusannya dengan Dae Jung dengan tetap datang ke lapak penjualan ayam gorengnya.
Dia bekerja dengan giat, Dae Jung dan Surya yang memperhatikannya pun tertawa akan kegigihannya. Selesai mereka menutup lapak dan berkemas Dae Jung menghampiri Denita.
Kim Dae Jung : " Kamu capek? "
Denita : " Hah, sudahlah untuk apa bertanya. " sembari menguncir rambutnya.
Kim Dae Jung : " Kenapa kamu mau datang lagi? "
Denita : " Apa kamu sedang mempermainkan aku? "
Kim Dae Jung : " Kamu pikir aku akan benar-benar melapor? "
Denita yang merasa kesal langsung melangkah pergi namun degan sigap Dae Jung memegang tangannya, ia mencegah Denita pergi.
Kim Dae Jung : " Kamu melakukan ini karena merasa bersalah bukan? "
Denita : " Bukan urusan mu "
Kim Dae Jung : " Kamu tahu aku serius ketika mengatakan aku tidak ingin memperpanjang masalah ini, dan kamu pun tahu aku tidak akan benar-benar melaporkan perbuatan mu, tapi kamu tetap datang "
Denita : " Bisa kamu lepaskan tangan ku? "
Kim Dae Jung : " Ketika kamu ingin melakukannya, ingatlah betapa sukarnya kamu karena terbelenggu rasa bersalah "
Denita : " Aku bilang lepas! Pengidap kleptomania tidak memiliki rasa bersalah setelah mengambil apa yang bukan miliknya " sambil menatap mata Dae Jung.
Kim Dae Jung : " Tapi aku tidak yakin itu berlaku dalam dirimu "
Denita : " Apa kamu menyukai ku? "
Seketika Dae Jung langsung melepaskan tangan Denita dan membiarkannya pergi. Surya melihat kejadian itu dan segera menghampiri Dae Jung.
Surya : " Ehem! Ehem! "
Kim Dae Jung : " Ah, diamlah! "
Surya : " Baru dua hari, Jung "
Kim Dae Jung : " Apa? "
Surya : " Siapa tahu jodoh " sambil menepuk bahu Dae Jung.
Dae Jung pun salah tingkah menanggapi candaan Surya.
Kim Dae Jung : " Hei, kamu pikir aku tertarik sama " tukang kutil " seperti dia? "
Surya : " Siapa tahu dia berhasil mengutil hatimu "
Kim Dae Jung : " Aish! Jangan bercanda Sur! Bukan itu tujuanku berada disini "
Surya : " Hmm Hmm, ya, aku tahu. Tapi Indonesia ini sangat luas Jung, bagaimana caranya kamu bisa menemukan ibu mu? Maaf, tapi... Apa kamu yakin kalau ibu kandung mu masih hidup? "
Kim Dae Jung : " Aku yakin, dia masih ada di dunia ini. Aku pasti bertemu dengannya "
Surya : " Tapi bagaimana caranya? Sedangkan kamu sendiri tidak pernah bertemu dengannya? "
Kim Dae Jung : " Ibuku mempunyai tanda lahir yang sama denganku, aku pasti bisa menemukannya "
Surya : " Lalu setelah itu? "
Kim Dae Jung : " Aku akan berusaha membuat ibuku kembali ke Seoul untuk bertemu dengan Abeoji. Dengan begitu, aku dapat mengerti alasannya pergi meninggalkan kami. "
Surya : " Jika ibu mu tidak mau kembali? "
Kim Dae Jung : " Setidaknya, sekali dalam seumur hidupku, aku sudah pernah bertemu dengannya. "
Denita : " Uh! Aku capek sekali"
Irina : " Memangnya apa yang kamu lakukan? Apa hari ini kamu banyak mendapat orderan? "
Denita : " Ya begitulah " Denita masih mencoba menutupi prihal dirinya bekerja di tempat penjual ayam goreng.
Tetapi Irina diam-diam memperhatikan. Ia curiga akan sesuatu dan juga Irina masih mengkhawatirkan penyakit Denita.
