Jam 6 pagi, Reian sudah melihat keluar jendela mobilnya. Dia sudah tak sabar dengan sekolah barunya. Sekarang dia sudah duduk dibangku kelas 2 SMA semester 1.
"Makasih pak!"senyum ceria dari Reian dilontarkan ke pak sopir.
Pak sopir mengangguk mantap dan bergegas pergi meninggalkan Reian yang masih terkagum kagum dengan sekolah barunya.
***
Semakin kedalam sekolah, jantung Reian berdetak semakin cepat. Apalagi saat masuk kedalam kelasnya, namun Reian agak kesal karena di dalam kelasnya hanya terdapat 1 siswa yang duduk di ujung jendela. Reian tak menghiraukan siswa itu dan mencari bangkunya yang sudah di sediakan oleh kepala sekolah.
"Ketemu,"Reian berhasil menemukan bangkunya yang terdapat di sebelah siswa tadi.
"Pagi, nama gue Reian,"salam Reian ramah.
Anak itu tak membalas perkataan Reian. Pandangannya sudah terkunci saat melihat laki laki yang di tengah lapangan dan berkelahi dengan temannya.
"Lo liet apa sih?"tanya Reian heran sambil mencoba mengintip.
"Target,"jawabnya dingin dan cuek.
Reian berdecih kesal saat mendengar jawaban dingin itu.
"Maksud lo apa target itu? Gak usah sok dingin deh!"Reian terlihat kesal.
Meski Reian menyampaikan dengan emosi, anak itu terlihat tetap tenang sambil memandang ke luar jendela.
"Nama lu siapa sih!? Ngeselin aja!"seru Reian.
Anak itu membalikkan badannya menunjukkan wajah imutnya tetapi tetap terlihat dingin," Olivia."
Reian terkejut mendengar jawaban anak bernama Olivia itu. Namanya, suaranya, dan wajahnya, Reian kenal anak itu.
"Lo Olivia itu kah!? Lo gak usah sok serem!"balas Reian.
Tiba tiba ada seorang anak laki laki menarik Reian keluar.
"Hoe!! Apaan sih!?"tanya Reian kesal.
"Ssst, kenalin, nama gue Teo, lo kenapa marahin siswa itu sih?"tanya ketua kelas bernama Teo itu sambil bersembunyi di belakang dinding luar kelas.
"Ck, kenapa emangnya? Serah gue dong,"balas Reian.
"Lo gak tahu ya? Dia itu osis tahu!! Lo bisa diaduin sama dia,"peringat Teo.
"Jadi lo takut sama dia karena itu aja?"Reian menahan tawa.
"Bukan itu aja! Katanya, dia pembunuh!"Teo menatap seram Reian.
"Pembunuh? Lo ngomong apa sih??"
"Gue serius, setiap kali hujan lebat, 1 siswa di sekolah ini terus menghilang, siswa siswa itu terakhir kali bersama Olivia,"Teo mulai gemetar.
Reian masih menatap tenang Teo dan berdiri," Gue gak percaya, gue udah kenal dia daru kecil, dia mah kayak pengecut!"
Reian berjalan menuju Olivia dan menarik keluar dari kelas secara paksa.
"Kamu kenapa?"tanya Olivia dingin.
Reian membalas dengan tatapan kejam dan terus menarik Olivia sampai ke belakang sekolah yang sepi.
Krak
Reian membanting keras Olivia ke dinding membuat Olivia lemas dan turun ke posisi duduk.
Pyar
Reian menumpahkan minyak dan telur di atas kepala Olivia. Reian telihat sangat senang melihat kesensaraan Olivia.
"Hahaha! Gimana? Lo mau nangis terus lari ke dalam kelas?"tanya Reian sambil memberikan senyuman nakalnya.
Olivia menatap kosong Reian dan tak memberikan ekspreksi pada Reian.
"Hahaha!!"Reian tertawa makin kencang.
Melihat itu Olivia berdiri dan menatap seran Reian," hahaha!! Minyak, telur? Kau dapat dari dapur sekolah ya? Gak punya persiapan banget!"tawa Olivia membuat Reian takut dan mundur hingga mengenai dinding.
Kini keadaan berubah, Reian dihalangi dengan kedua tangan Olivia.
"Lain kali bawa persiapan dari rumah!"senyum sadis Olivia sambil mengambil korek api di dalam kantung roknya.
"Reian!!"panggil Teo yang dari tadi mencari Reian.
Olivia yang mendengar itu memasukkan korek api tersebut ke dalam kantungnya," aku belum selesai dengan mu."
"Reian!! Lo ngapain sih!"Teo menemukan mereka yang ada di belakang sekolah dan terlihat Reian sudah gemetar melihat Olivia.
"Lo kenapa?"tanya Teo heran melihat Reian yang bergemetar dasyat di lantai.