Esok harinya Irina diam-diam pergi ke rumah sakit untuk menemui Dokter Sara. Irina memutuskan untuk mengonsultasikan penyakit kleptomania yang di derita oleh Denita tanpa sepengetahuan Denita.
Dokter Sara : " Oh, Irina ya? Silahkan duduk " Sambutnya ramah di ruang konsultasi bernuansa putih.
Irina : " Dok, saya ingin berkonsultasi tentang apa yang saya sampaikan kemarin lewat pesan "
Dokter Sara : " Ya, kleptomania. Kleptomania adalah gangguan kendali impulsif, dimana penderitanya tidak dapat menahan keinginan untuk mencuri sesuatu. Penyakit mental ini diperkirakan terbentuk akibat adanya perubahan komposisi kimia di dalam otak. Diduga, perilaku impulsif ini muncul akibat gangguan zat kimia di otak, seperti menurunnya kadar serotonin atau hormon yang bertugas mengatur emosi, ketidakseimbangan sistem opioid otak yang mengakibatkan keinginan untuk mencuri tidak bisa ditahan, serta terjadi pelepasan dopamin, yang menjadikan pelaku merasa senang atas perbuatannya dan cenderung ketagihan. Sedangkan penyebab pastinya sendiri belum di ketahui "
Irina : " Lalu, untuk menangani penyakit ini baiknya bagaimana Dok? "
Dokter Sara : " Apa teman mu sadar kalau dia penderita kleptomania? "
Irina : " Dia tahu akan hal itu, bahkan saya sering memarahinya setelah dia mencuri sesuatu, saya pikir dengan memarahinya akan membuat dia bisa berhenti, tapi ternyata dia masih terus melakukannya setiap ada kesempatan "
Dokter Sara : " Sangat di sarankan untuknya menjalani psikoterapi dan cobalah untuk menasihatinya pelan-pelan, jangan di marahi karena khawatirnya hal itu dapat memicu stres yang justru bisa membuat penyakitnya semakin sering kambuh. Dia tahu bahwa dia penderita kleptomania pasti emosinya juga terganggu "
Irina : " Maka dari itu saya datang sendiri kesini. Karena dia selalu merasa takut, cemas dan rendah diri setiap kali saya membicarakan tentang pengobatan untuknya "
Dokter Sara : " Hmm, saya mengerti. Tidak perlu di paksakan, pelan-pelan saja. Karena memang hal itu umum terjadi pada penderita kleptomania, mereka akan merasa malu untuk mengakui perbuatannya. Tapi menurut saya teman mu masih bisa di kontrol, karena kasus lain dari penderita kleptomania ada yang tidak menyadari dan merasa kalau dirinya telah mencuri.
Irina : " Mm, benar Dok. Sahabat saya tahu apa yang di perbuatnya salah, hanya dia tidak dapat menghentikan keinginannya setiap kali ada kesempatan. Dia pernah bercerita kalau sensasi yang di rasakan itu cukup menyenangkan dan dia merasa puas ketika berhasil mencuri "
Dokter Sara : " Akan saya resepkan obat antidepresan untuknya, pastikan dia meminumnya dengan teratur. "
Irina : " Ah, baik Dok. Saya akan mencobanya "
Dokter Sara mendekat dan memegang tangan Irina di atas mejanya lalu berkata
Dokter Sara : " Jangan terlalu khawatir Irina, untuk menanganinya kamu sendiri harus tenang. Cobalah dengan mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lain ketika dia sedang sendiri dan jangan sering memarahinya "
Irina : " Saya tinggal satu atap dengannya, tapi saya tidak selalu bersama dengan dia karena saya harus bekerja, ah maaf... saya akan melakukan yang terbaik Dok "
Dokter Sara : " Ya, baiklah "
Dokter Sara pun memberikan resep obat untuk Denita. Sedang Irina di pusingkan dengan pemikiran bagaimana dia akan memberikan obat itu pada sahabatnya.
Suasana hening dalam tenda biru beraroma harum ayam goreng.
Denita : " Huh, selesai juga. Lho? Kenapa tiba-tiba hujan? "
Surya : " Ah, hujan. Untung ayam yang tersisa tinggal sedikit. Pantas sudah sepi ternyata sedari tadi mendung."
Kim Dae Jung : " Hmm, baguslah. Kita bisa beristirahat sejenak. Krek! Krek! " Dae Jung memutarkan lehernya yang terasa pegal.
Denita : " Pasti Irina benci malam ini " ucapnya lirih.
Dan benar yang di katakan Denita tentang Irina .
Irina : " Uh kenapa tiba-tiba hujan? Aish!!! Sial aku tidak membawa payung. Terpaksa aku harus menunggu hujan reda, padahal sebentar lagi mini market tutup, ah sial! "
Kim Dae Jung mendekati Denita yang sedang melihat foto-foto dalam galeri ponselnya.
Kim Dae Jung : " Dia benci hujan? "
Denita terkejut karena tak menyadarinya
Denita : " Oh! Astaga kamu membuatku kaget! "
Kim Dae Jung : " Teman mu, kenapa dia benci malam ini? "
Denita : " Kenapa kamu bertanya padaku? Dengar, aku disini hanya bekerja untuk menebus kesalahan ku bukan untuk berbicara hal pribadi dengan mu, Jung! "
Kim Dae Jung : " Hei, hanya Surya yang memanggilku seperti itu! "
Denita : " Orang gila salah, Oppa salah, Jung salah, haishh..! "
Kim Dae Jung : " Tetapi di lihat-lihat teman mu itu agak menyebalkan "
Denita : " Heh jangan bicara sembarangan! "
Kim Dae Jung : " Tidak, maksudku wajahnya terlihat agak menyebalkan. Di dalam galeri mu juga dia berfoto dengan mu selalu dengan make up, tidak seperti dirimu "
Denita : " Apa kamu sedang memujiku karena tanpa menggunakan make up pun aku sudah cantik? "
Kim Dae Jung : " Tidak juga, lihat saja di atas minyak, wajah mu keriput "
Denita langsung memukul lengan Dae Jung dengan keras
Kim Dae Jung : " Aw! Aw! Aw! Sakit! Hei kamu ini sudah mengutil dan di beri kesempatan untuk menebus kesalahan bukannya berterimakasih malah sekarang memukulku?! "
Denita : " Hah, bagaimana bisa di sisa hidupku aku bertemu dengan orang seperti mu ckckck! " Keluhnya.
Kim Dae Jung : " Tapi aku tidak berbohong, kau memang terlihat keriput! " sambil menuding wajahnya.
Surya : " Heh berisik! Kalau kamu berkaca di atas minyak wajah mu memang keriput seperti kulit ayam goreng, mengerti?! " sambil mengigit paha ayam goreng di tangannya.
Kim Dae Jung : " Haha, kali ini kamu berpihak padaku Sur?! "
Surya : " Aish! Hei, jangan pikir kamu tertampan sedunia Jung. Semua orang pasti akan menua seiring berjalannya waktu "
Denita : " Tidak dengan ku " celetuknya secara spontan. Lalu Dae Jung dan Surya menatapnya dalam diam.
Denita : " Ah, bukan kan aku terlihat awet muda? " sambil menyentuh kedua pipinya.
Kim Dae Jung : " Dasar Keriput! "
Hujan pun berhenti, tiba-tiba tanpa di duga Irina mendatangi tenda penjual ayam goreng.
Irina : " Permisi, apakah ayamnya masih ada? "
Mereka bertiga terdiam, dan Irina pun terpaku melihat sahabatnya ada di tengah-tengah dua pria muda dengan celemek di dadanya.
Surya : " Oh, ah... Ya masih ada, kamu mau beli untuk di bawa pulang? "
Irina : " Ya, tolong bungkuskan lima untukku " lalu perlahan mendekati Denita yang masih berada di samping Dae Jung.
Irina : " Denita, aku pikir kau di rumah "
Denita : " Emm aku... "
Lalu dengan tiba-tiba Dae Jung berdiri menghalangi mereka.
Denita : " Hei, apa yang kamu lakukan? "
Kim Dae Jung : " Apa kamu akan memarahinya lagi? Sudah bagus dia masih mau pulang bersama mu "
Irina : " Ah, aku hanya "
Kim Dae Jung : " Aku yang menyuruhnya kerja di tempatku, kalau tidak suka bilang padaku "
Denita : " Heh, kamu sedang apa sih?! Minggir! Ahh..." tiba-tiba Denita merasakan nyeri di kepalanya.
Dae Jung, Irina, dan Surya terkejut lalu segera memegangnya.
Kim Dae Jung : " E'eh, kamu kenapa? "
Irina : " Denita! kamu baik-baik saja? "
Surya : " Mungkin dia kelelahan, sebaiknya kalian segera pulang, ini ayam nya "
Irina : " Oh iya, ini uangnya. Terimakasih. Ayo Denita kita pulang "
Denita : " Mm "
Kim Dae Jung : " Hei topi hitam! "
Irina menoleh.
Irina : " Aku? "
Kim Dae Jung : " Kamu pikir aku buta? Hanya kamu yang memakai topi disini. Pastikan kamu menjaganya dan jangan memarahinya "
Irina pun merasa hatinya mulai panas.
Irina : " Dia sahabatku, kenapa kamu repot-repot menyuruhku? Urus saja mulut mu "
Lalu mereka pun pulang ke rumahnya.
Irina : " Kenapa tidak bilang? "
Denita : " Apa itu suatu yang penting? Aku pikir kamu benci dia "
Irina : " Tidak. Aku hanya tidak suka dengan semua perkataannya "
Denita : " Maaf. Ini semua karena aku "
Irina : " Tidak. Dialah yang bermasalah dengan mulutnya, tidak ada hubungannya dengan mu. Entah kenapa lelaki itu sepertinya sangat membenciku. Bagaimana bisa kamu tahan bekerja dengannya? "
Denita : " Entahlah. Aku hanya merasa bersalah karena telah mencuri uangnya "
Irina : " Apa dia memaksa mu? "
Denita : " Tidak. Dia baik padaku, meskipun dia bukan asli orang dari negara ini, dia cukup baik dan membuatku nyaman "
Irina : " Heh? Apa ini? Kamu menyukainya? "
Denita : " Hah? Ahaha tentu saja tidak. Maaf. Mungkin efek terlalu lelah. Bagaimana dengan wajah mu? Cukup aman dengan topi itu?"
Irina : " Hmmm aku benci hujan, aku benci matahari. Lihat saja sebagian bedak ku luntur, untungnya tidak di bagian yang cacat. Aku harus membersihkannya di depan cermin bodoh ini meski pun aku sangat membencinya, haah.. "
keluhnya.
Denita : " Hei, bagaimana kalau kamu mencoba menerimanya? Menurutku itu tidak terlalu parah, kamu masih terlihat cantik "
Irina : " Bagaimana dengan mu? Apa kamu juga akan menerimanya? Ayo kita pergi ke Dokter "
Denita : " Hmm lupakan. "
Denita mengambil sebuah cermin kecil di bawah bantalnya dan bercermin.
Denita : " Oh, ternyata DJ benar, kulitku mulai keriput. Apakah karena aku terlalu lelah bekerja? Apakah kulitku akan seperti kulit ayam goreng? "
Irina : " Hahaha, faktor U! mungkin sebentar lagi kamu akan berubah jadi nenek-nenek "
Denita : " Haish!!! Kamu benar-benar! "
Irina : " Siapa DJ? Orang negeri Ginseng itu? "
Denita : " Oh, apa kamu sebenarnya dari awal sudah tahu dia orang Korea? "
Irina : " Apanya? "
Denita : " Kamu tidak bertanya padaku tadi ketika aku mengatakan dia bukan dari negara ini "
Irina : " Memangnya kenapa? "
Denita : " Artinya kamu sudah tahu kan? "
Irina : " Ya, memangnya kalau sudah tahu kenapa? lalu siapa DJ? "
Denita : " Namanya DJ, Dae Jung! "
Irina : " O.. "
Malam berlalu pagi menyapa.
Denita mengalami demam mendadak. Sekujur tubuhnya panas dan dia menggigau. Irina pun panik dan langsung memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit.
Denita di rawat disana karena tubuhnya lemas dan demamnya tak kunjung turun. Irina meminta ijin untuk tidak bekerja agar dapat menemani Denita.